Jumat, 08 Januari 2021

Januari 08, 2021 - No comments

Resolusi 2022

Tesis oh Tesis. Belakangan, hari-hari saya disibukkan dengan deadline penyelesaian tesis. Tenggat akhir yang sudah begitu dekat memaksa saya berjibaku memelototi kata demi kata dalam penelitian akbar yang dijalani. Lama tidak mengisi jurnal harian di Blogger, lama tidak menumpahkan keluh kesah dan sukacita di dinding virtual ini. Hampir-hampir saya melihat jalinan sarang laba-laba di ujung laman blog ini. Hihi.

Tesis, dengan drama dan romantisme yang terkandung di dalamnya, merupakan perpaduan yang ciamik anatra penderitaan dan momentum unjuk intelektualitas. Dalam medan bernama penelitian, kita dipaksa untuk berkhidmat pada peradaban intelektual dengan cara dan kemampuan yang kita miliki. Tesis, hakikatnya, ibarat perempuan yang enggan dimadu. Memadu tugas akbar ini adalah sebuah kecelakaan, sebenarnya. Dan banyak orang  terjebak di sana. Termasuk saya salah satunya. Di penghujung semester saya di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah ini saya belajar tentang itu. Bahwa sesuatu yang akbar yang harus dicicil soghir-soghir, bahwa berlari mengindari dari suatu yang yaqin (pasti) adalah menunda kekalahan (toh kita pasti akan menemuinya), bahwa suatu yang inti harusnya menjadi prioritas dalam kita, dan "bahwa-bahwa" lainnya..... 

(Semoga ini tidak terulang lagi, di petualangan berikutnya yang lebih membara dan seru!) #OtwS3

Menyusuri suratan kehidupan ibarat menjelalajahi sebuah buku tebal, kerap kita menemukan halaman-halaman yang berisi bahasan menarik, kita berikan batas pembaaca agar nikmat untuk dikenang. Guratan nasib sudah dipatenkan sebelum diri kita hadir ke bumi, dalam literasi keagamaan disebutkan bahwa pena untuk menyusun skema kehidupan sudah diangkat, tinta di atas kertas telah mengering. Kitab besar takdir sudah dicetak dan ditashih jauh sebelum kita menyadari realita tersebut.

"Kita hidup bukan di Jalan Raya Kebenaran, kita hidup di lorong-lorong Kebeneran," begitu dikatakan oleh Goenawan Muhammad dalam Kebeneran dalam Catatan Pinggir-nya yang ke-12. Begitupun cara saya menjalin komunikasi dengan TU. Berawal dari penunjukan saya sebagai pendamping agenda Biksah (Bakti Santri Darus-Sunnah) pada tahun 2019, saya berdiam di sana hampir sebulan lamanya, bertemu dengan sepuhnya dan seluruh keluarga besar di sana. Hal ini terus berlanjut hingga suatu saat saya bersua dengan Bunga.

Bunga adalah sosok yang diagungkan dalam komunitas TU. Bukan karena ia memiliki darah biru, intelektualitas dan moralnya yang luhur membuat sosoknya pantas mendapat nama kehormatan di lingkungannya. Hal ini berdasarkan intensitas pengalaman saya berinteraksi dengannya, setelah sekian lama (Sejak 27 Mei 2021, baru aktif sejak Desember 2021-10 Januari 2022). Itu pun dilangsungkan dalam bentuk online saja, melalui platform WhatsApp, Telegram dan Instagram, baik dalam bentuk message atau voice note.

Pembawannya yang kalem, dewasa, smart, keeper timing, supportif menjadikan saya ngobrol dengannya menjadi hal yang mengasyikkan. Setiap hari kita bertukar cerita lewat pesan online, dan kadang2 juga melalui telpon. Seru dan mengasyikkan. Semoga kita ditakdirkan untuk selalu asyik dan seru untuk ngobrol. 

Cerita Perjalanan Tesis

Cerita Agenda2 Mendatang

Cerita Masa Depan

Cerita Biksah Dll


0 komentar:

Posting Komentar

Back to top