Membaca Kebesaran Al-Albani (1914-1998 M)
Dalam jurnal Riwayah Volume 1, yang dipublikasikan pada tahun 2015, Umaiyatus Syarifah, seorang akademisi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, menulis hasil penelitian menarik dalam bidang hadis.Umaiyatus menulis tentang Peran dan Kontribusi Nashiruddin Al-Albani dalam Perkembangan Ilmu Hadis.
Dalam jurnal yang ditulis sebanyak 18 halaman tersebut, beliau menulis seluk beluk kehidupan al-Albani dan persinggungannya dengan ilmu hadis. Ulama kelahiral Albania pada tahun 1914 tersebut, sebagaimana kita ketahui, merupakan ulama hadis terkemuka yang karya-karyanya sering dikutip masyarakat muslim modern. Karya-karyanya yang begitu melimpah menjadi bukti kehalian beliau dalam bidang yang dikuasainya. Kendati demikian, Al-Albani juga merupakan tokoh yang kontroversial, ia banyak dibantah oleh banyak ulama hadis dari berbagai penjuru. Salah satunya dipicu oleh keberanian al-Albani memasukkan beberapa hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang sudah disepakati keotentikannya oleh beberapa generasi ulama hadis ke dalam kategori hadis lemah/dhoif.
Tema pembahasan yang diangkat oleh Umaiyatus Syarifah dalam tulisannya adalah seputar latarbelakang kehidupan al-Albani, perjalanan ilmiyahnya, guru dan murid al-Albani, karya-karya al-Albani, pemikiran besar al-Albani, pandangan ulama terhadap al-Albani, serta pengungkapan narasi Inkonsistensi al-Albani dalam karya-karyanya dalam bidang hadis.
Terlahir dengan nama lengkap Muhammad Nashiruddin bin Nuh bin Adam al-Najati, al-Albani lahir dan tumbuh dari keluarga yang peduli terhadap ilmu pengetahuan. Ayahnya, Said al-Burhani, merupakan tokoh yang juga bekerja sebagai reparasi jam. Keduanya bermazhab Hanafi.
Dalam jenjang pendidikannya, al-Albani menjalani pendidikan formal sampai tingkat ibtidaiyah saja. Selebihnya ia belajar secara otodidak. Dunia mengenal beliau sebagai akademisi perpustakaan, karena rata2 keseharian al-Albani dihabiskan di perpustakaan untuk menelaah kitab-kitab. Perpustakaan yang menjadi favoritnya adalah Perpustakaan Az-Zahiriyah di Damaskus. Atas kepakarannya dalam hadis, al-Albani diganjar gelar guru besar oleh Universitas Islam Madinah pada 1961 dan mendapat penghargaan tertinggi dari King Faisal Foundation.
Dalam berguru, al-Albani dikenal sangat sedikit memiliki guru. Keillmuannya hampir dipastikan mayoritas didapat dari belajar otodidak di perpustakaan. Salah satu guru yang memberinya ijazah, yang bisa dilacak oleh penulis jurnal, adalah Raghib at-Thabbakh. Kendati demikian, murid beliau berjumlah sangat banyak. Banyak orang meneguk pengetahuan hadis dari al-Albani, karena posisinya juga sebagai pengajar di beberapa kampus seperti Universitas Islam Madinah dan Universitas kerajaan Yordania. Karyanya yang berjumlah 218 (dengan rincian 121 sudah dicetak dan sisanya belum) tak ayal merupakan wasilah beliau dalam memperbanyak murid-murid ideologisnya.
Pemikiran al-Albani dalam bidang hadis bisa dikatakan cukup sensasional. Ia berani melawan gelombang (meminjam istilah Kiai Ali Mustafa Yaqub). Gebrakannya dalam melemahkan hadis yang ada dalam shahih al-Bukhari dan shahih Muslim, melemahkan hadis seputar tarawih 20 rakaat (dalam tuduhannya, al-Albani mengatakan siapa yang shalat tarawih melebihi 8 rakaat tak ubahnya shalat zuhur 5 rakaat, sila rujuk Tashih Hadis Shalat al-Tarawih Isyiran Raka'ah wa al-Rad ala al-Albani ala Tad'ifihi karya al-Anshari), serta upaya inkonsistensi penghukumuman atas beberapa hadis memicu respon balik dari beberapa ulama hadis.
Atas tindakan tersebut, Kiai Ali Mustafa Yaqub (sayang penulis jurnal tidak mencantumkan rujukan klaim ini) mengatakan bahwa ada 17 ulama yang melangsungkan kritik terhadap pemikiran al-Albani. Di antaranya adalah Syaikh Ismail al-Anshori, Syaikh al-Ghummary, Syaikh Abdullah al-Habasy al-Harary dan lain-lain.
Sebagai penutup, penulis tulisan ini (blogger al-faqir) mengapresiasi tulisan nan apik ini. Semoga berkesempatan nulis di ruang akademisi nan kece model jurnal ini. Komentar saya seputar al-Albani adalah bahwa beliau merupakan ulama besar dalam bidang hadis yang rela mewakafkan hidupnya untuk membela sunnah Rasulullah Saw. Kendati ada beberapa keliruan, itu bukti bahwa ia manusia biasa yang tidak lepas dari kekhilafan. Caci maki dan merendahkan beliau, karena kesalahan beberapa ijtihadnya dalam bidang hadis, adalah langkah yang keliru. Yang bijak adalah dengan mengkritik karya-karyanya dalam bingkai kaidah ilmiah yang sudah ada. Saling menasihati dan mengoreksi adalah bukti kearifan diri.
Wallahu A'lam Bisshowab
Perpustakaan SPs UIN Jakarta, 16 November 2020
Link unduh jurnal terkait :
Peran dan Kontribusi Al-Albani Dalam Perkembangan Ilmu Hadis
0 komentar:
Posting Komentar