Selasa, 03 Agustus 2021

Pentingnya Niat Dalam Aktivitas Kita (Syarah Hadis Arbain Nomor 01)


Tulisan ini merupakan terjemahan Syarah hadis Arba'in An-Nawawi yang ditulis oleh Jamal Ahmed Badi. Buku tersebut terbit dengan judul Sharh Arba'een an Nawawi : Commentary Of Forty Hadiths Of an-Nawawi. Terjemahan ini merupakan upaya pemilik blog untuk melatih keterampilan menerjemah, tidak untuk dikomersilkan 

Hadis 1

Diriwayatkan dari Amirul Mu’minin, Abu Hafs Umar bin Al-Khattab, radiyallahu anhu, bahwasanya beliau berkata : Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda “Segala amal perbuatan tergantung niyatnya. Dan setiap manusia akan mendapatkan sesuatu dari yang diniatkannya tersebut. Maka, barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya dinilai sebagai hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang berhijrah untuk dunia yang dicintainya atau kepada perempuan yang dinikahinya, maka hijrahnya adalah untuk keduanya. (Al-Bukhari & Muslim)

LatarBelakang

Hadis ini diucapkan oleh Nabi Saw saat ada seseorang yang berhijrah dari makkah ke Madinah demi perempuan yang dinikahinya dan bukan untuk Islam. Hadis ini dinilai sebagai hadis yang paling baik dalam Islam.

Imam as-Syafi’I berkata : hadis ini adalah sepertiga ajaran Islam. Ia mampu menghasilkan 70 pembahasan dalam kajian fiqih.

Imam Ahmad (dengan merujuk kepada pendapat Imam Syafi’i) berkata : Islam dibangun dari 3 hal dasar (kesemuanya berasal dari hadis yang terangkum dalam Arbain) :

1.       Hadis 1 : Yang sedang kita bahas ini

2.       Hadis 5 : hadis “Barangsiapa melakukan amal ibadah dalam Islam yang tidak ada dalam ajaran kami (ajaran quran dan hadis-penj) maka amal tersebut akan ditolak.

3.       Hadis 6 : Hadis “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas dan di antara keduanya ada hal yang syubhat dan banyak orang terjerumus di dalamnya…”

Tiga hadis ini disepakati  oleh  Bukhari dan Muslim.

Hadis-hadis ini bisa dipahami sebagai 3 kriteria yang menjadi sarana evaluasi dan sebagai motivasi ibadah harian seorang muslim :

1.       Hadis 1 : Untuk mengevaluasi dan menyikapi bagian internal diri (manajemen hati)

2.       Hadis 5 : Untuk mengevaluasi dan menyikapi bagian eksternal diri (ekspresi badaniah)

3.       Hadis 6 : Untuk mengevaluasi dan menyikapi bidang muamalat (interaksi dengan lingkungan social)

 

Niat memiliki dua makna :

1.       Niat sebelum ibadah

2.       Kerelaan/Kesediaan

Pelajaran

Nabi Muhammad Saw, memulai hadis dengan redaksi “Segala sesuatu tergantung amalnya” dan memberikan 3 contoh. Ini merupakan metodologi yang dipakai oleh Nabi Muhammad Saw. Contoh-contoh yang ada dalam hadis membantu mengilustrasikan prinsip-prinsip yang mudah dipahami seorang muslim dan (dengan hal tersebut) mereka mampu mengaplikasikan prinsip terrsebut di situasi serupa.

Tiga contoh tersebut terdiri dari niat bagus (hijrah demi Allah dan Rasulullah Saw) dan dua niat buruk (hijrah karena dunia dank arena mengejar perempuan yang dinikahi).

 

Hadis di atas menekankan nilai ikhlas (ketulusan-beribadah kepada Allah semata, menjalankan perbuatan untuk Alah di manapun ia berada tanpa pengecualian). Ikhlas adalah salah satu penyebab diterimanya ibadah di sisi Allah. Di sisi yang lain, amal perbuatan kita harus sesuai dengan Syariah, hal ini sebagiamana dimaksud dalam hadis ke-5.

Dari syahadah kita bisa memahami beberapa hal :

1.       “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah” ini adalah bentuk keikhlasan-memastikan bahwa kita melakukan segala sesuatu samata-mata karena Allah Swt

2.       “Saya bersaksik bahwa Muhammad adalah utusan Allah”-Sunnah adalah manifestasi al-Qur’an. Nabi Muhammad Saw, panutan kita, merupakan teladan terbaik yang harus kita ikuti. Mengikuti Sunnah Muhammad dalam ibadah kita, akhlaq dan muamalat merupakan sebuah upaya memastikan bahwa apa yang kita lakukan bersesuaian dengan syariat.

Jadi, syahadat menunjukkan kepada kita sebuah pelajaran bahwa jika amalan kita ingin diterima Allah Swt adalah harus : a) Dilakukan semata karena Allag karena Dialah satu-satunya yang patut disembah, 2) Dilakukan sesuai dengan syariah

###

Untuk menerapkan keikhlasan, kita harus menghindari (avoid) syirik (menyekutukan Allah, kasus ketidaktulusan beribadah). Imam Harawi berkata bahwa akar dari ketidaktulusan (Syirik) adalah hawa nafsu. Untuk itu, ibadah tidak akan maksimal dikarenakan hawa nafsu.

Imam al-Harawi mengatakan bahwa hawa nafsu ada 7 macam :

1.       Nafsu untuk menciptakan kekaguman terhadap diri sendiri dalam pandangan orang lain

2.       Nafsu untuk mencari sanjungan orang lain

3.       Nafsu untuk tidak menerima diirnya disalahkan

4.       Nafsu agar dipuji orang lain

5.       Nafsu untuk mencari kekayaan

6.       Nafsu mendapatkan perlayanan atau cinta dari orang lain

7.       Nafsu untuk menolong orang lain

###

Beberapa jalan untuk menjadi ikhlas :

1.       Bersikap Adil. Semakin kita bersikap baik (good deeds) dan mendekat kepada Allah Swt, semakin kita tulus dalam beribadah kepada Allah Swt

2.       Sebelum melakukan ibadah, pertama kita harus mencari ilmu atas apa yang akan kita kerjakan, yang mana amal ibadah kita akan dibimbing oleh ilmu tersebut, maka dengan itu mereka bisa beribadah sesuai dengan Syariah

3.       Jangan menampilkan kesaksian palsu-Jangan menjadikan orang lain percaya bahwa apa yang kita lakukan itu baik, padahal tidak

4.       Imam Ahmad berkata : Sebelum kamu melakukan sesuatu, periksa niatmu. Tanyakan dalam dirimu sebelum melakukan sesuatu, “Apakah saya melakukan ini karena Allah?”

 

###

Ibn al-Qayyim berkata : Apapun yang kita lakukan pasti akan terdampak tiga hal berbahaya (defect) berikut :

1.       Sadar bahwa segala perbuatan kita disaksikan oleh orang lain

2.       Mengharap balasan atas segala kebaikan yang kita lakukan

3.       Merasa puas atas amal ibadah yang kita lakukan

 

Contoh :

1.       Apabila kita menuju masjid untuk shalat pada awal waktu, datang sebelum imam dan mencari shaf pertama, kita tidak usah bangga atas diri kita seraya berpikir bahwa diri kita lebih baik ketimbang yang lain. Kita harusnya bersyukur kepada Allah atas perkenannya mengizinkan kita shalat dan mampu melakukan shalat tanpa kesulitan

2.       Setiap selesai shalat lazimnya kita menginstropeksi diri kita bahwa apa yang kita lakukan sudah baik dan berharap besok bisa mendapatkan shalat yang lebih baik lagi

###

Apa yang terjadi saat kita mengubah niyat saat berlangsungnya ibadah? Ibnu Rajab mengatakan, menurut pendapat ulama, apabila kita telah melakukan niat yang baik saat awal (melakukan ibadah semata karena Allah), kemudian di tengah berubah maka hal tersebut diampuni, insyaallah. Bagaimanapun, jika niat di akhir berbeda dengan yang di awal, seperti kita melakukan sesuatu kemudian niat untuk selain Allah, maka kita harus bertaubat (repent).

###

Ada 4 hal yang berlawanan dengan ikhlas :

1.       Maksiat – Berbuat dosa, hal ini melemahkan keikhlasan kita

2.       Syirik – Meenyektukan Allah

3.       Riya – Melakukan ibadah dengan niatan untuk memperihatkan kepada orang

4.       Nifaq – Kemunafikan

Bahkan, akhirnya, kita harus selalu melakukan seusuatu dengan tidak menyimpang dari niat keikhlasan. Dalam amalan yang kita laksanakan, harus secara otomatis menghadirkan niat baik. Semisal, mencari ilmu pengetahuan, menolong orang lain, melakukan dakwah, dsb.

###

Beberapa hukum/pembahasan fiqih yang disarikan (derived) dari hadis di atas :

1.       Ketika seseorang bersumpah menggunakan kata “demi Allah”, niat mereka yang sebenarnya bukan untuk bersumpah kepada Allah. Mereka mengatakan hal tersebut secara spontan (simply) dan karena tradisi-secara spontan (readily) keluar dari lidah mereka, Namun (hence), hal tersebut tidak berbahaya (harmless). Bagaimanapun, seseorang muslim seharusnya mengurangi kebiasaan tersebut.

2.       Jika seseorang mengambil sumpah (oath), maka yang dinilai adalah niat mereka mengatakan sumpah tersebut

3.       Seseorang bisa memadukan niat antara beribadah dengan tugasnya mengajar orang, kita melakukan ibadah karena Allah Swt akan tetapi kita juga mampu mengaplikasikan niat tersebut saat kita sedang mengajar orang lain. Contohnya adalah Ketika Nabi Muhammad Saw melakukan haji, beliau melakukan hal tersebut murni karena Allah Swt sembari mengajari pengetahuan kepada sahabat (the companions)

4.       Seseorang yang melakukan siding perceraian, secara lisan atau pengadilan, itu yang dinilai nanti adalah niatannya

5.       Sesuatu yang kita anggap sebagai ghibah (membicarakan keburukan orang dari belakang, kendati hal tersebut benar), itu bisa bernilai sebagai senda gurau atau doa. Jika seseorang memang melakukan hal tersebut hanya untuk membicarakan keburukannya, niatnya yang menentukan apakah hal tersebut dinilai sebagai ghibah atau bukan

###

Kesimpulan

Apa yang kita lakukan itu tergantung (undermined) niat kita, apakah hal tersebut atau baik. Maka dari itu, kita harus memeriksa Kembali niat kita sebelum kita melakukan atau mengucapkan sesuatu. Kita harus yakin bahwa perbuatan yang kita lakukan karena Allah maka akan diterima oleh Allah Swt dan akan diberikan ganjaran oleh-Nya, insyaallah.

Tag : Hadis,Translate Training, Arbain Nawawi, Jamal Ahmad Badi

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top