Agustus 27, 2015 -
Motivasi
No comments


Ikhlas Menulis, Menulis Ikhlas
Aku menulis
bukan karena mengharapkan tenar dan meraup pujian banyak orang. Aku menulis
karena aku senang saja bisa menulis. Perkara dari tulisan tersebut ada yang
mengomentari positif maka itu tak akan membuatku melayang lalu lupa daratan,
mengubah haluan jadi menulis karena hendak memenuhi hajat pribadi. Namun, jika
yang muncul adalah komentar negative, maka itu adalah pelajaran tambahan buat
saya. Belajar dari kritikan adalah lebih menyegarkan dibanding terbuai dengan
pujian.
Baru saja
aku menyaksikan flm You Are Is My Apple In Eye. Didalamnya dikisahkan
perjalanan sekumpulan kawan yang akrab dan menggemaskan. Dimulai dari masa-masa
SMA hingga s2, pertemanan yang mereka rajut tak pernah usang. Selalu ada warna
yang menghiasi lengkah demi langkah yang mereka ayunkan.
Canda dan tawa serta
perasaan cinra yang timbul di antara mereka selama mengiringi jalannya
pertemanan, membuat salah seorang dari mereka, Ko-Teng, yang rajin menulis, membuat sbeuah novel yang mengisahkan tentang
sepak terjang persahabatan mereka.
Sungguh
mengharukan.
Aku ingin
seperti mereka, yang kisah kehidupannya bisa diabadikan dalam sbeuah tulisan. Suka
duka, sedih gembira, getir gembira, hambar dan senang semua bisa dirangkum
dalam sebuah tulisan yang menakjubkan.
Menulis
adalah soal kebiasaan. Siapa yang sering menulis maka tangannya akan lincah
menari mengurai kata. Siapa yang enggan menoreh kata-kata, maka ia akan
ketinggalan tunggangan. Zaman yang terus berputar ini memaksa kita sang manusia
modern agar piawai dan bijaksana dalam merangkai kalimat-kalimat. Untuk
sampainya pesan ke hati pembaca saat ini dibutuhkan guratan pena yang
menggugah.
Dibutuhkan
latihan yang berkesinambungan untuk mempertajam kualitas tulisan. Pisau yang
rajin diasah tentu akan lebih mudah membelah cabai menjadi berkeping-keping.
Pedang yang sering dihunus tentu akan lebih mampu meluluhlantakkan musuh di medan perang!
Jakarta, 11 Agustus 2015
0 komentar:
Posting Komentar