Catatan Atas “Diskursus Fertilitas Dalam Perspektif Hadis”
Sebuah
penelitian menarik dikemukakan oleh Ahmad Tri Muslim HD, civitas akademika Tafsir
Hadis di UIN Alaudin Makassar, dengan mengangkat tema kajian hadis sebagai basis
penelitiannya. Dengan judul lengkap “Diskursus Fertilitas Dalam Perspektif
Hadis (Aplikasi Hermeneutik Fungsionalisme Jorge J. E. Gracia)”, jurnal yang
diterbitkan oleh JURNAL LIVING HADIS pada 2018 ini mempersoalkan banyak hal
subtansial dalam kajian keislaman.
Secara
umum, tulisan renyah lagi bernas ini membicarakan seputar fenomena fertilitas
(fenomena kesuburan rahim perempuan, yang dengannya diharapkan lahir banyak keturunan) yang menurut Malthus memicu
dampak negatif bagi
tatanaan kehidupan manusia jika tidak benar-benar dirawat, dengan fenomena
terdapatnya sebuah hadis yang mengisyaratkan kepada seluruh umat muslim untuk
menikahi perempuan pecinta lagi subur. Selain mencari titik konfrontasi dua
tema besar tersebut, penulis juga berusaha mendamaikan keduanya dengan
melakukan upaya titik temu dua tema besar tersebut.
Bagi Malthus, fenomena fertilitas amat berbahaya dan perlu disikapi secara
serius oleh pemerintah berwenang. Pasalnya, perbandingan jumlah penduduk dengan
kesediaan pangan kian memiliki jarak yang signifikan. Perkembangan kesediaan
makan ada pada angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, sedangkan perkembangan manusia berada
pada angka 1,2,4,8,16,32,64 dan seterusnya, hal ini tidak sebanding lurus. Untuk
itu kemudian beliau menyarankan dua jalan keluar (“Top sekali ini,” ucap Bu
Tejo sang pemilik slogan : hidup itu mbok yang solutif lohh...!)
Pertama, menyediakan lahan pertanian yang banyak,
untuk memasok jumlah panganan manusia. Kedua, menahan laju kelahiran generasi baru, atau
yang dalam konteks keindonesiaan dikenal sebagai program Keluarga Berencana (KB).
Dengan demikian, melihat paparan dua tema besar di
atas, antara ide Malthus dan anjuran Nabi untuk memperbanyak keturunan, ada sedikit
kontradiksi yang terbentang. Apakah anjuran Nabi bertentangan dengan ide KB yang
kini dianggap sebagai program solutif menstabilkan sirkulasi tatanan kehidupan
manusia?
Melalui pisau analitis hermeneutik fungsionalisme
ala Jorge J. E. Gracia, yang mengedepankan titik fungsional sebuah teks agama, Ahmad
Tri Muslim HD menguraikan dua tema yang dari luar tampak saling bertentangan
ini.
Dalam uraiannya dijelaskan bahwa horizon historitas
hadis terkait bebricara tentang semangat Nabi untuk menghargai setiap nyawa
yang dilahirkan (karena sebelumnya orang mudah membunuh bayinya hanya karena alasan
sepele seperti kekurangan makan dsb) dan menghapus patriarki (karena sebelumnya
terdapat statamen yang mengatakan bayi perempuan seyogyanya dibunuh karena
tidak bisa diajak berperang), yang hal tersebut diekspresikan dalam bentuk
seruan agar memperbanyak keturunan, karena dengan hal tersebut Nabi bisa
berbangga dengan nabi2 lain dalam kuantitas jumlah pengikut.
Kemudian, melalui analisisnya, penulis menjelaskan
bahwa tujuan Nabi memimpin masyarakatnya agar senantiasa sejahtera dan sentosa.
Dengan demikian, upaya gerakan penahanan laju ledakan penduduk (melalui promosi fertilitas)
yang dalam hal ini diwakili oleh gerakan KB, melalui analisis hermeneutik
fungsionalisme tadi, dinilai tidak bertentangan dengan seruan Nabi di atas.
Alasan besarnya, karena untuk saat ini setiap jiwa manusia sudah dihornati dan budaya patriarki sudah sirna, serta tujuan Nabi menyerukan hal tersebut demi melahirkan keharmonisan dan kesejahteraan di antara kaumnya, hal ini sejalan dengan semangat yang diusung oleh misi pengadaan program Keluarga Berencana.
Bintaro, 27 September 2020
Unduh jurnal terkait di sini :
Diskursus Fertilitas dalam Perspektif Hadis
0 komentar:
Posting Komentar