Mei 17, 2015 -
No comments


Tentang Ronggowarsito, Pujangga Rakyat Tanah Jawa Kebanggaan Indonesia!
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Ronggowarsito dengan nama asli
Bagus Burham adalah seorang Pujangga Rakyat kelahiran tanah Jawa,
Indonesia, yang hidup pada kurun 1802-1873. Peran yang dimainkan dalam melakoni
perjuangan menuju Indonesia merdeka dan bermoral amatlah besar. Beliau adalah
seniman sekaligus penulis yang hebat. Guratan penanya yang begitu menggugah
berhasil mengunjamkan semangat hingga ke rakyat cilik sekalipun, tentang bahwa cahaya
kebahagiaan pastilah akan tiba, serumit dan sekelam apapun kenyataan yang
tengah kita hadapi saat ini. Wong Cilik Bakal Gemuyu, tulisnya.

Judul
: Zaman Edan
Penulis
: Ronggowarsito
Penerbit
: Jejak Budaya
Tempat
: Yogyakarta
Tahun
: 2013
Tebal
: 173
Kata Pengantar : Bung Karno
Penyunting : Ahmad Norman
Buku ini merupakan kumpulan sajak
oleh Ronggowarsito, seorang Pujangga Rakyat kelahiran tanah Jawa. Dengan tema
besarnya yang mengulas seputar Zaman Edan, isi buku ini diklasifikasikan
menjadi 5 sub-bagian : Zaman Cacat (Kalatida) meng interpretasikan
kerusakan masyarakat akibat kutukan Zaman, Kabar Kepastian (Sabda Jati)
meng interpretasi kan tentang tibanya masa penuh kesulitan dan penggambaran
dirinya bahwa ia akan menemu ajal kematian, Nasihat Utama (Sabdatama) mengabarkan
bahwa kesengsaraan yang datang tanpa permisi sejatinya adalah dari perbuatan
kita sendiri, Jaka Lodang (Jakalodang) mengurai tentang ramalan seorang
pemuda, Joko Lodang tentang kemenangan besar dan datangnya zaman keemasan, Pedoman
Diri (Wedharaga) menjabarkan sekian nasihat, terutama kepada generasi
muda, bagaimana menjalani kehidupan sebagai pengabdian, kepada Tuhan maupun
kemanusiaan, dan bukan panggung pertunjukkan untuk mengumbar nafsu.
Kemudian
pada akhir buku ini, disertakan sebuah kisah Ronggowarsito yang dikutip dari
Babad Ronggowarsito oleh penyunting buku ini, Ahmad Norman.
Berikut kata-kata dan rentetan
kalimat menarik yang bisa saya kutip dari sebuah buku yang cukup saya kagumi
ini :
Martabat negara tampak
Tanpa rupa, berantakan dan rusak
Hukum dan aturan diinjak-injak
Tiada lagi teladan bijak
Sang pujangga terdiam
Duka, hatinya remuk redam
Rasa ternista dan terhina
Matahari kehidupan seakan padam
Dunia kini telah penuh bencana
(hal. 4)
Seuntung apapun orang yang lupa
daratan
Lebih selamat orang yang menjaga
kesadaran (h. 10)
Telah surut gerak kejahatan
Bagai dingin terusir panas api
kebaikan
Hidup cukup terjaga keselamatan
Cahaya mengusir gelap
Gelap lari, tak berani kembali
(h. 60)
Tatkala keinginan tiada yang
terlaksana
Harapan tinggal harapan
Bubar semua gerombolan
Mencari kemuliaan dapat kehinaan
Azab agung telah turun
Cela orang terbuka semua
Yang terhormat hilang kehormatan
Menanggung malu dan takut mati
Orang kecil tidak tahu diri (h.
69)
Pemuka-pemuka agama sepuhan
Luarnya putih, kuning di dalam
Para ulama bergelimang maksiat
Madat, minum, perempuan
dan judi
Para haji sudah membuang
Surban dan kopiah beterbangan
Perempuan hilang keperempuannya
Pengaruh dunia dan kemewahannya
Hanya mengejar harta dan
kenikmatannya (H. 70)
Berpayung ingat dan waspada
Jangan biarkan lobang lengah
dalam jiwa
Ikuti segala nasihat yang berguna
Selalu mencari pengetahuan
Dan jangan malu bertanya (H. 83)
Dalam menuntut ilmu
Carilah jalan keselamatan
Jangan mengindari kesibukan
Selalu menghimpun dan mencari
Berkawan dengan ahli (h. 84)
Daripada pengangguran
Carilah ilmu walau sedikit
Jika tanpa pilih-pilih
Kemampuan akan terus bertambah
Jalan menuju kebahagiaan (h. 85)
Jika sudah berkeahlian
Baiklah itu engkau simpan
Bersikap rendah hati selalu
Akan mempermudah jalan hidupmu
Bermanfaat bagi sesamamu (h. 86)
Dalam kehidupan ini
Yang bodoh tidak dihormati
Orang menampakkan kepandaiannya
Agar dipuji dan dihargai
Tanpa sadar akibat yang dihadapi
(h. 87)
Orang yang memang pandai
Tidak menampakkan kepandaian
Selalu mengendalikan perbuatan
Pandai menghargai sesama
Agar dapat belajar dari siapa
saja (h. 88)
Carilah selalu nasihat
Teliti diri dalam setiap langkah
Dengan hati yang jernih
Jangan sombong dan besar omong
Malah akan kelihatan sombong (h.
89)
Dalam sifat manusia
Ada tanda yang kelihatan
Di balik perbuatannya bila
mengaku serba bisa
Tanda tidak mampu apa-apa (h. 90)
Mengaku kaya
Pertanda orang yang kekurangan
Meneriakkan keberanian tanda
kekuatan
Orang yang mengaku kuat sentosa
Pertanda lemah tak dapat
diandalkan (h. 91)
Orang berbuat peroleh akibat
Maka hendaklah orang hidup itu
Jangan memaksa diri selalu
Mengaku mampu dan serba hebat
Malah gusur dan ternistakan (h.
94)
Ada contoh yang dapat dilihat
Anak Carik yang congkak
dan sombong
Mengaku pandai berperilaku bodoh
Belajar ilmu picisan
Sudah merasa tak terkalahkan (h.
95)
Seperti itu pasti terjadi
Pada orang yang menyombongkan
illmu
Berbeda dengan yang benar-benar
berilmu
Hanya bisa mengumbar orang
mencari sensasi
Merendahkan orang lain mengangkat
diri (h. 97)
Dongeng di zaman dulu
Semoga menjadi pengingat
Kisah pemuda tampan dan serba
mampu
Namun jalannya hidup sesat
Unggulkan diri mencela orang (h.
102)
Suatu hari ia pergi
Bertemu orang tua hampir pikun
Pamerkan kemampuan lahir batin
Orang tua itu berkata
Nanti dulu anak muda (h. 103)
Mustahil jika kau lupa
Tersebut dalam kitab Nisi
Sastra
Ada perumpamaan yang berbunyi
Seperti tempayan kurang isi
Selalu bergoncang bila disandang
(h. 106)
Jika tempayan itu penuh
Akan tenang disandang pinggang
Cukuplah jadi perumpamaan
Untuk apa banyak bicara
Hanya akan jadi bahan tertawaan
(h. 107)
Pemuda itu diam termangu
Ternyata masih bodoh dan tidak
tahu
Segala sifat angkuhnya hilang berganti
Tekun dan rajin mempelajari
Ilmu bagaimana menata hati (h.
108)
Surakarta itu Solo, sebuah daerah
yang didalamnya terpancang Gunung Merbabu-Lawu. Kerajaan awal di Surakarta
adalah Pajang, kerajaan Islam yang didirikan oleh Joko Tingkir. Ronggowarsito
adalah gelar di kerajaan Surakarta, yang tengah kita bahas adalah Ronggowarsito
ke 3, nama asli beliau adalah bagus Burham, lahir tanggal 15 Maret 1802 dari
keluarga yang akrab dengan dunia seni dan sastra. Ayahnya, Ronggowarsito adalah
seorang juru tulis kerajaan, begitupun kekanya, Ronggowarsito yang merupakan
seorang penulis, karya yang terkenal adalah Sasana, Sunu, dan sebuah
karya yang lahir atas dasar kritik pada kebejatan moral pemimpin, Wicara
Keras.
Kerajaan Islam pertama di Tanah
Jawa adalah kerajaan Demak. Wali Songo menyebarkan dakwah menggunakan
pendekatan struktural dan kultural. Struktural karena mereka mulai mengislamkan
Raja-Raja dahulu, sehingga pengikutnya bisa manut dan mengikutinnya. Kultural
karena mereka memasukkan budaya-budaya Jawa ke dalam instrumen dakwah.
Contohnya adalah Sunan Giri yang
menggunakan kepandaiannya dalam memainkan wayang kulit untuk dakwah. Tradisi
ini dikenal dengan ajaran Islam Kejawen.
Ronggowarsito pada umur 12 tahun
masuk ke pesantren Gerbang Tinatar, Tegalsari, Ponorogo.
Warok, jagoan daerah
Ponorogo yang masih ada hingga sekarang.
Ronggowarsito melakukan tirakatan
di Kedhung Watu, dekat pondok Gebang Tinatar, berdiam di sebatang bambu di atas
air, yang jika dia mengantuk maka akan tercebur ke air. Hal itu ia lakukan selama
40 hari. Dan setiap harinya ia hanya memakan satu buah pisang. (h. 145)
Demi melunasi hasratnya mencari
ilmu ia rela mengembara dari Surakarta ke Ngadiwuluh (Guru: Tunggulwulung), Banyuwangi
(Guru : Ajar Sikantara), bahkan hingga ke daerah Bali (Guru : Ajar Sidalaku).
Ia terus mencari dan menempuh guru-guru yang mumpuni. Kecintaan beliau akan
ilmu pengetahuan begitu menggebu-gebu, melabrak kesan bahwa orang yang nakal
akan selamanya nakal dan hanya akanmenyengsarakan sesama.
Pada 14 September 1845 ia diberi
gelar pujangga rakyat, dengan gelar tetap, Raden Ngabehi Ronggowarsito.
Dua karya beliau yang terkenal
pada masa awal adalah Pramayoga dan Pustaka Raja Purwa. Isinya
adalah rangkaian cerita. (Serat pramayoga ini mengisahkan perjalanan hidup nabi
Adam beserta kisah kehidupan para dewa, sampai kemudian ketika tanah Jawa
dihuni manusia, Peny)
Kemudian juga melahirkan karya Serat
Cemporet. Membuat sebuah buku berjudul Kawi-Javaansch Woordenboek
bersama dengandua orang sarjana Belanda, Van Der Lis & C.F. Winter.
Setelah naik Paku Buwono IX pada
tahun 1861, ia mulai merasakan adanya kesenjangan komunikasi dengan
pemerintahan saat itu. Hal demikian lahir lantaran kasus penangkapan dan
pembunuhan raja sebelumnya terjadi karena ia (dituduh) membocorkan informasi
kepada pihak kolonial Belanda.
Kemudian ia melahirkan karya
berjudul Serat Kalatida, yang merupakan karya profetis beliau. Di saat
seperti ini, karya-karyanya mulai menampakkan semacam perubahan. Ia banyak
menggambarkan perihal manusia maupun kerajaan yang sudah lagi tidak taat dengan
aturan dan kebijakan akibat ketamakan yang melekat dalam diri manusia.
Sejak saat itu hidupnya semakin
terintimidasi dengan keadaan. Pertama ia adalah anak dari Ronggowarsito II yang
dengan lantang menyatakan diri memerangi kolonial Belanda hingga akhir hayat.
Kedua, Kasus pemalsuan jalan peperangan yang dilakukan oleh Ronggwarsito. Ketiga,
ia dikenal dekat dengan rakyat. Keempat, ia tengah dalam ranah permusuhan
dengan pemerintahan yang berkuasa.
Pada masa akhir hidupnya, ia
mendalami dunia mistik yang penuh dengan ketenangan. Dalam penguraiannya
masalah ini ia banyak merujuk kepada khazanah sufisme Islam. Salah satu karya
Utama beliau dalam bidang ini adalah Wirid Hidayat Jati, membahas
masalah metode jalan mistik, klasifikasi, dan spesifikasinya. Kemudian ia
menggubah Suluk Seloka Jiwa, Suluk Suksma Lelana, Suluk Supanalaya, yang
kesemuanya memiliki ciri khas kesufian.
Ronggowarsito meninggal pada 24
Desember 1873, dalam usia 71 tahun, dkebumikan di Palar, tempat kelahiran
Ibunya. Kematiannya telah menimbulkan kontroversi di kalangan sejarawan. Ada
yang mengatakan beliau meninggal di bunuh, hal itu dikarenakan dalam Sabda
Jatinya beliau mampu menggambarkan dengan detail kapan ia akan meninggal,
di tambah bukti ketidak-akraban beliau saat itu dengan pemerintah yang berkuasa,
Pakubuwono IX.
Namun pihak keluarga di Surakarta
menolak anggapan tersebut. Menjelaskan bahwasanya Ronggowarsito yang memang
mumpuni dalam ilmu spiritual mampu mengetahui kapan ajal akan menjemputnya. Dan
kemampuan tersebut telah ia ungkapkan dalam karya yang lahir sebelum itu, Wirid
Hidayat Jati.
Buku ini dibaca pada : Kamis Pagi
(14 Mei 2015)-Kamis Sore (14 Mei 2015).
Sekian, dan terima kasih!
Semoga berguna!
Darus-Sunnah,
Kamis 14 Mei 2015, 17:33
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
0 komentar:
Posting Komentar