Membaca Jaringan Ulama
MEMBACA JARINGAN ULAMA
(Refleksi bacaan atas disertasi Azra dalam
bentuk poin-poin)
· MEMBACA JARINGAN ULAMA
(Refleksi bacaan atas disertasi Azra dalam
bentuk poin-poin)
·
BAB 1 : Hal. 0-59
·
Pendahuluan : Yang membuat umat islam seia dan
sekata sedunia (dalam kasus Denmark dan Palestina) adalah karena kesamaan
ideologi, adanya realitas sakralisasi agama (ini yang membedakan dengan barat)
dan jaringan ulama
·
Kecenderungan ingelektual-keagamaan yang paling
mencolok yang muncul dari jarangan ulama abad 17 dan 18 adalah upaya
harmonisasi syariat dan tasawuf
·
Peneltiian Azra adalah yang pertama membahas
relasi jaringan ulama nusantara dan timur tengah yang membahas sisi
organisasional dan subtansi ajaran yang dibawa
·
Teori anak Benua India (Gujarat) : Pijnapel,
Snouck, Moquete, Kern, Arnold (Pantai Coromandel dan Malabar)
·
Teori Arab : Crawford, Nemmand, de Holander
(Yaman) dan Naquib al-Attas
·
Teori yang mengatakan Islam masuk melalui jalur
pedagang meniscayakan islamisasi berbasis transaksional dengan penguasa
·
Teori yang mengatakan bahwa Islam dibawa oleh
kaum sufi disebabkan kaum sufi adalah salah satu sekte islam yang paling
atraktif dengan kondisi nusantara awal, kemampuannya untuk melebur sambal
menyelipkan pesan-pesan keislaman membuat kaum sufi diterima dakwahnya
·
Hubungan Timur Tengah dan Nusantara dengan Cina
dalam hal perdagagan sejak abad 7 meniscayakan persinggungan islam dengan
nusantara. Pasalnya, perdagangan antara dua peradaban tersebut tidak bisa tidak
pasti melewati jalur Sumatra (Palembang) yang saat itu dipimpin oleh Sriwijaya.
Yang mana Pelabuhan di Palembang kerap dibuat tempat bersinggah para pedagang
dari kedua peradaban tersebut
·
Pasca Sriwijaya (Abad 13), umat muslim
Nusantara mulai menjalin hubungan dengan Turki Utsmani, salah satunya untuk
mengusir Portugas yang mengganggu lautan Malaka. Dampak dari itu adalah amannya
jalur perdagangan masyarakat Sumatera dan terbukanya jalur haji. Selain itu,
Pasai juga diberikan banyak pakar militer dan senjata yang dikirim langsung
oleh Turki Utsmani
·
Abad 16 dan 17 adalah masa-masa awal ulama
nusantara menjalin Kerjasama dengan Timur Tengah (Haramyn). Bukan hanya dari
Aceh, melainkan ulama dari Banten, Mataram dan Makassar juga mulai membangun
jaringan dengan Makkah saat itu.
·
BAB 2 : Hal. 60-110
·
Melemahnya dinasti Abasiyah pada abad 9
menyebabkan dinasti Syiah bangkit, Fatimiyah, Buwaihi dan Qaramithah. Dinasti
Qaramithah (Qarmathiyah) menyerang jamaah haji sebanyak 30.000 orang dan
membawa hajar aswad selama 22 tahun (929 M). Namun akhirnya dikembalikan
setelah dibujuk oleh pimpinan mereka
·
Kebangkitan Madrasah2 di Haramayn pada abad 15
merupakan ciri kosmopolitanisme Haramayn, pasalnya guru dan murid terdiri dari
berbagai daerah. Dan, sebagaimana tesis Kruu, Madarasah-Madrasah yang ada
dibangun dan didanai oleh pemerintah Utsmani, yang hidup dan matinya tergantung
pada wakaf kekhalifahan
·
3 tipe imigran menurut Volt : Little Imigrant
yakni perantau biasa, Grand Imigrant yakni ulama par excellence yang menetap di
Mekkah selamanya, guru dan murid pengembara yakni yang belajar di Mekkah dan
Kembali ke kampung asalnya
·
Legalitas mengajar di Haramayn didapat lewat
otoritas sanad keilmuan dan hasil rapat qadhi setempat
·
Banyak ulama internasional mengajar di Haramyn,
hal ini terjadi lantaran sifat kosmpolitanisme Haramyn pasca dibukanya jalur
haji
·
Dua poros ulama abad 17 : Sayyid Sibghatullah
asal india dan Ahmad bin Ali al-Syinnawi al-Mishri dari Mesir. Kedua tokoh ini
menjelaskan alur sanad keilmuan Mekkah yang sedikit banyak mengacu ke India dan
Mesir. Keduanya merupakan contoh dari Grand Imigrant
·
Sibghatullah memiliki Murid Bernama Ahmad
al-Syinawi (kelak menjadi guru al-Qusyasyi) dan Al-Qusyasyi. Al-Qusyasyi
memiliki murid Bernama Ibrahim al-Kurani. Ibrahim al-Kurani memiliki murid
Bernama Ba Syaiban (yang kelak menjadi gurunya Ar-Raniri) dan Nuruddin
ar-Raniri. Ahmad al-Qusyasyi sekaligus merupakan guru dari ulama Nusantara awal
yang belajar ke Timur Tengah, yakni Nuruddin ar-Raniri, Abdurrauf al-Singkili
dan Yusuf al-Maqassari. (12/07/2021)
·
Ibn Yaqub dan Zayn al-Abidin at-Thabari
merupakan guru dari al-SInkili, keduanya merupakan ulama jaringan asli Mekkah
·
Abu Thahir al-Kurani, Hasan al-Ajami, Rasul
al-Barzanji, Ahmad al-Nakhili dan Muhammad Salim bin Isa al-Bashri al-Makki
merupakan ulama terpenting pada pergantian abad 17 dan 18 di Mekkah
·
Isnad hadis dan silsilah tarekat menjadi
pemersatu ulama Haramyn pada abad 17 dan 18, kendati murid dan guru di sana
memiliki perbedaan mazhab dan tarekat. Penyatuan mereka juga didasari pada misi
yang sama, yakni misi menuju reformasi islam yang lebih luas
·
BAB 3 : Pembaruan dalam Jaringan Ulama dan
Penyebaran Islam ke Dunia Islam yang Lebih Luas
·
Mekkah adalah melting pot (panic
pelebur) dari berbagai tradisi Islam. Aliran-aliran kecil yang datang dari
berbagai dunia Bersatu menjadi tradisi besar (great tradition). Sebagai contoh adalah
tradisi tasawuf yang dibawa oleh Ahmad al-Qusyasyi (mewakili India dengan
tradisi tasawufnya yang kental) dan Ahmad al-Syinnawi (mewakili Mesir dengan
tradisi hadisnya yang kental), keduanya Bersatu di Mekkah dan menghasilkan
produk Neo Sufisme, tawaran alternatif tasawuf dengan corak yang lebih murni
sisi syariatnya. Lihat definisi neo sufisme di halaman 126
·
Yang bertanggungjawab atas lahirnya neo sufisme
adalah ahli hadis. Hal ini dikarenakan pada abad 12 dan 13, tasawuf sedang
mendunia dan menjadi anutan masyarakat muslim dunia. Ahli hadis datang untuk
mereartikulasi tasawuf sehingga bercorak neo sufisme.
·
Ibrahim al-Kurani : Aku tidak menyimpan
keraguan bahwa hadis akan abadi di atas bumi ini (Azra, 135)
·
Al-Qusyasyi dan Ibrahim al-Kurani merupakan tokoh
sentris lahirnya dan berkembangnya paham neo-sufisme. Al-Qusyasyi memimpin
tarekat Syathariyah, namun tetap menekankan syariat di atas tasawuf. Al-Kurani
pegiat tasawuf, namun tetap mendorong perlunya pembangunan tasawuf di atas
syariat, hal ini dibuktikan salah satunya dengan lahirnya banyak karya beliau
yang menarasikan perdamaian antara syariat dan tasawuf. Keduanya juga
menganjurkan paham aktivisme, bahwa tasawuf perlu bermasyarakat juga dan
membuat perubahan
·
Ibrahim al-Kurani, Ibn Yaqub, Abdusyyukur
al-Syami adalah ulama-ulama yang memiliki keakraban dengan ulama Melayu. Hal
ini dibuktikan, salah satunya, lewat karya-karya mereka yang berisi respon dari
berbagai pertanyaan ulama Melayu atas permasalahan actual yang terjadi di
antara mereka.
·
Saat itu, Ulama diperkenankan berafiliasi ke
banyak tarekat. Contohnya adalah al-Qusyasyi, di mana beliau berafiliasi dengan
banyak sekali tarekat. Kendati demikian, ia tetap menyerukan penggunaan nalar
dalam bertasawuf. Salah satunya al-Qusyasyi menentang pensucian berlebihan
terhadap guru, misalnya adalah doktrin bahwa murid di hadapan guru tak ubahnya
mayit yang harus mau diperlakukan seperti apapun.
·
Ahmad al-Nakhili dan
Ibrahim al-Kurani merupakan ulama yang kerap mendamaikan banyak kubu islam.
Untuk itu kemudian beliau menuai kecaman dari berbagai kalangan.
·
Abu Thahir al-Kurani, Hasan
al-Ajami dan Ahmad al-Nakhili merupakan murid al-Kurani yang meneruskan ajaran
al-Kurani pasca al-Kurani
·
Muhammad Hayat al-Sindi
merupakan tokoh jaringan India-Timteng yang berpengaruh. Ia terbukti merupakan
guru dari Abdullah Ibn Wahhab, tokoh pembaharu Makkah. Sindi kerap menunjukkan
kepada Abdullah perihal bid’ah dsb. Ibn Asyf merupakan guru Abdullah ibn Wahab
yang lain yang senantiasa mendorong untuk membaca karya-karya Ibn Taymiyyah.
·
Syah Wali Allah al-Dihlawi
merupakan tokoh penting jaringan Ulama India – Timteng. Karyanya Hujjat Allah
al-Balighah menekankan pentingnya rasionalitas dalam beragama. Muridnya banyak
dari India
·
Pada abad 17-18 (dan
mungkin seterusnya?) menganggap bahwa belajar ke Mekkah merupakan yang wajib
dilakukan
·
Murtadha al-Zabidi, murid
al-Dihlawi, merupakan tokoh penting jaringan ulama Timteng – India. Selain
mendukung rasionalitas beragama ia juga cinta tasawuf, salah satunya dibuktikan
lewat perwujudan karyanya Ittihaf Sadat al-Muttaqin bi Syarh Ihya Ulum
al-Din. Yang menjadi bukti perhatiannya terhadap al-Ghazali
·
Ma Mingxin merupakan tokoh
jaringan ulama Cina – Timteng. Beliau merupakan penganut Naqsyabandiyah
Jahriyyah. Mendirikan Naqsabandiyah di Cina
·
Shalih al-Fullani, Utsman
bin Fudi, Jibril bin Umar dan Ahmad al-Tijani merupakan tokoh pentingan
jaringan ulama Afrika Barat – Timteng. (14/07/2021, bacaan dari 110-202)
·
Bab tentang kecenderungan Intelektual
dan Praksis
·
Corak perkembangan Islam
abad 18 adalah kelanjutan telaah hadis, harmonisasi syariat dan tasawuf, rekonsiliasi
empat mazhab dan toleransi antara mereka, lahirnya politisasi dan radikalisasi
tarekat (diwakili oleh Ibn Abdul Wahhab dan Utsman Fudi). Hal tersebut dibarengi
dengan ancaman dari barat, wacana ekslusifikasi tarekat.
·
BAB 4 : Para Perintis
Gerakan Pembaruan Islam di Nusantara : Ulama Melayu Indonesia dalam Jaringan
Abad ke-17
·
Ar-Raniri (w.1098/1658)
merupakan marga al-Hamid.
·
Hamzah Fansuri dan
Syamsudin al-Sumatrani merupakan dua tokoh pra-Ar-Raniri yang mendukung Islam
Mistik yang menganut paham Wahda tal-Wujud. Ar-Raniri darang dan menilai
keduanya sebagai sesat. Dibuktikan melalui karyanya Tibyan fi Ma’rifat
al-Adyan.
·
Guru ini Ar-Raniri adalah
Ba Syayban, Murid Ahmad al-Qusyasyi. Guru saat di India, Ba Syayban merupakan
bapak spiritual ar-Raniri sekaligus guru al-Maqassari. Banyak ulama warga
Aydarusiyah yang memiliki tali intelektual dengan ulama nusantara.
·
Ar-Raniri berdiam 7 tahun
di Aceh dan menjadi Syaikh Islam (Masa Iskandar Tsani) dan menyebarkan
dakwahnya, yang terkenal adalah melawan Wahda tal-Wujud. Dia bertahan
sampai 1644/1054. Ia hengkang dari Aceh dan kembali ke Ranir akibat
perdebatannya dengan Sayf al-Rijal, pengikut Mazhab Fansuri. Di Ranir, ia tetap
menulis seputar Nusantara, menjawab pertanyan ulama nusantara. Ia wafat pada 21
September 1658
·
Keterikatan ar-Raniri
dengan Aydarusiyah, yang notabennye membangun syariat di atas tasawuf,
menjadikannya Ulama Neo-Sufi.
·
Gerakan ar-Raniri yang
radikal membuat al-Sinkili melaporkannya ke Ibrahim al-Kurani di Mekkah, dan
beliau tidak menyetujui tindakan ar-Raniri yang agak radikal tersebut
(pelabelan kafir dan vonis bunuh bagi pengikut ajaran wahdat al-Wujud)
·
Murid al-Raniri adalah
al-Maqassari. Peran ar-Raniri dalam politik diwujudkan lewat karyanya Bustan
al-Salathin yang merupakan kumpulan nasihat untuk kerjaan Aceh (Iskandar
Tsani).
·
Ar-Raniri sebagai perintih
hadis (lihat halaman 235).
·
B. Abdul Rauf al-Singkili
(1024-1105/1615-1693)
·
Asl-Singkili lebih ahli dan
mapan soal keterikatannya dengan jaringan ulama Timteng ketimban ar-Raniri
·
Singkili dan ar-Raniri
secara umum memiliki ideologi sama, namun cara pembaharuannya agak berbeda.
Singkili belajar ke Doha, Yaman dan Haramain. Saat ke Madinah ia belajar
langsung ke Al-Qusyasyi dan al-Kurani. Kepada al-Qusyasyi ia belajar ilmu
kebatinan dan kepada al-Kurani yang ia mengasah sisi intelektualnya
·
Ithaf Dzaki, karya
al-Kurani, merupakan berisi tanya jawab dengan Ashab Jawa yang disarankan oleh
John sebagai As-Singkili.
·
Pemikiran dan Pembaharuan
al-Singkili (15/07/2020, bacaan dari 202-252)
·
Seperti gurunya al-Kurani,
al-Singkili adalah neo-sufisme yang berusaha mengharmonisasikan tasawuf dan
syariat.
·
Turjuman al-Mustafid, karya
al-Singkili yang merupakan terjemah Melayu dari Jalalayn, bukan tafsir Baydhawi
sebagai dikatakan Snouck.
·
Seperti al-Kurani,
al-Singkili lebih suka p pendekatan evolusional, alih-alih radikal seperti
al-Raniri.
·
Murid-Murid nusantara
al-SIngkili adalah burhanuddin Padang, Abdul Muhyi Pamijahan dan Abdul Malik Banten,
Dawud al-Jawi al-Rumi al-Fansuri (Aceh)
·
C. Muhammad Yusuf
al-Maqassari
·
Rute perjalanan
al-Maqassari : Sulawesi, Banten, Arab (India, Yaman, Damaskus, Turki, Haramyn),
Sri Lanka, Afrika Selatan
·
Maqassari semasa dengan
al-SIngkili saat belajar di Mekkah, kemungkinan juga berguru ke al-Kurani,
al-Qusyasyi dan Hasan al-Ajami.
·
Maqassari menikah dengan
putri Sultan Banten, Sultan Ageng Tirtayasa. Dan menjadikan putra mahkota,
Abdul Qahhar dan ulama Pamijahan Abdul Muhyi sebagai murid intelektualnya.
·
Sultan Ageng Tirtayasa
berselisih paham dengan anaknya, Abdul Qahahr (Sultan Haji) soal koperatif
terhadap Belanda. Hal inilah yang membuat kesultanan Banten pecah. Al-Maqassari
dalam hal ini mendukung TIrtayasa, bersamaan dengan Purbaya (putra mahkota
satunya). Perjuangan dilanjutkan al-Maqassari hingga ia tertangkap dan
diasingkan ke Sri Lanka. Di sana ia produktif menulis dan mengajar. Namun,
kedekatannya dengan jamaah haji di Sri Langka membuat Belanda curiga bahwa l-Maqassari
membuat jaringan perlawanan. Akhirnya ia diungsikan ke Tanjung Harapan di
Afrika Selatan. Di sana ia mampu beradaptasi baik dengan orang buangan Melayu
lainnya dan tetap menyuarakan perlawanan terhadap Belanda. Ia menjadi agen
penyebaran Islam di Afrika Selatan.
·
Aktivisme Maqassari
menunjukkan bahwa beliau penganut neo-sufisme (16/07/2021, bacaan dari
252-305)
·
4 karakter beriman menurut
al-Maqassari : al-Munafiq, al-Mu’min al-Awam, ahl al-Khawwash, Khas al-Khawwas
·
Maqassari : Eksoteris tanpa
esoteris bagai tubuh tanpa jiwa, esoteris tanpa eksoteris bagai jiwa tanpa
subuh. Ini sebagaimana hadis Nabi
·
BAB V : Jaringan Ulama dan
Pembaruan Islam di Wilayah Melayu-Indonesia Pada Abad 18
·
Pembaharuan Islam sudah terjadi
sejak abad 17. Pengaruh wilayah Timteng dalam pembentukan corak keislaman di
nusantara diwakili oleh 3 tokoh : Raniri, Singkili dan Maqassari, dengan
masing-masing membawa paham neo-sufisme. Hal ini menolak pandangan bahwa
pembaharuan Islam baru terjadi sejak awal abad 19 dengan gerakan Padri, hal ini
diungkapkan oleh Hamka dan Federspiel. Juga menolak teori Deliar Noor yang
mengatakan pembaruan baru ada sejak abad 20
·
-- Al-Palimbani dan Ulama
Palembang Lainnya : Abdussomad al-Palimbani, Syihab al-Din, Kemas Fakhr al-Din,
Muhammad Muhyiddin. Kesemuanya membawa ajaran neo-sufisme
·
Diawali kontak Palembang
dengan para pendatang pada awal abad 17, dibuktikan dengan berdirinya
kesultanan Palembang. Istana kesultanan Palembang menjadi tempat berkembangnya
Islam di sana. Dan hal tersebut didukung penuh oleh pihak istana.
·
Ibrahim al-Rais, Muhammad Murad al-Jawhari,
Atha Allah al-Mashri merupakan guru al-Palimbani di Timurtengah.
·
Karya al-Palimbani, selain memuat ajaran
tasawuf, juga memuat ajaran yang berisi semangat perlawanan terhadap Belanda
·
PARA ULAMA AL-BANJARI DARI KALIMANTAN
·
Kalimantan mengalami pertumbuhan Islam secara massif
pasca datangnya bantuan dari kerajaan Demak. Sang Raja (Samudra) masuk islam.
·
Muhammad Arsyad al-Banjari adalah tokoh inti perkembangan
islam di Banjar. Ia disekollahkan ke Haramayn oleh kerajaan setempat dan
berguru dengan sosok-sosok yang menjadi guru al-Palimbani. 30 tahun menetap di
Mekkah dan 5 tahun di Madinah. Kembali ke Nusantara bersama Abdurrahman
al-Bantani dan Abdul Wahhab al-Bughisi pada 1186/1773
·
Bersamaan dengan Abdul Wahab al-Bughisi,
menantunya, dan bantuan sultan Tahmid Allah, mereka membangun pondok di
Martapura Kalsel
·
Dawud al-Fatani berguru ke Al-Syarqawi di Kairo
dan Muhammad bin Ali al-Syinnawi, rektor al-Azhar saat itu.
·
As-Syarqawi merupakan ahli
hadis, darinya Mahfuz al-Termasi mengambil sanad
·
Dawud bin Abdullah dan
Kebangkitan Ulama Patani
·
Wilayah Patani sudah masuk
Islam sejak 12-15
·
Hubungan Patani dengan
melayu Indonesia cukup banyak terbukti dari hadirnya beberapa tokoh nusantara
di Melayu. Sayyid Abdullah dari Yerussalem, H. Abdurrahman dari Jawa, Faqih
Abdul Mannan dari Minang, Syekh Abdul Qadir dari Pasa. Mereka menganjurkan
pembangunan pondok
·
Bersamaan dengan ulama Jawa
lainnya, al-Fatani belajar kepada al-Sammani dan Isa bin Ahmad al-Barrawi da
Ibrahim al-Rais al-Zamzami al-Makki
·
Kendati berdakwah di Patani,
dan menorenhkan jejak keislaman penting di sana, al-Patani lanjut ke Haramayn
dan wafat di sana. 17/07/2021, bacaan halaman 305-355)
·
Neo Sufisme dan Pengaruhnya
di Nusantara
·
Jaringan ulama pasca 18
semakin rumit dan luas. Mereka datang belakangan meneruskan bendera pembaharuan
generasi sebelumnya : neo sufisme. Hal tersebut ditempuh dengan cara beragam,
ada yang evolusional dan revolusional
·
Muhammad Arsyad dan Daud al-Fatani
banyak berkontribusi terhadap perkembangan Islam di Nusantara. Muhammad Arsyad,
penulis Sabil al-Muhtadin yang merupakan uraian dari As-Shirath al-Mustaqim
karya ar-Raniri, berupaya mendamaikan syariat dan tasawuf, meneruskan
perjuangan sebelumnya.
·
Bughyat al-Thullab, karya
al-Fatani, yang mendunia. Beliau merupakan Ghazalian yang mampu menerjemahkan
pemahaman al-Ghazali ke belantara pemikiran Nusantara.
·
Seperti al-Maqassari,
al-Palimbani mendukung bay’ah, manut pada guru, hal ini mengandaikan seorang
murid bersikap layaknya mayat depan guru
·
Tiga periode periode
al-Salik menurut al-Palimbani : Mubtadi (Pemula), Mutawassith (Menengah),
Muntahi (Ahli). Masing-masing direkomendasikan bacaan kitab oleh al-Palimbani
(Lihat 360)
·
Dalam karya tasawufnya,
al-Palimbani kerap mendamaikan Ghazali dan Ibn Arabi. Hal ini sebagaimana al-Fatani.
·
JIHAD DAN PEMBARUAN RADIKAL
·
Analisis tasawuf sebagai
alasan kemunduran Islam. Di 371. Dan pembelaan Azra terhadap tasawuf. Ia
mengangkat kasus al-Maqassari, Patani dan al-Palimbani, keduanya, kendati
pegiat tasawuf, juga aktif berpartisipasi melawan Belanda. (18/07/2021,
bacaan 356-377)
·
Al-Palimbani dan al-Fatani
merupakan sufi yang aktivis, keduanya mengajukan perlawanan terhadap Belanda.
Oleh Belanda, gerakan sufi dinilai sebagai musuh yang berbahaya
·
Penerus Burhanuddin,
pembawa Islam ke Minang, pegiat tarekat Syatthariyah, adalah tuanku Nantuo. Keduanya
menginginkan penyebaran secara damak. Namun ditolak oleh muridnya, Tuanku Nan
Renceh, dengan mengajak 3 sahabatnya yang baru pulang dari Mekkah (terindikasi
terpapar pembaharuan Wahhabi) : Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang. Keempatnya
melakukan pembaharuan secara radikal dan menyebabkan terciptanya perang Padri. Kaum
pembaharu, melawan sepuh mereka, Nantuo dan Jalaluddin, yang didukung oleh
Belanda.
·
Epilog
·
Abad 19-20 melahirkan banyak tokoh : Khatib, Nawawi,
Saleh, Dll
·
Isnad dan Silsilah tarekat mengalami penurunan
pada abad 19 dan 20. Hal ini bisa dilihat dari ketokohan Hamka dan Nasution
·
Kesimpulan : Pembaharuan telah ada sejak abad
17. Corak yang dibawa adalah neo-sufisme. Dalam upaya pendekatan dakwah ada
yang bersikap moderat dan radikal. (19/07/2021, Bacaan dari 377 sampai
selesai di halaman 404. Alhamdulillah!)
0 komentar:
Posting Komentar