Senin, 27 April 2020

April 27, 2020 - No comments

Membaca Kiprah Bung Syahrir sang Diplomat Kemerdekaan

MEMBACA KIPRAH BUNG SYAHRIR SANG DIPLOMAT KEMERDEKAAN

Oleh : Jafar Tamam

Pemain Bawah Tanah

Sutan Syahrir atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Syahrir, merupakan pahlawan revolusi Indonesia yang dilahirkan di Padang pada tahun 1909 M. Kiprahnya dalam upaya memerdekakan Indonesia dari cengkraman kolonialisme tidak bisa diremehkan, pasalnya dia dan dwi tunggal Soekarno dan Hatta sama-sama memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya ini. 

sejarah mencatat, suatu ketika diadakan pertemuan antara Bung Karno dan Bung Hatta dan Bung Syahrir. Pada perkumpulan tersebut disepakati bahwa Bung Karno dan Bung Hatta fokus mengurus persiapan kemerdekaan di kalangan atas dengan cara berdiplomasi dengan pihakJepang terkait persiapan kemerdekaan Indonesia. Sedang Bung Syahrir ditugasi untuk komando gerakan bawah masyarakat Indonesia untuk mengusir penduduk Jepang. 

Hal ini berlangsung efektif. penunjukan Syahrir di bidang gerakan bawah tanah bukan tanpa alasan, pasalnya tokoh yang dibesarkan oleh didikan Belanda ini memang menyimpan jiwa anti Jepang yang begitu mengakar dalam dirinya sehingga tidak sulit baginya untuk melaksanakan tugas tersebut. 

Pendidikan Syahrir

Syahrir mengawali pendidikannya dengan masuk sekolah Belanda di tempat dia dibesarkan, daerah Padang panjang. Pada jenjang perkuliahan Syahrir memilih Belanda sebagai tempatnya untuk menimba ilmu pengetahuan. Disana kemudian dia bertemu dengan Bung Hatta, seniornya di Belanda dan tokoh yang senantiasa dihormatinya hingga akhir usia. 

Semasa di Belanda, Syahrir termasuk mahasiswa yang aktif mengikuti diskusi diskusi pengetahuan. Ketimbang berdiam diri di kelas menyimak ajaran guru, Syahrir lebih aktif berdiskusi  di luar kelas dengan teman-temannya yang berasal dari berbagai negeri membicarakan berbagai isu terhangat. 

Pada tahun 1930 an, ia dan Bung Hatta terpaksa kembali ke Indonesia karena mendengar kabar bahwa Soekarno tengah ditahan oleh Belanda. Sebagai junior Soekarno dalam partai Nasional Indonesia Syahrir dan Hatta terpanggil untuk meneruskan perjuangan Bung besar tersebut dalam upaya mencicil persiapan kemerdekaan Indonesia. 

Seteru dengan bung Karno

Syahrir, Bung Hatta dan Soekarno merupakan tiga serangkai yang harus di sebut namanya jika berbicara tentang upaya kemerdekaan Indonesia. Ketiganya, sebagaimana dituturkan oleh sejarah, merupakan tokoh yang yang sangat memiliki andil besar membebaskan Indonesia dari cengkraman penjajah.

Kendati demikian, Syahrir dan Soekarno merupakan dua sosok yang tidak jarang berseteru pandangan, utamanya dalam bidang politik. Hasil didikan Belanda yang tertanam dalam dirinya menyebabkan ia berbeda paham dengan Soekarno yang merupakan hasil murni didikan Indonesia, kendati hal tersebut tidak mengurangi kegigihan Syahrir mendepak kolonialisme Belanda dari Indonesia. 

Hal mendasar yang menyebabkan perbedaan pandangan Syahrir dan Soekarno adalah paham Syahrir yang mengutamakan diplomasi dalam berbagai upaya kemerdekaan sedangkan Soekarno yang lebih sering menggunakan cara radikal melawan penjajah tsb. 

Wafat Syahrir

Sebagai orang yang memiliki jasa besar dalam memerdekakan Indonesia, Syahrir dilepas dengan iringan yang sangat banyak. Tempo, sebagaimana dilaporkan oleh Rosihan Anwar, saat pengiringan jenazah Syahrir rakyat yang mengantarkannya begitu banyak. 

Saat barisan paling depan sudah mengebumikan jenazah Bung di Taman Makam Pahlawan Kalibata, ekor barisan berada di Hotel Indonesia Jakarta Pusat.

Nilai Syahrir

Syahrir pergi, tapi tidak dengan nilai nilainya. Nilai nilai Syahrir adalah nilai keberpihakannya pada rakyat kecil. Sejak kemerdekaan ia turut aktif berdiam di kubu oposisi pemerintah. Ia tampil sebagai tokoh yang banyak menerima keluhan-keluhan rakyat atas ketidakadilan pemerintah, dalam hal ini ia didaulat sebagai wadah penampung aspirasi rakyat. 

Atas dasar itu, ia mendirikan partai sosialis. Melalui partainya, ia gencar menyuarakan jerit rakyat yang ditindas ketidakadilan. Membumbungkan suara yang terhimpit kepentingan elit pemerintah. 

Kendati partainya dibubarkan pada tahun 1960 oleh Soekarno, tapi jiwa sosialis nya tidak hilang begitu saja. Persebaran paham yang sudah dilakukan oleh Syahrir atas kader-kadernya begitu membekas dan mengakar menjadi sebuah mazhab baru dalam pikiran rakyat Indonesia.

Hal itu terus abadi, bahkan hingga masa Orde Baru nilai-nilai Syahrir yang yang memiliki visi pemerataan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia mengendap bersemayam di banyak hati rakyat Indonesia.

Selamat Jalan Bung Syahrir.... 

*Diintisarikan dari seri buku Tempo yang mengulas bapak bangsa Indonesia, dalam hal ini Syahrir. 

Bintaro, 28 April 2020



0 komentar:

Posting Komentar

Back to top