Selasa, 25 Februari 2020

Februari 25, 2020 - No comments

Mengagumi Eka Kurniawan


Credit : Lazada

Awal perkenalan dengan Eka Kurniawan adalah saat saya terkagum-kagum dengan novel tebalnya berjudul Cantik Itu Luka. Sempat baca beberapa lembar, namun bukan buku beliau yang itu yang akhirnya bisa saya tuntaskan pertama kali. Melihat ketebalan bukunya serta ketidakmasukakalan awal ceritanya (namanya juga fiksi), akhirnya saya memutuskan untuk membaca karya beliau yang lain.

Buku pertama beliau yang saya baca adalah Coret-Coret di Toilet yang merupakan kumpulan cerita pendek Eka Kurniawan. Cerpen Coret-Coret di Toilet itu sendiri bercerita tentang fenomena pesan berbalas di dinding toilet umum. Menyikapi era di mana kebebasan berpendapat sedemikian dibungkam, banyak orang2 tidak menemukan wadah untuk menumpahkan protes, maka mencoret-coret di dinding toilet umum adalah salah satu alternatifnya. Seakan memiliki ketersambungan sebagai sesama korban represif (atau mungkin cuma iseng? Hehe), pesan yang ditulis oleh seorang pengguna toilet dibalas oleh pengguna beirkutnya, dan seterusnya sehingga membentuk rangkaian dialog yang menarik.

Baru kemudian, beberapa tahun kemudian, tepatnya pada pertengahan Februari 2020, usai melihat banyaknya ulasan positif atas Cantik Itu Luka tersebut, akhirnya saya tertarik untuk kembali memnacanya dan beritikad menuntaskannya.

Buku terbitan Gramedia yang sudah dicetak lebih dari 20 kali itu tergolong novel yang legendaris yang ditulis Eka Kurniawan. Membaca endorsment para penulis kesohor di cover buku tersebut saja sudah memantik kita untuk pensaran menamatkan buku tersebut.


Saya menyelesaikannya pada 25 Februari

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top