April 07, 2015 -
No comments


Filosofi Gerhana Bulan
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Dalam satu kesempatan, Ust. Andi Rahman, MA. Menyampaikan sebuah
ceramah di depan mahasantri Darus-Sunnah yang kira-kira subtansi perkataan
beliau seperti ini :
“Pada saat ini, kita semua menyaksikan gerhana bulan tengah
terjadi, dan merupakan sebuah sunnah Rasulullah Saw yang seyogyanya harus
diikuti yakni melakukan kegiatan shalat gerhana bulan untuk mensyukurinya.
Tirulah filosofi bulan dan analogikan dengan kehidupan. Bulan,
dari tiada menjadi sabit, dari sabit berubah menjadi purnama, kemudian menciut
lagi menjadi sabit, lalu hilang dan berevolusi menjadi gerhana.” (1)
Penafsiran Saya :
Manusia awalnya adalah tidak berwujud, ia adalah makhluk
yang memiliki permulaan dalam penciptaan. Di saat ini manusia adalah bukan
apa-apa, ia belum berbentuk dan belum menjadi sesuatu yang diakui
keberadaannya. Sadarilah bahwa kita ternyata bukan hanya pernah menjadi kecil,
namun kita adalah makhluk yang pernah tidak ada, belum tercipta, belum menjadi
sesuatu yang patut dipertimbangkan.
Kemudian manusia yang asalnya tidak ada itu diciptakan oleh
Tuhan lewat serangkaian proses dan lahir sebagai anak kecil di muka bumi. Bulan
berubah dari tiada menjadi sabit. Kehidupan dimulai. Layaknya bulan sabit,
keadaannya memang sudah diakui namun pengaruhnya belum terlalu diperhitungkan
oleh banyak orang. Ia masih menjelma sebagai makhluk yang masih kecil dan tidak
memiliki banyak sumber tenaga. Daya sinar yang dia punya masih terlalu minim
untuk menumpahkan tetes cahayanya ke dunia untuk meneranginya.
Seusai malang melintang dengan berbagai peristiwa fase awal
kehidupan, melanglangbuana dari satu bagian ke bagian kehidupan yang lain, maka
ia merekah menjadi purnama. Masa ini adalah masa matang usia kehidupan. Waktu dimana tenaga dan pikiran sudah ditempa
dengan berbagai persoalan yang menjerat. Manusia meng-kristal.
Purnama itu adalah masa muda. Di saat diri menjadi masak
karena telah dipelihara oleh rentetan masalah yang mendewasakan. Pada tahap
ini, manusia terpecah menjadi dua bagian. Ada bagian yang memang bersinar dan
mampu menyinari lingkungan dengan cahayanya. Ada pula sebagian yang tidak
bercahaya, tak mengeluarkan sekelumit cahayanya demi menerangi bumi.
Pada masa inilah seharusnya setiap manusia benar-benar
menggunakan kesempatanya untuk menjadi sentral kekuatan, menggalang daya untuk
kehidupannya kelak saat diri menjadi sabit lagi. Bukan sabit apalagi gerhana
yang bisa membuat dunia terang benderang disirami cahaya rembulan.
Purnamalah yang
memiliki otoritas untuk menentukan arah jalan sejarah. Gunakan masa-masa
purnama ini untuk mendedikasikan diri menjadi investasi kehidupan di masa
mendatang.
Setelah purnama sudah puas dengan tahtanya, datang sabit
kembali menempati singgasana. Usia sudah tak lagi muda, lanjut usia datang
menempati bangku supir. Yang mengemudikan kendaraan sudah tidak lagi awas
matanya, pendengarannya sudah mulai menuli, lapisan kulit yang melekat di
tubuhnya menggelambir tanda kekuatan diri sudah melemah.
Kalau pada saat ini baru menyesal dan semangat berkarya baru
menyala, tenaga sudah tidak lagi prima menopangnya, kaki untuk bertumpu sudah
doyong, tangan untuk menyangga sudah gemetaran, hasil tak akan optimal. Tidak maksimal.
Hari sudah tidak lama lagi. Saat gerhana tiba ia harus
mengucapkan bye-bye kepada semua. Proses yang panjang dan dramatis, dari
gerhana menjadi sabit, mekar menjadi purnama, gradasi menjadi sabit, sirna
menjadi gerhana lagi.
Sekian, kira-kira begitu potongan waktu hidup manusia. Seperti
pengembaraan bulan dari gerhana menuju gerhana. Manusia sama dengan bulan. Dari
tiada menuju tiada lagi. Namun, Tuhan letakkan kesempatan di antara keduanya
suatu masa dimana kita menjadi ada, saat kita menjelma purnama. Satu kesempatan
yang berpotensi meng-emas kan kehidupan yang singkat ini.
Semoga kita bisa beranjak menjadi purnama. Dan menerangi
semesta.
Darus-Sunnah, Selasa 07 April 2015. 14:21
(1) : Disampaikan saat Khutbah Shalat Gerhana Bulan (Kusuf) di Masjid Munirah Salamah, Darus-Sunnah, Sabtu 04 April 2015.
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
0 komentar:
Posting Komentar