Kamis, 03 Januari 2019

Januari 03, 2019 - No comments

Hadis Matruk dan Munkar

DEFINISI HADIS MATRUK dan MUNKAR

A. Matruk

Matruk secara etimologis merupakan bentuk bentuk maf'ul dari akar kata ترك . Sedangkan secara istilah beberapa ulama mendefinisikan sebagai berikut :

Hafizh Ibnu Hajar, sebagaimana dikatakan dalam Nuzhatun Nazhar bahwa Hadis Matruk adalah hadis yang dalam rangkaian sanadnya terdapat perawi yang dituduh sebagai pendusta.(Abil Hasan as-Sulaymany, al-JAwahir as-Sulaymaniyah Syarh al-Manzhumah al-Baiquniyyah, RIyadh, Darul Kayan, 2006), hal. 371)

Mahmud At-Thahhan : Hadis Matruk adalah hadis yang di dalamnya terdapat perawi yang dituduh berdusta (راو متهم بالكذب) (Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah Hadis, hal. 50)

Contohnya adalah sebagai berikut :

حديث عمرو بن شَمِر الجُعْفي الكوفي الشيعي ،عن جابر عن أبي الطفيل عن علي وعمار قالا : كان النبي صلي الله عليه وسلم يقنت في الفجر ، ويكبر يوم عرفة من صلاة الغَداة ، ويقطع صلاة العصر آخر أيام التشريق "
وقد قال النسائي والدارقطني وغيرهما عن عمرو بن شَمِر : " متروك الحديث

Hadis Amru bin Syamr al-Ju'fi al-Kufi as-Syi'i dari Jabir dari Abi Thufail dari Ali dan Ammar keduanya berkata : Bahwasanya Nabi Saw melakukan qunut ketika fajar, bertakbir ketika
shalat Ghadat pada hari Arafah, dan memotong shalat Ashar pada akhir hari Taysriq. Imam An-Nasai dan Ad-Daruquthni mengomentari Amru bin Syamr (salah seorang perawi dalam hadis tersebut) dengan ungakapan : Matruk Hadis


B. Munkar

Munkar secara etimologis (kebahasaaan) merupakan bentuk maf'ul dari kata "أنكر". Sedangkan secara istilah beberapa ulama mendefinisikan sebagai berikut :

Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis Munkar adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi lemah (dhoif) yang maknanya menyelisihi/bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh perawi kredibel (tsiqoh).
Sedangkan kebalikan dari hadis munkar adalah hadis ma'ruf, yakni hadis yang diriwayatkan oleh perawi kredibel yang maknanya menyelisihi hadis yang diriwayatkan oleh perawi lemah (dhoif). (Musthafa Said al-Khon, al-Iydhoh fi Ulumil Hadis wal Istilah, Beirut, Darul Kalimi Thayyib, 2004), hal. 178

Ibnu Hajar juga mendefinisikan hadis munkar sebagai berikut :

هو الحديث الذي في إسناده راو فَحُشَ غلطُه أو كثرت غفلته أو ظهر فسقه .
وهذا التعريف ذكره الحافظ ابن حجر

Yakni hadis yang dalam rangkaian sanadnya terdapat perawi yang banyak sekali kekeliruan dan kelalaiannya atau sangat nyata sekali tindak kefasikannya (Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah Hadis, hal. 50)

Ibnu Shalah : Hadis Munkar adalah hadis yang menyendiri (tidak ada riwayat lain yang membarenginya) dan bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh perawi kredibel (tsiqoh).
Di sisi lain Ibnu Shalah memberikan defisini bahwa yang dimaksud dengan hadis munkar adalah hadis yang tunggal dan di dalam rangkaian sanadnya tidak terdapat perawi yang tsiqoh dan bisa dipercaya. (Abil Hasan as-Sulaymany, al-JAwahir as-Sulaymaniyah Syarh al-Manzhumah al-Baiquniyyah, RIyadh, Darul Kayan, 2006), hal. 365)


COntohnya adalah :

ما رواه ابن أبي حاتم من طريق حُبيب بن حَبِيب الزيات عن أبي اسحق عن العيزار بن حُرَيْث عن ابن عباس عن النبي صلي الله عليه وسلم قال : " من أقام الصلاة وآتي الزكاة وحج البيت وصام وقَرَى الضيف دخل الجنة " .
قال أبو حاتم : " هو منكر لأن غيره من الثقات رواه عن أبي اسحق موقوفاً ، وهو المعروف"

Yakni sebagaimana hadis yang diriwayatkan Ibnu Hatim melalui jalur Hubaib bin Habib az-Zayyat dari Abis Ishaq dari Izar bin Hurats dari Ibnu Abbas dari Nabi Shallallahu alaihi Wa Sallam :
Barangsiapa yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, pergi haji dan ..... orang yang lemah maka ia akan masuk surga. Kemudian Abu Hatim mengomentari hadis di atas : Hadis tersebut munkar
dikarenakan perawi-perawi lain (dalam hadis yang lain pula) meriwayatkannya dalam bentuk mauquf (disandarkan ke sahabat), sedangkan hadis ini diriwayatkan dalam bentuk marfu' (disandarkan kepada Nabi Saw.) (Mahmud Thahhan, Taysir Mutshalah Hadis, hal. 50)

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top