Kementerian Agama yang Baru Berjanji Untuk Melindungi Syiah dan Ahmadiyah
Foto : Kementerian Agama Yaqut Cholil Qoumas tengah memberikan ceramah Ketika mengunjungi Gereja Protestan (GPIB) Immanuel Protestan di Semarang, Jawa Tengah, pada hari Rabu.
Berita – Yaqut Cholil Qoumas- Menteri agama terpilih,
berjanji untuk menegakkan (uphold) hak keberagamaan kelompok minoritas Syiah
dan Ahmadiyah dan melindungi mereka dari persekusi.
“Saya tidak ingin ada jama’ah syiah dan
Ahmadiyah diusir dari rumah karena keyakinan mereka. Mereka adalah warga yang
harus dilindungi,” Ujar Yaqut pada Rabu kepada Tempo.co
Dalam beberapa tahun, pihak berwajib dan kelompok-kelompok
lain telah melakukan diskriminasi menyerang kelompok Ahmadiyah dan Syiah.
Kelompok mereka, dalam beberapa contoh kejadian, telah dilarang untuk mmebangun
rumah ibadah mereka dan diusir dari rumah mereka.
Yaqut berjanji untuk memfasilitasi dialog antar
kelompok keagamaan.
“Kementerian Agama akan memfasilitasi dialog secara
lebih intensif untuk menjembatani beragam perbedaan,” kata dia.
Menteri yang dipilih oleh Jokowi tersebut
meggantikan pensiunan militer Fachrul Fauzi pada reshuffle cabinet lalu.
Yaqut merupakan ketua GP Anshor, kelompok pemuda
di bawah organisasi islam terbesar yakni Nahdlatul Ulama. Ia juga keponakan
dari Mustofa Bisri, ulama NU.
Catatan datang dari Azyumardi Azra, professor dari
UIN Jakarta.
Azyumardi mendesak kepada pemerintah untuk
menegakkan hak kelompok minoritas dan mendukung pengakuan mereka agar lebih
kuat lagi.
Dia mengatakan bahwa kelompok minoritas di
Indonesia telah mengalami kesulitan-kesulitan dalam mempraktikkan keberagamaan
mereka.
Dia menyebutkan contoh pengungsi Syiah di
Sidoarjo, Jawa Timur, dan kelompok Ahmadiyah di Mataram, Nusa Tenggara Barat,
di mana mereka dipersekusi dan diusir dari rumah mereka oleh kelompok-kelompok garis
keras beberapa tahun lalu.
“Bagaimanapun, intoleransi tidak hanya terjadi
(occur) di antara internal umat islam saja, akan tetapi terjadi pada kelompok
agama lain,” ucap Azra
“Di daerah yang mayoritas pemeluknya beragama
protestan, sangat sulit bagi kelompok katolik untuk membangun gereja.
Sebaliknya, di daerah yang mayoritas pemeluknya beragama Katolik, sangat sulit
bagi kelompok Protestan untuk membangun gereja,” tambahnya
0 komentar:
Posting Komentar