Catatan Ja'far Tamam

“Kembali kepada al-Qur’an dan As-Sunnah”. Ungkapan yang sedang nge-trend di era ketika sudah banyak aliran sesat yang mengembangkan layar-karena statement di atas rupanya hadir sebagai penawar kegelisan masyarakat atas doktrin menyimpang yang tengah merebak dewasa ini-ini tidak bisa langsung diterima begitu saja tanpa ada klarifikasi lebih lanjut dan penelitian lebih mendalam.” (1)

Ungkapan seperti ini menjadi rebutan semua pihak. Pasalnya, kebenaran yang dikandung juga relatif, bentuknya ada di tangan para mufassir. Dan setiap mufassir berhak menelurkan kebenaran yang beragam.

Tanyakan padanya apakah benar ungkapan yang disodorkan tentang kembali ke al-Qur’an dan as-Sunnah itu bisa dipertanggung-jawabkan kualitasnya atau tidak? Apakah ayat-ayat atau hadits-hadits yang diambil itu sudah dikorelasikan dengan maksud dan semangat yang diusung al-Qur’an dan Hadits? Adakah ayat dan hadits yang diambil itu terjadi kontra dengan ayat-ayat atau hadits-hadits lainnya, jika memang ia apakah sudah dicarikan kompromi antara dua dalil yang berbenturan itu? Apakah teks yang dinukil itu mampu mewakilkan cita-cita al-Qur’an yang jelas-jelas hakikatnya adalah membawa rahmat buat semesta alam?

Jika memang hasilnya positif, sejalan dengan kebenaran maksud al-Qur’an sebagai pedoman menuju keselamatan, maka mari kita ikuti. Namun, jika hasilnya adlah negatif, tak selangkah dengan pesan yang disampaikan oleh al-Qur’an yang dikatakan bahwa dirinya di turunkan oleh Allah kepada manusia sebagai penerang kegelapan penjunjung harkat kemanusiaan, maka bagi kita untuk menelisik dan melakukan observasi lebih lanjut tentang ideologi yang tengah dijajakan ini.

Darus-Sunnah. Selasa 07 April 2015. 17:25

(1) Dikutip dengan redaksi yang mungkin sedikit berbeda dari Bu Dr. Nur Rofi’ah, pengajar mata kuliah Wacana Tafsir Kontemporer di Institut PTIQ Jakarta Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu Qur’an dan Tafsir Semester 4