Selasa, 06 Oktober 2020

Oktober 06, 2020 - ,, No comments

Buat Apa Beragama? : Simpulan-Simpulan Progresif Wacana Keislaman Abdillah Toha


 

"Islam dan Islami adalah dua entitas yang berbeda. Islam adalah ungkapan formal bagi mereka yang telah melafalkan dua kalimat syahadat dan menunaikan rukun-rukun Islam lainnya. Islami adalah sebutan untuk penerapan karakter yang senafas dengan ajaran Islam seperti menegakkan keadilan, peduli masalah sosial, toleransi dan lain2. Berangkat dari wacana ini, ada muslim yang islami dan ada muslim yang tidak islami. Tentu, Islam yang Islami adalah model berislam yang paripurna di mata Allah Swt" (Islam dan Islami)

"Islam autentik Islam yang memiliki prinsip  yang memiliki dasar tauhid (keesaan Tuhan), keadilan (lawan dari kezaliman), akhlak karimah (prinsip moral dan etika) dalam ajaran-ajarannya, kendati dalam implementasi lahiriahnya ia bisa memiliki banyak ekspresi. Islam autentik adalah Islam yang lembut dan tidak kasar dalam berdakwah. Islam autentik adalah Islam yang dipahami sebagai sarana menuju kebaikan, bukan sebagai tujuan kebaikan itu sendiri, yang jika seseorang tidak memeluk agama Islam maka dipandangnya sebagai sebuah kekeliruan." (Islam Autentik)

"Islam harus menyenangkan dan mampu mengakomodir laju perkembangan zaman. Bukan kemudian kita menjadikan agama, sebagai ajaran yang sudah final, untuk menjadi lentur dan lebur dengan zaman, namun pengaplikasiannya perlu diselaraskan dengan semangat zaman. Jangan kesankan Islam sebagai agama yang hanya mengurusi urusan akhirat, tapi lupa dunia. "  (Islam yang menghibur)

"Memahami al-Qur'an harus kontekstual dan dikaitkan dengan semangat zaman dan kondisi. Dari waktu ke waktu, penafsiran makna al-Qur'an senantiasa berubah, ini menjadi hal yang lumrah mengingat fungsi al-Qur'an yang menjadi pencerah bagi beragam generasi manusia, sedang kondisi manusia itu sendiri sarat dengan perubahan2." (Memahami al-Qur'an)

"Berislam tidaklah sulit. Melalui pelafazan syahadat, rukun2 islam lainnya serta dilengkapi dengan perangkat keimanan yang benar, ia sudah cukup. Selebihnya, tafsir-tafsir ulama yang nyeleneh dan membatasi, bukanlah tolok ukur yang mutlak dalam berislam." (Menjadi Muslim : Sulitkah?)

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top