Minggu, 27 September 2020

September 27, 2020 - No comments

Catatan Atas “Diskursus Fertilitas Dalam Perspektif Hadis”


 Sumber : https://apotekpurwosarifarma.co.id

Sebuah penelitian menarik dikemukakan oleh Ahmad Tri Muslim HD, civitas akademika Tafsir Hadis di UIN Alaudin Makassar, dengan mengangkat tema kajian hadis sebagai basis penelitiannya. Dengan judul lengkap “Diskursus Fertilitas Dalam Perspektif Hadis (Aplikasi Hermeneutik Fungsionalisme Jorge J. E. Gracia)”, jurnal yang diterbitkan oleh JURNAL LIVING HADIS pada 2018 ini mempersoalkan banyak hal subtansial dalam kajian keislaman.

Secara umum, tulisan renyah lagi bernas ini membicarakan seputar fenomena fertilitas (fenomena kesuburan rahim perempuan, yang dengannya diharapkan lahir banyak keturunan) yang menurut Malthus memicu dampak negatif bagi tatanaan kehidupan manusia jika tidak benar-benar dirawat, dengan fenomena terdapatnya sebuah hadis yang mengisyaratkan kepada seluruh umat muslim untuk menikahi perempuan pecinta lagi subur. Selain mencari titik konfrontasi dua tema besar tersebut, penulis juga berusaha mendamaikan keduanya dengan melakukan upaya titik temu dua tema besar tersebut.

Bagi Malthus, fenomena fertilitas amat berbahaya dan perlu disikapi secara serius oleh pemerintah berwenang. Pasalnya, perbandingan jumlah penduduk dengan kesediaan pangan kian memiliki jarak yang signifikan. Perkembangan kesediaan makan ada pada angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, sedangkan perkembangan manusia berada pada angka 1,2,4,8,16,32,64 dan seterusnya, hal ini tidak sebanding lurus. Untuk itu kemudian beliau menyarankan dua jalan keluar (“Top sekali ini,” ucap Bu Tejo sang pemilik slogan : hidup itu mbok yang solutif lohh...!)

Pertama, menyediakan lahan pertanian yang banyak, untuk memasok jumlah panganan manusia. Kedua, menahan laju kelahiran generasi baru, atau yang dalam konteks keindonesiaan dikenal sebagai program Keluarga Berencana (KB).

Dengan demikian, melihat paparan dua tema besar di atas, antara ide Malthus dan anjuran Nabi untuk memperbanyak keturunan, ada sedikit kontradiksi yang terbentang. Apakah anjuran Nabi bertentangan dengan ide KB yang kini dianggap sebagai program solutif menstabilkan sirkulasi tatanan kehidupan manusia?

Melalui pisau analitis hermeneutik fungsionalisme ala Jorge J. E. Gracia, yang mengedepankan titik fungsional sebuah teks agama, Ahmad Tri Muslim HD menguraikan dua tema yang dari luar tampak saling bertentangan ini.

Dalam uraiannya dijelaskan bahwa horizon historitas hadis terkait bebricara tentang semangat Nabi untuk menghargai setiap nyawa yang dilahirkan (karena sebelumnya orang mudah membunuh bayinya hanya karena alasan sepele seperti kekurangan makan dsb) dan menghapus patriarki (karena sebelumnya terdapat statamen yang mengatakan bayi perempuan seyogyanya dibunuh karena tidak bisa diajak berperang), yang hal tersebut diekspresikan dalam bentuk seruan agar memperbanyak keturunan, karena dengan hal tersebut Nabi bisa berbangga dengan nabi2 lain dalam kuantitas jumlah pengikut.

Kemudian, melalui analisisnya, penulis menjelaskan bahwa tujuan Nabi memimpin masyarakatnya agar senantiasa sejahtera dan sentosa. Dengan demikian, upaya gerakan penahanan laju ledakan penduduk (melalui promosi fertilitas) yang dalam hal ini diwakili oleh gerakan KB, melalui analisis hermeneutik fungsionalisme tadi, dinilai tidak bertentangan dengan seruan Nabi di atas.

Alasan besarnya, karena untuk saat ini setiap jiwa manusia sudah dihornati dan budaya patriarki sudah sirna, serta tujuan Nabi menyerukan hal tersebut demi melahirkan keharmonisan dan kesejahteraan di antara kaumnya, hal ini sejalan dengan semangat yang diusung oleh misi pengadaan program Keluarga Berencana.


Bintaro, 27 September 2020

Unduh jurnal terkait di sini :

Diskursus Fertilitas dalam Perspektif Hadis

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top