Januari 29, 2015 -
No comments
Kamis 29 Januari 2015 dan HIjrah :)
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Hijrah memang menyakitkan. Meninggalkan
tanah air tercinta beserta banyak orang yang kita pendam rindu mereka dalam
hati, bukanlah pekerjaan yang enak dan mudah untuk dilakukan. Meninggalkan kebiasaan
yang kita anggap indah bahkan menajadi wajib untuk kita lakukan meski tak ada
manfaatnya sedikitpun itu pekerjaan yang sulit, dibutuhkan perjuangan untuk
melakukan pengorbanan tersebut.
Kira-kira itulah yang tengah
terjadi pada diri saya.
Sesudah saya menyemai kebersamaan
yang akrab bersama keluarga, kerabat, tetangga, dan beberapa murid, maka
berpisah dengan mereka menajdi sebuah “Batu panas” juga yang mengendap dalam
hati, mengusik ketenangan yang diam di jiwa. Sekejap langsung tersibak
kenangan-kenangan membahagiakan di antara kita yang kerap mengisi hari-hari
kemarin, mengingatnya membuat wajah tiba-tiba mengguratkan senyum indah di
wajah, dan menyisakan pahit kegetiran tatkala mengingat realita yang ada. Yah,
memang begitu, perpisahan selalu melahirkan sebuah duka di dada, menyajikan
kembali kenangan tak terlupakan yang akhirnya mampu menusuk hati hingga
berdarah-darah.
Tapi keliru kalau menyatakan
bahwa hijrah yang rasanya seperti memukul-mukul dada itu tak ada
hikmahnya. Sama seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para
sahabat, hijrah juga berarti transubtansi kehidupan, beranjak dari ke-jahiliah-an
menuju ke yang lebih men-cerah-kan, pindah meninggalkan
ke-tidakbermanfaat-an menuju ke-lebihbermanfaat-an.
Oya, bukan dengan begitu aku mengatakan bahwa yang saya tinggakan itu bukanlah sesuatu yang berharga. Hanya saja, aku merasa bahwa disini aku bisa berubah untuk menjadi lebih berharga lagi.
Itulah esensi hijrah yang hakiki. Dan bukankah itu merupakan satu jalan menuju keberhasilan hidup, bangkit dari zona aman untuk terjun ke medan yang sarat perjuangan, mengasah daya tempur untuk menumbangkan lawan, tujuannya adalah satu, menakhlukkan musuh dan membuatnya bertekuk lutut di depan kita.
Oya, bukan dengan begitu aku mengatakan bahwa yang saya tinggakan itu bukanlah sesuatu yang berharga. Hanya saja, aku merasa bahwa disini aku bisa berubah untuk menjadi lebih berharga lagi.
Itulah esensi hijrah yang hakiki. Dan bukankah itu merupakan satu jalan menuju keberhasilan hidup, bangkit dari zona aman untuk terjun ke medan yang sarat perjuangan, mengasah daya tempur untuk menumbangkan lawan, tujuannya adalah satu, menakhlukkan musuh dan membuatnya bertekuk lutut di depan kita.
Dan, semoga apa yang tengah saya
jalani ini merupakan bagian dari makna hijrah. Setidaknya saya telah
meninggalkan tempat yang saya cintai, kelularga yang saya sayangi, teman yang
saya kangeni, murid-murid yang saya kagumi, dan lain-lain yang terpatri kuat
dalam hati. Bukan untuk sengaja menjauh dari mereka. Tapi, saya harap ini bisa
membawa diri lebih bermutu lagi. Me-rekontruksi yang sudah destruksi,
me-rekonsiliasi usai telah terjadi disparitas yang cukup signifikan kemarin. Semoga
semuanya menjadi berkah dan bisa mendapat ridho-Nya.
Pondok Darussunnah, kamar 4. Kamis,
29 Januari 2015, jam 19:10
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
0 komentar:
Posting Komentar