Rabu, 20 Januari 2021

Januari 20, 2021 - , No comments

Membaca Jurnalisme Investigasi




Refleksi

Membaca berarti membuka jendela dunia. Dan, benar, pada kesempatan ini saya akan sedikit menceritakan pengalaman membaca sebuah buku yang sangat apik. Berawal dari pinjaman seorang teman, buku Jurnalisme Investigasi karya seorang jurnalis-aktivis Dandhy Dwi Laksono ini merupakan teman duduk yang informatif dan atarktif. Sebagaimana judulnya, buku ini ditulis dengan nalar investigasi yang patut diacungi jempol dalam menyajikan data-data kejurnalisan.

Biografi Buku

Buku Jurnalisme Investigasi yang ditulis oleh Dandhy Dwi Laksono ini diterbitkan oleh penerbit Kaifa (anak perusahaan Mizan Pustaka) pada bulan Juni tahun 2010. Karya dengan tebal 436 halaman ini amat menarik baik sebagai teman baca santai atau rujukan ilmu jurnalistik, khususnya jurnalistik investigasi.

Daftar isi Buku

Buku ini dibagi menjadi 7 bagian pembahasan dan 1 refleksi dari penulis. Bab pertama berisi jabaran tentang pengertian investigasi, dikemas di dalamnya 5 elemen investigasi yang harus dipenuhi, perbedaan investigasi dengan in-depth reporting dan investigasi sebagai tekhnik liputan. Selain itu, dibahas juga bahwa investigasi merupakan tekhnik meliput, tidak tergantung pada besar dan kecilnya sebuah isu yang diangkat.

Bab Kedua berisi tentang modal yang harus disiapkan saat hendak melakukan investigasi. Modal pertama adalah kemauan, ketekunan dan keberanian. Modal kedua adalah jejaring yang luas, baik itu sesama wartawan atau jaringan-jaringan lain. Modal ketiga adalah Pengetahuan yang memadai, hal ini membahas tentang kemampuan menilai apakah sebuah informasi layak dijadikan bahan investigasi atau tidak. Modal keempat adalah Keterampilan mengemas laporan, di sini diibaratkan bahwa laporan investigasi tak ubahnya hasil tangkapan ikan dari lautan, tugas sang koki-lah yang menjadikannya lezat di hadapan pengunjung restoran, tanpa kemampuan meramu bahan, ikan yang enak sekalipun akan berasa hambar. Modal kelima adalah Komitmen institusi media, yang dimaksud di sini adalah bahwa laporan investigasi akan lebih baik jika dilakukan di bawah payung media yang besar, selain diharapkan mampu mengatasi masalah pendanaan, masalah jaminan keamanan juga diharapkan bisa datang.

Bab Ketiga berkaitan dengan perencanaan investigasi. Ada 5 langkah yang ditawarkan di sini. Pertama adalah membentuk tim investigasi. Bagaimanapun, investigasi merupakan kerja besar yang memerlukan banyak orang dengan keahlian yang saling mendukung demi kesuksesan investigasi. Kedua adalah dengan melakukan riset dan observasi awal, hal ini penting dilakukan agar tidak kaget melihat lapangan investigasi. Ketiga adalah menentukan angle (fokus) dan hipotesis. Keduanya penting, lewat angle sebuah penelitian akan lebih terarah dan hipotesis mengantarkan kita pada pijakan yang kuat dalam kerja investigasi. Keempat adalah merencanakan strategi eksekusi. Tanpa strategi eksekusi di lapangan akan terhambat dan kacau. Kelima adalah menyiapkan skenario pasca publikasi. Setiap laporan investigasi yang disampaikan ke publik biasanya memiliki efek samping, baik dari kelompok yang mendukung ataupun dari mereka yang tidak suka dengan laporan invetstigasi tersebut, maka dari itu perlu langkah untuk menangani hal tersebut

Bab Keempat berisi tentang gerakan lapangan. Dandhy membaginya menjadi 2 tahap, tahap pertama adalah mencari bukti fisik dan mencari serta mengumpulkan kesaksian. Dalam mencari bukti fisik dan mencari kesaksian, penulis memberikan trik khusus di bab ini.

Bab Kelima berisi teknik peliputan. Dalam bab ini dijelaskan ragam teknik penyamaran, cara observasi dan ragam teknik peliputan. Dalam bab teknik penyamaran dijelaskan 3 model penyamaran : penyamaran melebur (immerse), penyamaran menempel (embedded) dan penyamaran berjarak (surveillance). Masing-masing memiliki karakteristik dan segmentasi yang berbeda-beda.

Bab Keenam berisi mengenai tekhnis mengemas laporan. Di sini beliau menarasikan karakteristik mengemas sebuah laporan investigasi dari 3 platform : Radio, media cetak dan televisi. Penulis mengatakan bahwa masing-masing platform memiliki karakteristik dan segmentasi pembaca yang berbeda-beda, untuk itu dibutuhkan seni yang khas dan proporsional dengan media yang dipakai. Dan di antara semua media yang ada, media internet adalah media yang paling atraktif, karena bisa memuat 3 unsur sekaligus media yang disebutkan di atas.

Dalam bab ini juga dibahas 7 elemen penulisan dan 7 kegagalan dalam penulisan. Serta himbauan dari penulis agar tidak menuliskan hasil jurnalistik dengan menggunakan kata sifat, karena sifatnya yang sangat subjektif.

Bab Ketujuh berisi kode etik jurnalistik.  Meski tidak dijelaskan secara rinci, penulis menyampaikan hal-hal global dan kasuistis berdasarkan pengalamannya. Di dalamnya di bahas efek samping peliputan, perlindungan sumber, pemakaian sumber ananoim, mencuri materi, etika menyamar dan merekam diam-diam, dan rekonstruksi atau reka ulang adegan perkara.


0 komentar:

Posting Komentar

Back to top