Senin, 12 Juli 2021

Membaca Jaringan Ulama

 


MEMBACA JARINGAN ULAMA

(Refleksi bacaan atas disertasi Azra dalam bentuk poin-poin)

 

·        MEMBACA JARINGAN ULAMA

(Refleksi bacaan atas disertasi Azra dalam bentuk poin-poin)

 

·         BAB 1 : Hal. 0-59

·         Pendahuluan : Yang membuat umat islam seia dan sekata sedunia (dalam kasus Denmark dan Palestina) adalah karena kesamaan ideologi, adanya realitas sakralisasi agama (ini yang membedakan dengan barat) dan jaringan ulama

·         Kecenderungan ingelektual-keagamaan yang paling mencolok yang muncul dari jarangan ulama abad 17 dan 18 adalah upaya harmonisasi syariat dan tasawuf

·         Peneltiian Azra adalah yang pertama membahas relasi jaringan ulama nusantara dan timur tengah yang membahas sisi organisasional dan subtansi ajaran yang dibawa

·         Teori anak Benua India (Gujarat) : Pijnapel, Snouck, Moquete, Kern, Arnold (Pantai Coromandel dan Malabar)

·         Teori Arab : Crawford, Nemmand, de Holander (Yaman) dan Naquib al-Attas

·         Teori yang mengatakan Islam masuk melalui jalur pedagang meniscayakan islamisasi berbasis transaksional dengan penguasa

·         Teori yang mengatakan bahwa Islam dibawa oleh kaum sufi disebabkan kaum sufi adalah salah satu sekte islam yang paling atraktif dengan kondisi nusantara awal, kemampuannya untuk melebur sambal menyelipkan pesan-pesan keislaman membuat kaum sufi diterima dakwahnya

·         Hubungan Timur Tengah dan Nusantara dengan Cina dalam hal perdagagan sejak abad 7 meniscayakan persinggungan islam dengan nusantara. Pasalnya, perdagangan antara dua peradaban tersebut tidak bisa tidak pasti melewati jalur Sumatra (Palembang) yang saat itu dipimpin oleh Sriwijaya. Yang mana Pelabuhan di Palembang kerap dibuat tempat bersinggah para pedagang dari kedua peradaban tersebut

·         Pasca Sriwijaya (Abad 13), umat muslim Nusantara mulai menjalin hubungan dengan Turki Utsmani, salah satunya untuk mengusir Portugas yang mengganggu lautan Malaka. Dampak dari itu adalah amannya jalur perdagangan masyarakat Sumatera dan terbukanya jalur haji. Selain itu, Pasai juga diberikan banyak pakar militer dan senjata yang dikirim langsung oleh Turki Utsmani

·         Abad 16 dan 17 adalah masa-masa awal ulama nusantara menjalin Kerjasama dengan Timur Tengah (Haramyn). Bukan hanya dari Aceh, melainkan ulama dari Banten, Mataram dan Makassar juga mulai membangun jaringan dengan Makkah saat itu.

 

·         BAB 2 : Hal. 60-110

·         Melemahnya dinasti Abasiyah pada abad 9 menyebabkan dinasti Syiah bangkit, Fatimiyah, Buwaihi dan Qaramithah. Dinasti Qaramithah (Qarmathiyah) menyerang jamaah haji sebanyak 30.000 orang dan membawa hajar aswad selama 22 tahun (929 M). Namun akhirnya dikembalikan setelah dibujuk oleh pimpinan mereka

·         Kebangkitan Madrasah2 di Haramayn pada abad 15 merupakan ciri kosmopolitanisme Haramayn, pasalnya guru dan murid terdiri dari berbagai daerah. Dan, sebagaimana tesis Kruu, Madarasah-Madrasah yang ada dibangun dan didanai oleh pemerintah Utsmani, yang hidup dan matinya tergantung pada wakaf kekhalifahan

·         3 tipe imigran menurut Volt : Little Imigrant yakni perantau biasa, Grand Imigrant yakni ulama par excellence yang menetap di Mekkah selamanya, guru dan murid pengembara yakni yang belajar di Mekkah dan Kembali ke kampung asalnya

·         Legalitas mengajar di Haramayn didapat lewat otoritas sanad keilmuan dan hasil rapat qadhi setempat

·         Banyak ulama internasional mengajar di Haramyn, hal ini terjadi lantaran sifat kosmpolitanisme Haramyn pasca dibukanya jalur haji

·         Dua poros ulama abad 17 : Sayyid Sibghatullah asal india dan Ahmad bin Ali al-Syinnawi al-Mishri dari Mesir. Kedua tokoh ini menjelaskan alur sanad keilmuan Mekkah yang sedikit banyak mengacu ke India dan Mesir. Keduanya merupakan contoh dari Grand Imigrant

·         Sibghatullah memiliki Murid Bernama Ahmad al-Syinawi (kelak menjadi guru al-Qusyasyi) dan Al-Qusyasyi. Al-Qusyasyi memiliki murid Bernama Ibrahim al-Kurani. Ibrahim al-Kurani memiliki murid Bernama Ba Syaiban (yang kelak menjadi gurunya Ar-Raniri) dan Nuruddin ar-Raniri. Ahmad al-Qusyasyi sekaligus merupakan guru dari ulama Nusantara awal yang belajar ke Timur Tengah, yakni Nuruddin ar-Raniri, Abdurrauf al-Singkili dan Yusuf al-Maqassari. (12/07/2021)

·         Ibn Yaqub dan Zayn al-Abidin at-Thabari merupakan guru dari al-SInkili, keduanya merupakan ulama jaringan asli Mekkah

·         Abu Thahir al-Kurani, Hasan al-Ajami, Rasul al-Barzanji, Ahmad al-Nakhili dan Muhammad Salim bin Isa al-Bashri al-Makki merupakan ulama terpenting pada pergantian abad 17 dan 18 di Mekkah

·         Isnad hadis dan silsilah tarekat menjadi pemersatu ulama Haramyn pada abad 17 dan 18, kendati murid dan guru di sana memiliki perbedaan mazhab dan tarekat. Penyatuan mereka juga didasari pada misi yang sama, yakni misi menuju reformasi islam yang lebih luas

·         BAB 3 : Pembaruan dalam Jaringan Ulama dan Penyebaran Islam ke Dunia Islam yang Lebih Luas

·         Mekkah adalah melting pot (panic pelebur) dari berbagai tradisi Islam. Aliran-aliran kecil yang datang dari berbagai dunia Bersatu menjadi tradisi besar (great tradition). Sebagai contoh adalah tradisi tasawuf yang dibawa oleh Ahmad al-Qusyasyi (mewakili India dengan tradisi tasawufnya yang kental) dan Ahmad al-Syinnawi (mewakili Mesir dengan tradisi hadisnya yang kental), keduanya Bersatu di Mekkah dan menghasilkan produk Neo Sufisme, tawaran alternatif tasawuf dengan corak yang lebih murni sisi syariatnya. Lihat definisi neo sufisme di halaman 126

·         Yang bertanggungjawab atas lahirnya neo sufisme adalah ahli hadis. Hal ini dikarenakan pada abad 12 dan 13, tasawuf sedang mendunia dan menjadi anutan masyarakat muslim dunia. Ahli hadis datang untuk mereartikulasi tasawuf sehingga bercorak neo sufisme.

·         Ibrahim al-Kurani : Aku tidak menyimpan keraguan bahwa hadis akan abadi di atas bumi ini (Azra, 135)

·         Al-Qusyasyi dan Ibrahim al-Kurani merupakan tokoh sentris lahirnya dan berkembangnya paham neo-sufisme. Al-Qusyasyi memimpin tarekat Syathariyah, namun tetap menekankan syariat di atas tasawuf. Al-Kurani pegiat tasawuf, namun tetap mendorong perlunya pembangunan tasawuf di atas syariat, hal ini dibuktikan salah satunya dengan lahirnya banyak karya beliau yang menarasikan perdamaian antara syariat dan tasawuf. Keduanya juga menganjurkan paham aktivisme, bahwa tasawuf perlu bermasyarakat juga dan membuat perubahan

·         Ibrahim al-Kurani, Ibn Yaqub, Abdusyyukur al-Syami adalah ulama-ulama yang memiliki keakraban dengan ulama Melayu. Hal ini dibuktikan, salah satunya, lewat karya-karya mereka yang berisi respon dari berbagai pertanyaan ulama Melayu atas permasalahan actual yang terjadi di antara mereka.

·         Saat itu, Ulama diperkenankan berafiliasi ke banyak tarekat. Contohnya adalah al-Qusyasyi, di mana beliau berafiliasi dengan banyak sekali tarekat. Kendati demikian, ia tetap menyerukan penggunaan nalar dalam bertasawuf. Salah satunya al-Qusyasyi menentang pensucian berlebihan terhadap guru, misalnya adalah doktrin bahwa murid di hadapan guru tak ubahnya mayit yang harus mau diperlakukan seperti apapun.

·         Ahmad al-Nakhili dan Ibrahim al-Kurani merupakan ulama yang kerap mendamaikan banyak kubu islam. Untuk itu kemudian beliau menuai kecaman dari berbagai kalangan.

·         Abu Thahir al-Kurani, Hasan al-Ajami dan Ahmad al-Nakhili merupakan murid al-Kurani yang meneruskan ajaran al-Kurani pasca al-Kurani

·         Muhammad Hayat al-Sindi merupakan tokoh jaringan India-Timteng yang berpengaruh. Ia terbukti merupakan guru dari Abdullah Ibn Wahhab, tokoh pembaharu Makkah. Sindi kerap menunjukkan kepada Abdullah perihal bid’ah dsb. Ibn Asyf merupakan guru Abdullah ibn Wahab yang lain yang senantiasa mendorong untuk membaca karya-karya Ibn Taymiyyah.

·         Syah Wali Allah al-Dihlawi merupakan tokoh penting jaringan Ulama India – Timteng. Karyanya Hujjat Allah al-Balighah menekankan pentingnya rasionalitas dalam beragama. Muridnya banyak dari India

·         Pada abad 17-18 (dan mungkin seterusnya?) menganggap bahwa belajar ke Mekkah merupakan yang wajib dilakukan

·         Murtadha al-Zabidi, murid al-Dihlawi, merupakan tokoh penting jaringan ulama Timteng – India. Selain mendukung rasionalitas beragama ia juga cinta tasawuf, salah satunya dibuktikan lewat perwujudan karyanya Ittihaf Sadat al-Muttaqin bi Syarh Ihya Ulum al-Din. Yang menjadi bukti perhatiannya terhadap al-Ghazali

·         Ma Mingxin merupakan tokoh jaringan ulama Cina – Timteng. Beliau merupakan penganut Naqsyabandiyah Jahriyyah. Mendirikan Naqsabandiyah di Cina

·         Shalih al-Fullani, Utsman bin Fudi, Jibril bin Umar dan Ahmad al-Tijani merupakan tokoh pentingan jaringan ulama Afrika Barat – Timteng.  (14/07/2021, bacaan dari 110-202)

·         Bab tentang kecenderungan Intelektual dan Praksis

·         Corak perkembangan Islam abad 18 adalah kelanjutan telaah hadis, harmonisasi syariat dan tasawuf, rekonsiliasi empat mazhab dan toleransi antara mereka, lahirnya politisasi dan radikalisasi tarekat (diwakili oleh Ibn Abdul Wahhab dan Utsman Fudi). Hal tersebut dibarengi dengan ancaman dari barat, wacana ekslusifikasi tarekat.

·         BAB 4 : Para Perintis Gerakan Pembaruan Islam di Nusantara : Ulama Melayu Indonesia dalam Jaringan Abad ke-17

·         Ar-Raniri (w.1098/1658) merupakan marga al-Hamid.

·         Hamzah Fansuri dan Syamsudin al-Sumatrani merupakan dua tokoh pra-Ar-Raniri yang mendukung Islam Mistik yang menganut paham Wahda tal-Wujud. Ar-Raniri darang dan menilai keduanya sebagai sesat. Dibuktikan melalui karyanya Tibyan fi Ma’rifat al-Adyan.

·         Guru ini Ar-Raniri adalah Ba Syayban, Murid Ahmad al-Qusyasyi. Guru saat di India, Ba Syayban merupakan bapak spiritual ar-Raniri sekaligus guru al-Maqassari. Banyak ulama warga Aydarusiyah yang memiliki tali intelektual dengan ulama nusantara.

·         Ar-Raniri berdiam 7 tahun di Aceh dan menjadi Syaikh Islam (Masa Iskandar Tsani) dan menyebarkan dakwahnya, yang terkenal adalah melawan Wahda tal-Wujud. Dia bertahan sampai 1644/1054. Ia hengkang dari Aceh dan kembali ke Ranir akibat perdebatannya dengan Sayf al-Rijal, pengikut Mazhab Fansuri. Di Ranir, ia tetap menulis seputar Nusantara, menjawab pertanyan ulama nusantara. Ia wafat pada 21 September 1658

·         Keterikatan ar-Raniri dengan Aydarusiyah, yang notabennye membangun syariat di atas tasawuf, menjadikannya Ulama Neo-Sufi.

·         Gerakan ar-Raniri yang radikal membuat al-Sinkili melaporkannya ke Ibrahim al-Kurani di Mekkah, dan beliau tidak menyetujui tindakan ar-Raniri yang agak radikal tersebut (pelabelan kafir dan vonis bunuh bagi pengikut ajaran wahdat al-Wujud)

·         Murid al-Raniri adalah al-Maqassari. Peran ar-Raniri dalam politik diwujudkan lewat karyanya Bustan al-Salathin yang merupakan kumpulan nasihat untuk kerjaan Aceh (Iskandar Tsani).

·         Ar-Raniri sebagai perintih hadis (lihat halaman 235).

·         B. Abdul Rauf al-Singkili (1024-1105/1615-1693)

·         Asl-Singkili lebih ahli dan mapan soal keterikatannya dengan jaringan ulama Timteng ketimban ar-Raniri

·         Singkili dan ar-Raniri secara umum memiliki ideologi sama, namun cara pembaharuannya agak berbeda. Singkili belajar ke Doha, Yaman dan Haramain. Saat ke Madinah ia belajar langsung ke Al-Qusyasyi dan al-Kurani. Kepada al-Qusyasyi ia belajar ilmu kebatinan dan kepada al-Kurani yang ia mengasah sisi intelektualnya

·         Ithaf Dzaki, karya al-Kurani, merupakan berisi tanya jawab dengan Ashab Jawa yang disarankan oleh John sebagai As-Singkili.

·         Pemikiran dan Pembaharuan al-Singkili (15/07/2020, bacaan dari 202-252)

·         Seperti gurunya al-Kurani, al-Singkili adalah neo-sufisme yang berusaha mengharmonisasikan tasawuf dan syariat.

·         Turjuman al-Mustafid, karya al-Singkili yang merupakan terjemah Melayu dari Jalalayn, bukan tafsir Baydhawi sebagai dikatakan Snouck.

·         Seperti al-Kurani, al-Singkili lebih suka p pendekatan evolusional, alih-alih radikal seperti al-Raniri.

·         Murid-Murid nusantara al-SIngkili adalah burhanuddin Padang, Abdul Muhyi Pamijahan dan Abdul Malik Banten, Dawud al-Jawi al-Rumi al-Fansuri (Aceh)

·         C. Muhammad Yusuf al-Maqassari

·         Rute perjalanan al-Maqassari : Sulawesi, Banten, Arab (India, Yaman, Damaskus, Turki, Haramyn), Sri Lanka, Afrika Selatan

·         Maqassari semasa dengan al-SIngkili saat belajar di Mekkah, kemungkinan juga berguru ke al-Kurani, al-Qusyasyi dan Hasan al-Ajami.

·         Maqassari menikah dengan putri Sultan Banten, Sultan Ageng Tirtayasa. Dan menjadikan putra mahkota, Abdul Qahhar dan ulama Pamijahan Abdul Muhyi sebagai murid intelektualnya.

·         Sultan Ageng Tirtayasa berselisih paham dengan anaknya, Abdul Qahahr (Sultan Haji) soal koperatif terhadap Belanda. Hal inilah yang membuat kesultanan Banten pecah. Al-Maqassari dalam hal ini mendukung TIrtayasa, bersamaan dengan Purbaya (putra mahkota satunya). Perjuangan dilanjutkan al-Maqassari hingga ia tertangkap dan diasingkan ke Sri Lanka. Di sana ia produktif menulis dan mengajar. Namun, kedekatannya dengan jamaah haji di Sri Langka membuat Belanda curiga bahwa l-Maqassari membuat jaringan perlawanan. Akhirnya ia diungsikan ke Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Di sana ia mampu beradaptasi baik dengan orang buangan Melayu lainnya dan tetap menyuarakan perlawanan terhadap Belanda. Ia menjadi agen penyebaran Islam di Afrika Selatan.

·         Aktivisme Maqassari menunjukkan bahwa beliau penganut neo-sufisme (16/07/2021, bacaan dari 252-305)

·         4 karakter beriman menurut al-Maqassari : al-Munafiq, al-Mu’min al-Awam, ahl al-Khawwash, Khas al-Khawwas

·         Maqassari : Eksoteris tanpa esoteris bagai tubuh tanpa jiwa, esoteris tanpa eksoteris bagai jiwa tanpa subuh. Ini sebagaimana hadis Nabi

·         BAB V : Jaringan Ulama dan Pembaruan Islam di Wilayah Melayu-Indonesia Pada Abad 18

·         Pembaharuan Islam sudah terjadi sejak abad 17. Pengaruh wilayah Timteng dalam pembentukan corak keislaman di nusantara diwakili oleh 3 tokoh : Raniri, Singkili dan Maqassari, dengan masing-masing membawa paham neo-sufisme. Hal ini menolak pandangan bahwa pembaharuan Islam baru terjadi sejak awal abad 19 dengan gerakan Padri, hal ini diungkapkan oleh Hamka dan Federspiel. Juga menolak teori Deliar Noor yang mengatakan pembaruan baru ada sejak abad 20

·         -- Al-Palimbani dan Ulama Palembang Lainnya : Abdussomad al-Palimbani, Syihab al-Din, Kemas Fakhr al-Din, Muhammad Muhyiddin. Kesemuanya membawa ajaran neo-sufisme

·         Diawali kontak Palembang dengan para pendatang pada awal abad 17, dibuktikan dengan berdirinya kesultanan Palembang. Istana kesultanan Palembang menjadi tempat berkembangnya Islam di sana. Dan hal tersebut didukung penuh oleh pihak istana.

·         Ibrahim al-Rais, Muhammad Murad al-Jawhari, Atha Allah al-Mashri merupakan guru al-Palimbani di Timurtengah.

·         Karya al-Palimbani, selain memuat ajaran tasawuf, juga memuat ajaran yang berisi semangat perlawanan terhadap Belanda

·         PARA ULAMA AL-BANJARI DARI KALIMANTAN

·         Kalimantan mengalami pertumbuhan Islam secara massif pasca datangnya bantuan dari kerajaan Demak. Sang Raja (Samudra) masuk islam.

·         Muhammad Arsyad al-Banjari adalah tokoh inti perkembangan islam di Banjar. Ia disekollahkan ke Haramayn oleh kerajaan setempat dan berguru dengan sosok-sosok yang menjadi guru al-Palimbani. 30 tahun menetap di Mekkah dan 5 tahun di Madinah. Kembali ke Nusantara bersama Abdurrahman al-Bantani dan Abdul Wahhab al-Bughisi pada 1186/1773

·         Bersamaan dengan Abdul Wahab al-Bughisi, menantunya, dan bantuan sultan Tahmid Allah, mereka membangun pondok di Martapura Kalsel

·         Dawud al-Fatani berguru ke Al-Syarqawi di Kairo dan Muhammad bin Ali al-Syinnawi, rektor al-Azhar saat itu.

·         As-Syarqawi merupakan ahli hadis, darinya Mahfuz al-Termasi mengambil sanad

·         Dawud bin Abdullah dan Kebangkitan Ulama Patani

·         Wilayah Patani sudah masuk Islam sejak 12-15

·         Hubungan Patani dengan melayu Indonesia cukup banyak terbukti dari hadirnya beberapa tokoh nusantara di Melayu. Sayyid Abdullah dari Yerussalem, H. Abdurrahman dari Jawa, Faqih Abdul Mannan dari Minang, Syekh Abdul Qadir dari Pasa. Mereka menganjurkan pembangunan pondok

·         Bersamaan dengan ulama Jawa lainnya, al-Fatani belajar kepada al-Sammani dan Isa bin Ahmad al-Barrawi da Ibrahim al-Rais al-Zamzami al-Makki

·         Kendati berdakwah di Patani, dan menorenhkan jejak keislaman penting di sana, al-Patani lanjut ke Haramayn dan wafat di sana. 17/07/2021, bacaan halaman 305-355)

·         Neo Sufisme dan Pengaruhnya di Nusantara

·         Jaringan ulama pasca 18 semakin rumit dan luas. Mereka datang belakangan meneruskan bendera pembaharuan generasi sebelumnya : neo sufisme. Hal tersebut ditempuh dengan cara beragam, ada yang evolusional dan revolusional

·         Muhammad Arsyad dan Daud al-Fatani banyak berkontribusi terhadap perkembangan Islam di Nusantara. Muhammad Arsyad, penulis Sabil al-Muhtadin yang merupakan uraian dari As-Shirath al-Mustaqim karya ar-Raniri, berupaya mendamaikan syariat dan tasawuf, meneruskan perjuangan sebelumnya.

·         Bughyat al-Thullab, karya al-Fatani, yang mendunia. Beliau merupakan Ghazalian yang mampu menerjemahkan pemahaman al-Ghazali ke belantara pemikiran Nusantara.

·         Seperti al-Maqassari, al-Palimbani mendukung bay’ah, manut pada guru, hal ini mengandaikan seorang murid bersikap layaknya mayat depan guru

·         Tiga periode periode al-Salik menurut al-Palimbani : Mubtadi (Pemula), Mutawassith (Menengah), Muntahi (Ahli). Masing-masing direkomendasikan bacaan kitab oleh al-Palimbani (Lihat 360)

·         Dalam karya tasawufnya, al-Palimbani kerap mendamaikan Ghazali dan Ibn Arabi. Hal ini sebagaimana al-Fatani.

·         JIHAD DAN PEMBARUAN RADIKAL

·         Analisis tasawuf sebagai alasan kemunduran Islam. Di 371. Dan pembelaan Azra terhadap tasawuf. Ia mengangkat kasus al-Maqassari, Patani dan al-Palimbani, keduanya, kendati pegiat tasawuf, juga aktif berpartisipasi melawan Belanda. (18/07/2021, bacaan 356-377)

·         Al-Palimbani dan al-Fatani merupakan sufi yang aktivis, keduanya mengajukan perlawanan terhadap Belanda. Oleh Belanda, gerakan sufi dinilai sebagai musuh yang berbahaya

·         Penerus Burhanuddin, pembawa Islam ke Minang, pegiat tarekat Syatthariyah, adalah tuanku Nantuo. Keduanya menginginkan penyebaran secara damak. Namun ditolak oleh muridnya, Tuanku Nan Renceh, dengan mengajak 3 sahabatnya yang baru pulang dari Mekkah (terindikasi terpapar pembaharuan Wahhabi) : Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang. Keempatnya melakukan pembaharuan secara radikal dan menyebabkan terciptanya perang Padri. Kaum pembaharu, melawan sepuh mereka, Nantuo dan Jalaluddin, yang didukung oleh Belanda.

·         Epilog

·         Abad 19-20 melahirkan banyak tokoh : Khatib, Nawawi, Saleh, Dll

·         Isnad dan Silsilah tarekat mengalami penurunan pada abad 19 dan 20. Hal ini bisa dilihat dari ketokohan Hamka dan Nasution

·         Kesimpulan : Pembaharuan telah ada sejak abad 17. Corak yang dibawa adalah neo-sufisme. Dalam upaya pendekatan dakwah ada yang bersikap moderat dan radikal. (19/07/2021, Bacaan dari 377 sampai selesai di halaman 404. Alhamdulillah!)

 


0 komentar:

Posting Komentar

Back to top