Januari 08, 2016 -
Agama,Renungan
No comments


Pesona Rumah Tuhan
Ketika kaki melangkah dan
menginjak bagian dalam Masjid al-Hijrah, terletak di jalan Cempaka V no. 2,
Bintaro, tiba-tiba menyeruak angin dari Air Conditioner berhembus
menyejukkan kulit. Tempat umat muslim bersujud ini agak berbeda dari yang
selama ini saya pijaki. Dengan penataan yang elegan masjid ini cukup memanjakan
saya yang waktu itu hendak melaksanakan ritual shalat zuhur usai melakoni UAS
di kampus PTIQ.
Cukup lama saya dibuat terhenyak.
Saya menikmati ruangan tersebut dengan penjiwaan maksimal. Betapa rumah Tuhan
jika dipelihara dan dirawat dengan baik akan mampu menghidangkan pekayanan
istimewa bagi jama’ahnya.
Masjid ini tidak terlalu besar,
kalau tidak ingin dikatakan terlalu kecil. Hanya terdiri satu ruangan inti
saja, di luar dihampar beranda keramik yang lumayan luas, tempat orang
bersantai atau musafir yang khidmat menanggalkan penat perjalanannya.
Ruangan mungil namun mewah. Di
bagian depan, di mihrab, temboknya dilapisi dengan balutan kayu halus
berwarna coklat. Dinding kayu yang kadang saya dapati di rumah-rumah atau
kantor-kantor megah. Tergantung sebuah mini box neon yang berfungsi
sebagai jam dan penghitung waktu iqamah. Di saat marak pelaksanaan waktu iqomah
yang tak terorganisir, kadang cepat kadang pula lambat, menggunakan quick
acount go iqamah ini merupakan gagasan yang brilian demi tercapainya
totalitas pelangsungan shalat berjema’ah.
Beralaskan karpet hijau nan
lembut, orang yang berdiam di dalamnya merasa nyaman. Ditingkahi embusan AC
yang semriwing, jama’ah bertambah khidmat dan khusyuk saat pelaksanaan ibadah. Bahkan,
saat sujudpun saya begitu khidmat menjiwai setiap desah AC. Niat untuk menulis
kunjungan saya ke masjid ini merupakan bagian dari ide yang terlintas saat saya
sujud.
Ada pula rak mini besi bertingkat
2 sebagai tempat menaruh al-Qur’an dan buku bacaan keagamaan. Ada pigura khot
bertuliskan Allah Swt dan Muhammad Saw., bertengger menghiasai muka mihrab.
Mimbar yang eksotis berdiri di samping lokasi imam. Semuanya indah, mampu
menyegarkan kepala.
Sunyinya ruangan menjadi faktor
utama penghadir ketenangan dalam beribadah. Berbeda dengan yang tidak
menggunakan AC, masjid ini begitu kedap suara, selain karena ruangan memang
tertutup (pada pintu masjid tertulis, “Ruangan AC, Mohon Ditutup Kembali),
kehadiran AC sebagai penyejuk ruangan juga berpartisipasi menenangkan suasana. Dan
lagi pula, disini tidak ada anak kecil yang hiruk pikuk bercanda saat shalat
berjama’ah dilangsungkan.
Kemudian saya berangan, kalau
saja mushalla di dekat rumah saya, yang luasanya kira-kira sama dengan
masjid ini, disulap menjadi seperti masjid al-Hijrah ini. Itu ide brilian,
mengingat bahwa kondisi di sana, meski ramai jama’ah, fasilitas yang ada kurang
memadai. Waktu iqomah yang tidak menentu, penuh ketergesa-gesaan karpet yang
agak kusam, ditambah hingar bingar anak-anak saat pelaksanaan shalat karena
mnimnya pengawasan orang tua, dan sebagainya, merupakan bagian ilustrasi dari
kondisi mushalla di dekat rumah saya.
Mungkin saya perlu membicarakan
ini dengan pihak terkait. Saya sudah sedikit banyak belajar proposal di
Darus-Sunnah, mungkin saja antara niat dan sedikit keahlian ini bisa dikolaborasikan,
sehingga kemudian lahir-lahir hasil nan gemilang. Kemakmuran masjid akan
terpenuhi.
Dan tidaklah seseorang
memakmurkan masjid melainkan ia adalah orang beriman.
Masjid al-Hijrah , 05 Januari
2016 (Tulisan Blog saya yang pertama di tahun 2016)
0 komentar:
Posting Komentar