Membaca Jurnalisme Investigasi
Refleksi
Membaca berarti membuka jendela
dunia. Dan, benar, pada kesempatan ini saya akan sedikit menceritakan pengalaman
membaca sebuah buku yang sangat apik. Berawal dari pinjaman seorang teman, buku
Jurnalisme Investigasi karya seorang jurnalis-aktivis Dandhy Dwi Laksono ini merupakan
teman duduk yang informatif dan atarktif. Sebagaimana judulnya, buku ini
ditulis dengan nalar investigasi yang patut diacungi jempol dalam menyajikan
data-data kejurnalisan.
Biografi Buku
Buku Jurnalisme Investigasi yang
ditulis oleh Dandhy Dwi Laksono ini diterbitkan oleh penerbit Kaifa (anak
perusahaan Mizan Pustaka) pada bulan Juni tahun 2010. Karya dengan tebal 436
halaman ini amat menarik baik sebagai teman baca santai atau rujukan ilmu jurnalistik, khususnya jurnalistik investigasi.
Daftar isi Buku
Buku ini dibagi menjadi 7 bagian
pembahasan dan 1 refleksi dari penulis. Bab pertama berisi jabaran tentang
pengertian investigasi, dikemas di dalamnya 5 elemen investigasi yang harus
dipenuhi, perbedaan investigasi dengan in-depth reporting dan investigasi
sebagai tekhnik liputan. Selain itu, dibahas juga bahwa investigasi merupakan
tekhnik meliput, tidak tergantung pada besar dan kecilnya sebuah isu yang
diangkat.
Bab Kedua berisi tentang
modal yang harus disiapkan saat hendak melakukan investigasi. Modal pertama
adalah kemauan, ketekunan dan keberanian. Modal kedua adalah jejaring yang
luas, baik itu sesama wartawan atau jaringan-jaringan lain. Modal ketiga adalah
Pengetahuan yang memadai, hal ini membahas tentang kemampuan menilai apakah
sebuah informasi layak dijadikan bahan investigasi atau tidak. Modal keempat
adalah Keterampilan mengemas laporan, di sini diibaratkan bahwa laporan
investigasi tak ubahnya hasil tangkapan ikan dari lautan, tugas sang koki-lah
yang menjadikannya lezat di hadapan pengunjung restoran, tanpa kemampuan meramu
bahan, ikan yang enak sekalipun akan berasa hambar. Modal kelima adalah Komitmen
institusi media, yang dimaksud di sini adalah bahwa laporan investigasi akan lebih
baik jika dilakukan di bawah payung media yang besar, selain diharapkan mampu
mengatasi masalah pendanaan, masalah jaminan keamanan juga diharapkan bisa
datang.
Bab Ketiga berkaitan
dengan perencanaan investigasi. Ada 5 langkah yang ditawarkan di sini. Pertama
adalah membentuk tim investigasi. Bagaimanapun, investigasi merupakan kerja
besar yang memerlukan banyak orang dengan keahlian yang saling mendukung demi
kesuksesan investigasi. Kedua adalah dengan melakukan riset dan observasi awal,
hal ini penting dilakukan agar tidak kaget melihat lapangan investigasi. Ketiga
adalah menentukan angle (fokus) dan hipotesis. Keduanya penting, lewat angle
sebuah penelitian akan lebih terarah dan hipotesis mengantarkan kita pada pijakan
yang kuat dalam kerja investigasi. Keempat adalah merencanakan strategi eksekusi.
Tanpa strategi eksekusi di lapangan akan terhambat dan kacau. Kelima adalah
menyiapkan skenario pasca publikasi. Setiap laporan investigasi yang
disampaikan ke publik biasanya memiliki efek samping, baik dari kelompok yang mendukung
ataupun dari mereka yang tidak suka dengan laporan invetstigasi tersebut, maka
dari itu perlu langkah untuk menangani hal tersebut
Bab Keempat berisi tentang
gerakan lapangan. Dandhy membaginya menjadi 2 tahap, tahap pertama adalah
mencari bukti fisik dan mencari serta mengumpulkan kesaksian. Dalam mencari
bukti fisik dan mencari kesaksian, penulis memberikan trik khusus di bab ini.
Bab Kelima berisi teknik
peliputan. Dalam bab ini dijelaskan ragam teknik penyamaran, cara observasi dan
ragam teknik peliputan. Dalam bab teknik penyamaran dijelaskan 3 model
penyamaran : penyamaran melebur (immerse), penyamaran menempel (embedded) dan
penyamaran berjarak (surveillance). Masing-masing memiliki karakteristik dan
segmentasi yang berbeda-beda.
Bab Keenam berisi mengenai
tekhnis mengemas laporan. Di sini beliau menarasikan karakteristik mengemas
sebuah laporan investigasi dari 3 platform : Radio, media cetak dan televisi.
Penulis mengatakan bahwa masing-masing platform memiliki karakteristik dan segmentasi
pembaca yang berbeda-beda, untuk itu dibutuhkan seni yang khas dan proporsional
dengan media yang dipakai. Dan di antara semua media yang ada, media internet
adalah media yang paling atraktif, karena bisa memuat 3 unsur sekaligus media
yang disebutkan di atas.
Dalam bab ini juga dibahas 7 elemen
penulisan dan 7 kegagalan dalam penulisan. Serta himbauan dari penulis agar
tidak menuliskan hasil jurnalistik dengan menggunakan kata sifat, karena
sifatnya yang sangat subjektif.
Bab Ketujuh berisi kode etik jurnalistik. Meski tidak dijelaskan secara rinci, penulis menyampaikan hal-hal global dan kasuistis berdasarkan pengalamannya. Di dalamnya di bahas efek samping peliputan, perlindungan sumber, pemakaian sumber ananoim, mencuri materi, etika menyamar dan merekam diam-diam, dan rekonstruksi atau reka ulang adegan perkara.
0 komentar:
Posting Komentar