Rabu, 26 Desember 2018

Desember 26, 2018 - No comments

Kutipan dari Berbagai Buku Yang Kubaca

On Desember 2018 

Pusat semesta itu ada dalam diri kita masing-masing (Dalai Lama). (Agustinus Wibowo, Titik Nol, Gramedia, 2002, hal. 94)

Kerja keras, kerja keras, cuma kerja keras. Leluhur bilang, hanya dengan  kerja  keras,  nasib  akan  berubah. (Agustinus Wibowo, hal. 76)

Ming, Mama sekali lagi mau ingatkan. Jangan sekali-kali tertawakan keburukan dan kekurangan orang lain, jangan sakiti hati orang. (Agustinos Wibowo, hal. 76)

Sebuah  buku  yang  selalu  kukenang  berjudul  ”Ikut  Sang Surya  Keliling  Dunia”,  kupinjam  dari  perpustakaan  sekolah, berisi  kumpulan  dongeng  dari  negeri­negeri  dan  bangsa­bangsa dunia,  mulai  dari  Amerika,  Asia,  Afrika,  sampai  Eropa.

Ada dongeng tentang raja Inggris yang menggelar sayembara, barang siapa  bisa  jawab  akan diganjar  limpahan  harta. 

Pertanyaannya sangat  pelik:  berapa  waktu  yang  diperlukan  untuk  keliling dunia? Tak ada yang tahu jawabnya, selain seorang cerdik bijak yang  bilang:  dua  puluh  empat  jam.  Keliling  dunia  cuma  dalam dua  puluh  empat  jam? Mungkinkah?

Dongakkan  kepalamu!,  dia  berkata.  Lihatlah  matahari di atas sana. Berjalanlah mengikuti sang surya, tepat di bawah sang surya,  berjalanlah  bersamanya  melintasi  semua  penjuru  bumi.
Kau akan lewati negeri­negeri, gurun luas, padang rumput, laut lepas. Dakilah gunung, seberangilah sungai, arungilah samudra, alamilah petualangan. Hanya dua puluh empat jam kau butuh­kan,  bersama sang  surya  kau  keliling  dunia. (Agustinus Wibowo, hal. 70)


(Agustinus Wibowo, hal. 138-139)


Aku  teringat  akan  sebuah  puisi  kuno  Sanskerta  yang  bunyi­nya  kira­kira  begini:

Dari sekian banyak  ternakmu, kau hanya butuh dua gelas
susu

Dari sedemikian  luas tanahmu, hanya segenggam gandum

Dari sebegitu besar rumahmu, hanya separuh kasur


Wahai manusia,  apalagi yang  masih kautuntut? (Agustinus Wibowo, Titik Nol, Hal. 158)


”Kebahagiaan  itu  tak  pasti.  Cuma  kematian  yang  pasti,”

Rajja berkata. ”Ingatlah akan kematian, itu kunci kebahagiaan. Berterimakasihlah pada kematian, karena kematian adalah guru terbesar dalam  kehidupan.” (Agustinus Wibowo, Titik Nol, hal. 163)





0 komentar:

Posting Komentar

Back to top