November 01, 2015 -
Kampus
No comments


Hasil Seminar "Isu Kebangsaan Dalam Perspektif Pemuda"
Diskusi Bulanan
Fakultas
Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta
“Isu Kebangsaan
Dalam Perspektif Pemuda”
Narasumber : 1. Dr.
A. Muchaddam Fahham, MA (DPR RI)
2. Faizi, M.Si. (ANGGOTA MUI)
Moderator : Ust.
Ahmad Ubaidillah
Jakarta, 21
Oktober 2015
Dibuka Jam 10.00 pagi dengan MC Anis dan pelantun Qur’an
Auliya’.
Narasumber 1 :
·
Isu terhangat seputar
kebangsaan adalah masalah toleransi umat beragama dan kemiskinan yang menyerang
masyarakat.
·
Contoh dari problematika
toleransi umat beragama adalah kasus pembakaran masjid yang terletak di
Tolikara, Papua, saat pelaksanaan shalat Id, juga kasus pembakaran gereka yang
terjadi di Singkel, Aceh, oleh sebagian masyarakat Muslim.
·
Atas hal ini, maka akan
dibuat undang-undang kerukunan antarumat beragama. Namun hal ini belum
disetujui, bahkan condong ditolak, karena bagaimana bisa kita bersosialisasi
lintas agama saja mesti ada perundang-undangannya.
·
Terkait kemiskinan, ini
adalah problematika yang belum kunjung usai hingga kini. Tugas pemerintah dan
kita semua untuk mengentaskan permasalahan ini.
Narasumber 2 :
·
Pemuda mempunyai peran
vital dalam melanjutkan regenerasi bangsa. Pemuda memiliki peran dalam
menggapai kemajuan bangsa di masa berikutnya.
·
Di MUI diadakan
pengkaderisasian, maka dari itu ditariklah kaum pemuda ke dalam jajaran MUI
demi meneguhkan pemahaman keagamaan yang kontekstual dan dialogis dalam
menghadapi problematik kekinian.
·
Hasyim Asy’ari dengan
resolusi jihad yang dikeluarkannya adalah perlambang bahwa santri dan pemuda
memiliki peran signifikan dalam mempertahankan keutuhan NKRI dari cengkeraman
kolonialisme dan penjajah.
·
Bulan Oktober adalah
bulannya pemuda dan santri, karena pada 22 Oktober diberlangsungkan Hari
Santri dan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2015.
·
Pemuda mempunyai perspektif
yang segar dalam memecahkan masalah kekinian dalam hal kebangsaan.
·
Mapan intelektual dan kaya
spiritual adalah dua hal yang harus dimiliki seorang pemuda. Dengan demikian,
maka akan lahir pemuda yang mampu mengatasi permasalahan-permasalahan kebangsaan.
·
Pemuda harus memiliki
sensitivitas sosial, karena ditangan pemudalah masa depan bangsa dipertaruhkan.
·
Kemiskinan tidak bisa
diartikan sebagai takdir derita yang harus kita tanggung, akan tetapi coba
pahami kemiskinan itu sebagai sebuah permasalahan pada struktur dan kultural
yang menyebabkan rakyat mendera kemiskinan.
·
Agama adalah karya cipta
TUHAN. Budaya adalah karya cipta MANUSIAkmkmmi.
·
Jenderal Malahayati,
jenderal Aceh yang pemberani.
Narasumber 3 (Pak Lukman Hakim) (?):
·
Banyak orang yang berpendidikan
tinggi, karena kecewa atas buruknya sistem pendidikan, mereka tidak menyelohkan
anaknya di sekolah-sekolah yang ada.
·
Muslim paripurna adalah
yang kaya spiritual, mapan intelektual, mumpuni material.
Hasil Sesi Tanya Jawab :
Narasumber 2 :
·
Jangan terjebak dengan
wacana klasik yang diedarkan (semisal syi’ah, jenggot-jenggot, dan lain
sebagainya). Cari wacana yang baru dan lebih subtansial dan gelorakan sehingga
menjadi isu-isu yang pantas diperbincangkan!
·
Media itu tidak ada yang
benar. Karena pada latarbelakangnya ditemukan motif terselubung yang
dipropagandakan!
·
Inovasi dan kreativitas
hanya ada di tangan pemuda! Karena itu dituntut pemikiran yang inovatif dan
kreatif untuk dikontribusikan kepada masyarakat dan membantu memecahkan masalah
kebangsaan.
·
Kalau tidak ingin terpaku
dengan isu klasik, maka buatlah isu-isu sendiri yang subtansial.
·
Wajah NU itu tidak tunggal.
Banyak ragam pemikiran semisal NU, Muhammadiyyah, Persis, Wahdah Ummah, dan
lain-lain tergabung di dalamnya.
·
Maka, penguatan ide atas
satu kelompok tidak lantas menjadi pendirian MUI dalam mengeluarkan pendapat.
·
MUI, dalam menaikkan
stabilitas perekonomian Indonesia, sudah merancang BMT pada setiap masjid yang
ada di Indonesia, bekerjasama dengan dewan ketua Masjid Indonesia, pak Yusuf
Kalla, MUI hendak menumbuh-kembangkan kewirausahaan di Indonesia!
Narasumber 1 :
·
PNPS 1965 : Agama yang
berkembang di Indonesia ada 5. Bukan pengakuan.
·
UUD yang mengatakan bahwa
orang yang diluar 5 agama tersebut agar dikosongkan kolom agamanya. Ini adalah
kerancuan, katanya.
·
Gesekan agama lahir akibat
perseteruan antara misionaris dalam perebutan umat. Contohnya adalah kasus
Syi’ah di Madura. Dan ini juga adalah bentuk dari kekerasan HAM.
·
Jawa Timur, sebagai kantong
NU terbesar, disinyalir masih menyimpan bara terkait kerukunan umat beragama. Hal
ini berdasarkan sebuah penelitian (LIPI)
·
Berita dan info yang
disajikan di media harus diverifikasi keotentikannya. Jangan sampai dikosumsi
bulat-bulat begitu saja, butuh kecerdasan yang memadai untuk menyaringnya.
·
Alumni PTIQ tenar sebagai
penguasa Mihrab, Mimbar, Menara masjid di banyak daerah di Jakarta.
·
Pesan Yusuf Kalla untuk Pak
Rektor PTIQ, agar alumni PTIQ juga menguasai ruko-ruko didepan masjid. Isyarat
agar alumni PTIQ juga menguasai dunia perbisnisan.
·
APBN yang digelontorkan
untuk Pendidikan cukup besar, namun dalam aplikasinya tidak menyeluruh.
·
HTI adalah gerakan
transnasional yang dianggap mengancam keutuhan NKRI.
·
4 pilar kebangsaan : PBNU.
Pancasila, Bhineka, NKRI, UUD.
·
Anak Bill Gates, sang
penemu windows & microsoft, menyekolahkan anaknya di tempat-tempat
tradisional yang masih menggunakan kapur, bukan komputer. Rasionalisasinya
adalah karena belajar komputer itu mudah dan cepat serta agar dengan sistem
kelas tradisional seperti itu bisa lebih mampu dan tanggap pada kehidupan
realitas sosial.
·
Metode pendidikan modern
yang tanpa uji kelayakan tidak lebih baik dari metode pendidikan yang
tradisional semacam pesantren. Karena, pada sistem tradisional, interaksi antar
sesama teman dan guru lebih aktif.
·
Semisal IRAN yang masih
memakai sistem hauzah ilmiyyah dalam metode pendidikan.
Kesimpulan (oleh moderator) :
v
Sarjana PTIQ,bukan hanya
menguasai mimbar tapi juga harus menjadi penguasa pasar!
v
Pemuda jangan takut
dikfirkan apalagi dibid’ahkan. Anggap biasa aja.
v
Pemuda harus la
yakhofuna lawmata la’im
Selesai pada 12:10
Gedung Pasca Lantai 4, 21 Oktober 2015
0 komentar:
Posting Komentar