Juli 05, 2015 -
No comments


Catatan FKMTHI (26-29 Mei 2015)
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Selasa
26 Mei 2015
Pagi
Hari...
Hari pertama
kami lalui dengan sebuah seminar nasional yang diadakan oleh Fak. Ushuluddin
UIN Jakarta. Tema yang diusung adalah “Tafsir Maqoshid”, pembicaranya
saat itu adalah pak Prof. Dr. Hamdani, MA., Dr. Arwani Syaerozi, Husein
Muhammad, MA., Dr. H. Abd. Muqsith Ghazali.
Sebuah kajian
yang mengulas bahwa hukum-hukum al-Qur’an dipandang dari segi kemaslahatannya,
sebagaimana yang telah lama kita dengar, Maqoshid as-Syari’ah berputar
dalam masalah fiqih, maka dalam hal ini, Tafsir Maqashid ini
berkutat dalam perihal penafsiran teks al-Qur’an, yang pertama kali
diperkenalkan oleh Ulama Maroko.
Makalah yang
dipresentasikan berjumlah 3 dan dibagikan hard file nya dibagikan kepada
peserta, pembicara yang pertama (Pak Hamdani) menggunakan slide dalam
penguraian ide-idenya.
Sudah jauh hari
seorang teman mengatakan bahwa diskusi ini akan menjadi seru lantaran
pembicaranya ada yang dari kubu tekstuak-fundamental (Pak Hamdani & Arwani
Syaerozi) dan ada yang dari kubu kontekstual-liberal (Pak Husein & Abd.
Musqith).
Namun, dalam
realitanya, baik kubu yang teksutal dan kontekstual, meski mencuat sedikit
perbedaan penguraian, namun tak ada kesenjangan ideologi yang signifikan.
Acara selesai
jam 1 siang.
Sore
Hari
Seusai seminar
dari pagi-siang itu, kami istirahat-sholat-makan, kemudian dilanjutkan dengan
pengenalan setiap institusi. Satu orang dari setiap intitusi maju untuk
memperesentasikan sedikit mengenai keadaan kampus beserta bagaimana kiprah HMJ
TH di dalamnya. Dari PTIQ adalah saudara Riyan Hidayat. Dengan delegasi
sebanyak 3 orang ; Riyan, Ja’far, M. Ramdani (yang kemudian karena tidak
diizinkan oleh DKM Masjid yang ia tinggali, maka digantkan dengan Fadhlullah di
hari-hari berikutnya).
Acara selesai
jam 5 sore.
Rabu
27 Mei 2015
Dari siang
hingga jam 4 kami mempersiapkan keberangkatan. Membeli cemilan di Indomaret di
depan UIN Jakarta sebagai bekal kelak di perjalanan dan di tempat lokasi acara,
dimana saking terpelosoknya daerah yang kita tinggali nanti akan membuat sepi
warung-warung yang menjajakan makanannya sebagaimana di Jakarta.
Kira-kira jam
16.30 kami berangkat dari UIN Jakarta menuju Pusat Kajian Hadits milik Pak Dr.
Luthfi Fathullah yang terletak di desa Cinagara, Ciawi, Bogor. Kami kebagian
untuk menempati bis 2 dari 3 bis yang disediakan. Bis yang tak ber-AC namun
cukup menyejukkan, entah karena ada kipas yang menggelayut di setiap barisan
bangku atau lantaran ada gadis berkerdung Merah Jambu asal Bandung yang berdiam
tak jauh dari tempat duduk kami. J hanya dia dan Tuhan-nya yang tahu apa alasan mengapa menjadi
semenyejukkan itu.
Sekitar pukul
19:50 kami tiba di lokasi. Di daerah Cinagara-Ciawi-Bogor, di tengah pekatnya
malam di tengah rimbunnya tumbuh-tumbuhan pegunungan. Seketika, angin malam
pegunungan menyelinap dan menggigit kulit yang tak dibungkus dengan baju
hangat.
Lokasi Pusat
Kajian Hadis (PKH) yang agak menanjak membuat kami harus mendaki undakan tangga
yang cukup banyak. Dengan membawa tas yang cukup berbobot, pendakian seperti
itu membuat butir keringat menetes sedikit. Olahraga di malam yang pekat dengan
angin yang mencekam.
Setibanya
disana kami berpikir bahwa nanti langusng disuruh berbaring meluruskan tulang
punggung dan menyelonjorkan kaki, mengembalikan tulang-tulang dan sendi yang
mungkin telah berubah tempat. Namun tidak.
Selanjutnya
adalah mengumpul dan serangkai pengenalan dari pihak PKH. Bahwa PKH ini didikan
sebagai pusat pembelajaran hadits terkhusus dalam masalah digitalisasi hadits
dan sebagai tempat pelatihan Haji. Terbentang dengan jelas tatkala mentari lagi
tiba bahwa di bawah PKH sebuah miniatur ka’bah, jamarot, tempat sa’i, dan lain
sebagainya yang terbuat dari semen. Menyaksikan pemandangan seperti ini di
tengah rindangnya suasana pegunungan memiliki sebuah kesitimewaan tersendiri. J
Kemudian rapat
pra-munas yang diadakan hingga pukul 02-00 pagi.
Kamis
28 Mei 2015
Pagi Kamis ini
dibuka dengan shalat berjama’ah di sebuah saung di lokasi penginapan. Di sana
ada Dr. Luthfi yang ikut dalam barisan Jama’ah. Seusainya shalat, kami bersama melafalkan
beberapa zikir dan wirid yang terkumpul dalam sebuah buku kecil karangan Dr.
Luthfi berjudul Dzikir & Wirid Mencerdaskan Otak. dengan nada yang
khidmat dikdukung dengan heningnya suasana pegunungan membuat situasi amat
menenteramkan dan mengharukan.
Kira-kira jam
06.00 pagi kami melakukan aksi jalan-jalan dan senam di sekitar lokasi miniatur
haji bersama pimpinan PKH. Tak pelak, hape canggih dan kamera beresolusi tinggi
ikut meramaikan acara ini. Jepret sana-jepret sini. Pasang gaya ini dan pasang
gaya itu. Mengambil background di bangunan jamarot, lalu beranjak berpose di
bangunan persegi miniatur ka’bah, kemudian berdiam di tempat shafa dan marwah
melakukan sa’i untuk kemudian di abadikan dalam bentuk foto. Cklick!
Jam 8 sampai
sore adalah latiah digitalisasi hadits. Dalam sesi kali ini kami diajari untuk
menciptakan aplikasi software hadits. Ada beberapa opsi yang
diatawarkan, aplikasi berbasis e-book menggunakan adobe flash player, sebuah
halaman di internet atau aplikasi semacam 40 hadits yang mudah di hafal dengan
format seperti aplikasi android. Dan kami memilih yang ketiga.
Usai melewati
sekian pelatihan yang cukup menguras tenaga, dengan dibimbing oleh ahli-ahli
(Mas Agus dan Mas Kinta, Designer & Programmer PKH) maka kami semua
yang telah dipecah menjadi 16 kelompok dnegan setiap kelompoknya berjumlah
kira-kira 4 orang maka tuntaslah kami menelurkan semacam arba’in yang
bertemakan panduan hadis untuk remaja.[1]
Acara
dilanjutkan dengan setoran hafalan hadis. Setiap peserta diwajibkan menghafal
minimal 1 hadits dari 40 hadits yang ada dalam kitab 40 Hadis yang mudah dihafal.
Meski sudah ditawari oleh utsadz bahwa siapa yang mampu mengafal semua hadis
lengkap dengan matan dan hikmah hadis maka akan diberi uang sejumlah 500 ribu
rupiah, tak seorangpun dari kami yang mampu menyanggupinya. Waktu yang singka
dan kegiatan yang padat membuat kami tak berdaya.
Kemudian acra
berikutnya adalah pelanjutan rapat pra-munas dan selesai kira-kira jam 12
malam.
Jum’at
29 Mei 2015
Hari terakhir
diisi dengan refreshing melawat dan tafakkur alam ke curug Cinagara. Bersama
seorang pembimbing kami berjalan serentak menuju lokasi tujuan. Pagi yang indah
dengan mentarinya yang cerah membuat susasana pegunungan istimewa tak terkira.
Saya yang saat
itu hanya membawa sepatu fantopel tidak mungkin untuk membawanya saat pendakian,
dan pula sandal pun tak membawa, akhirnya bertelanjang kaki, nekat menerabas
jalur pegunungan yang sudah barang tentu banyak tebing tajam dan kerikil
berpucuk kerucut.
Bersama M.
Ridwan, salah seorang mahasiswa asal institusi
di Jawa Tengah, dan satu teman lagi asal Sumenep Madura, kami bertiga
satu kelompok menyusuri jalan paling depan. Melewati aspal, aspal terhenti
berlanjut melintasi pematang, menerabas rerimbunan pegunungan, menapaki jalan
setapak, terjatuh dan terkilir, menyusuri tambak, menyeberangi sungai, tertusuk
tajam kerikil, terjerembab di muka dedaunan di atas sebuah lubang, terpeleset
di tanah basah yang licin, terperangkap kaki di kubangan lumpur, bergidik
menyaksikan orkestra alam yang benar-benar murni, menyapa hewan mengusir
ketakutan, menhempas setan-setan yang mencekam dengan lafal muawwidzatain
dan audzubillahi bikalimatillahi tammaati, menyaksikan eksotis tebing
pegunungan, kecipak air jernih yang mengalir, dingin yang menggigit, dan masih
banyak lagi.
Setibanya di
sana semua senang dan ceria. Jerih payah mneyongosng perjalanan terbayarkan
dengan derasnya air terjun yang tumpah dari ketinggian. Pemandangan yang cukup
menawan. Sebuah curahan air besar yang dibawahnya bagai membentuk sebuah
bendungan yang menanggungnya. Bebatuan dengan kira-kira setinggi lima meter
berdiri tegak menyanggah bendungan. Ini asli buatan alam, manusia bakal
kerpeotan menciptakan seperti ini. Dibawahnya mengalir air yang putih jernih
dengan kadar dingin yang cukup menggemeratakkan gigi. Meng-anaksungai,
membentuk formasi yang indah tak terkira. Jika disaksikan dari jauh akan
menghasilkan pemandangan yang indah mempesona. Jutaan kubik air tumpah dan menyelinap
di antara batu kali yang besar duduk teguh berhamburan. Kayu-kayu dan serabut
yang jatuh dari atas menjuntai memperamai visual panorama. Kami semakin
terkesima.
Foto-memfoto
merupakan aktivitas yang tak bisa dielakkan. Segala macam pose, segala lokasi
di air terjun kena jepret terabadikan. Mengambil bentuk terbaik, demi
efektifitas pengambilan foto.
Sebagian orang
naik ke atas, ke pangkal curahan air terjun, yang anginnya amat membadai
beriringan dengan hembusan air yang kencang. Sebagian lagi ada yang hanya betah
bermain di bawah, berkecipak dengan kumparan air yang tenang dan menggiurkan.
Kira-kira jam
10.00 pagi kami mensudahkan diri, hengkang dari lokasi, bersiap menuju
peristirahatan. Saat itu hari Jum’at yang sudah seharusnya bagi kau lelaki
untuk melakukan shalat Jum’at. Namun, karena status kami yang masih musafir,
maka kami melaksanakan shalat dzuhur saja.
Kira-kira jam
14.00 kami kumpul kembali, mengadakan absen kemudian membagikan bangku bis. Kami
(PTIQ) dapat bis no. 2. Bis yang sudah meredup lantaran beberapa pesertaya
telah menyatakan izin untuk pulang duluan.
Jam 15.00 pak
supir menancap gas dan tiba di UIN Jakarta dengan selamat, tanpa kehilangan
satu anggota badan pun, kecuali potongan hati yang retak di Cinagara sana, pada
jam 18.00. tepat 3 jam waktu perjalanan.
Saya yang waktu
itu dengan tega meninggalkan motor legenda di prkiran di depan Fak. Ushuluddin
selama 3 hari, akhirnya merasa lega karena nyatanya motor terebut aman-aman
saja. Alhamdulillah.
Pulang ke
Darus-Sunnah, bersalaman sana-sini, mengucapkan selamat tinggal dan saling
berharap semoga kelaj bisa berkumpul kembali di lain kseempatan.
Sekian.
Diselesaikan di
hari Ahad, 31 Mei 2015, jam 23:45, di asrama Darus-Sunnah kamar 4 yang bagai
kos-kosan.
[1] Tata
cara pengelolaan data base dan link 40 hadits ada di sdr. Fadhhlullah, Mahasiswa PTIQ asal Banen
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
0 komentar:
Posting Komentar