Mei 01, 2015 -
No comments


Mei 2015, Hamka & Tasawuf Modern
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Imam Fakhruddin
Ar-Razi berkata :
Wa Lam Nastafid
Min Bahtsina Thula Umirna # Siwa an jma’na fihi qila wa qolu”
Tidaklah ada
yang kita dapatkan selama umur kita ini # selain dari mengumpulkan
kata si fulan dan si anu.” (H. Ix)
“Selama Nyawa
masih dikandung badan, perjuangan belum lagi berakhir (Hamka)
Makna Tasawuf
menurut al-Junaid : Keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi
pekerti yang terpuji.
Kebahagiaan itu
ialah pada kemenangan memerangi hawa nafsu dan menahan kehendaknya yang
berlebih-lebihan (Ghazali)
Kebahagiaan itu
tergantung pada 3 kekuatan :
1.
Kekuatan
marah
2.
Kekuatan
syahwat
3.
Kekuatan
ilmu
Sifat-sifat
yang diprioritaskan untuk makhluk berperikebinatangan : Makan, Minum, Tidur.(Ghazali)
Aristoteles
mengatakan bahwa kebahagiaan itu tergantung hobinya. Tidak tentu bahagia
menurut si polan sama dengan bahagia menurut si pulanah. Jadi itu relatif,
tergantung paradigma masing-masing.
Akal hanya
menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Selanjtunya adalah tergantung iradah
(kemauan) masing-masing! Apakah ia mau melakukannya apa tidak?!
Orang pengecut
mati beribu kali, orang berani matinya hanya sekali. (Al-Mutanabbi)
“Bertambah luas
akal, bertambah luaslah hidup, bertambah datanglah bahagia. Bertambah sempit
akal, bertambah sempit pula hidup, bertambah datanglah celaka. (Hamka dalam tasawuf
Modern hal. 27)
Disinilah timbul keheranan kita melihat orang yang setiap hari
menysir rambutnya, tapi tak pernah menysir otaknya; berusaha membusungkan
dadanya, tetapi tidak membusungkan hatinya. Digosoknya sepatunya tetapi tidak
digosoknya akalnya. Sehingga ia tak pernah bertemu dengan bahagia, hanya
mendengar dari orang ke orang, dari mulut ke mulut. Ia duduk dekat orang
bahagia, tetapi jauh dari bahagia. Ada jurang yang dalam membatas mereka,
padahal mereka berdekat duduk” (Hamka dalam tasawuf modern hal 27)*
*ini dari hasil
bacaan yang saya dapati hari ini (01 Mai 2015). Alhamdulillah saya memasuki
bulan Mei tahun ini dengan membaca buku karya ulama tersohor Hamka berjudul Tasawuf
Modern sejumlah kira-kira 35 halaman.
Hal-hal yang
membuat saya tertarik adalah pertama melihat kharismatik Hamka dalam
dunia kepenulisan, setelah melihat kiprah beliau dalam dunia kesusasteraan yang
begitu mengundang decak kagum, sehingga salah seorang pakar pengamat
kesusasteraan Indonesia, Pak Drs. Slamet Mulyono, mengatakan bahwa beliau
merupakan Hamzah Fansuri Zaman Baru, ini merupakan sebuah keistimewaan
tersendiri yang patut diperbincangkan!
Sosok ternama
yang tak pernah tamat mengenyam bangku pendidikan formal ini yang mendapat
gelar Prof. Dr sungguh mengundang keunikan tersendiri. Karena beliau adalah
seorang anak Kyai ternama Dr. Abdul Karim Amrullah, kemudian rajin berguru ke
berbagai ulama-ulama di pelosok nusantara bahkan hingga ke negeri Arab sana,
serta tingginya militansi akademis beliau yang otodidak itu mengantarkan beliau
untuk giat melahap buku-buku bacaan dengan jumlah yang fantastis, yang dengan
itu semua akhirnya ia mendapat gelar Docotr Honori dari Universitas al-Azhar
Kairo! Namanya harum semerbak warnai angkasa ranah keilmuan!
Hal kedua adalah
karena tema yang dibahas adalah tema yang benar-benar didambakan seluruh umat
manusia, tentang meraih kebahagiaan. Buku ini berisi kumpulan tulisan
bersambung beliau dalam koran Pedoman Rakyat, khusus rubrik Tasawuf
Modern.
Kitab yang
sungguh menarik untuk dikaji dan di telaah. Sarat hikmah dan kaya pelajaran. Obat
penyembuh kegundahan. Pelipur lara yang kian mencekam. Penawar racun jiwa yang
semakin menikam! Baca dan reguk sari-pati-nya!!! Anda akan bahagia!
Darus-Sunnah.
Jum’at, 1 Mei 2015, jam 22:31
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
0 komentar:
Posting Komentar