Kamis, 12 Agustus 2021

Agustus 12, 2021 - ,, No comments

Membaca Buku Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis



Kata pengantar : pemahaman terhadap hadis adalah sebuah keniscayaan dan butuh cara yang benar untuk memahaminya, buku ini hadir untuk menjawab tantangan tersebut khususnya dalam kajian Hadis yang dipakai oleh kaum radikal

Prolog : banyak hadis yang yang disalahpahami dan ditunggangi oleh kaum radikal, hal ini bagi kalangan orang awam namun terdidik cukup memikat, padahal secara substansial itu sangat berbahaya. Kritik terhadap hadis-hadis tersebut dalam kalangan masyarakat awam terkesan rumit dan agak susah dipahami.

Untuk memahami sebuah hadis-hadis butuh perangkat keilmuan yang harus dimiliki, buku ini ditulis atas dasar kemampuan tersebut.

Mukadimah : banyak orang yang salah paham mengenai hadis hal ini karena dilandasi ketidaktahuan mereka akan kritik hadis. Mereka membaca hadis dan menelan mentah-mentah maklumat yang ada didalamnya. Sebagai contoh adalah seseorang yang ingin pergi ke Syam lantaran ada hadis nabi mengatakan keberkahan negeri Syam. Padahal, hal itu perlu ditinjau lebih lanjut.

Kemudian, dalam menyeleksi sebuah hadis juga harus dipahami maknanya, karena meskipun hadits itu shahih tapi tidak semua bisa diamalkan, karena hadis tidak semua memuat ajaran syariat melainkan ia bisa berisi budaya politik dan lain sebagainya.

Hadis-hadis yang di salah pahami dan dipakai oleh ISIS, coba di counter dalam karya ini.

Sejarah ISIS : islamic state muncul dilatarbelakangi 4 hal, 1 invasi Amerika serikat ke Irak pasca black September, kedua, adanya afiliasi al-qaeda di Irak yang dipimpin oleh Abu musab al-zarqawi, ketiga karena memanfaatkan perang saudara di Suriah pada tahun 2011 dan ke-4 karena wacana Arab spring yang mengguncang politik di timur tengah.

Apa yang dilakukan oleh ISIS kemudian adalah hal-hal yang bersifat ekstrem dan keluar dari nilai-nilai Islam, di mana mereka mengandaikan sebuah negeri lava yang yang harus menggunakan hukum-hukum Islam, hal ini kemudian memicu reaksi keras dan protes dari beberapa ulama dunia seperti Yusuf Al qardhawi syekh Ali jumah Jamal al-badawi dan lain sebagainya.

Kritik Hadis Hijrah : Hadis yang berisi tentang anjuran hijrah dan mengatakan bahwa Syam adalah tempat terbaik untuk hijrah itu merupakan hadis bermasalah.

Hijrah erat kaitannya dengan kemampuan seseorang beribadah anjuran untuk hijrah itu berkaitan dengan Apakah seseorang nyaman beribadah di daerahnya atau tidak, makanya umumnya hukum untuk hijrah itu berbeda-beda, di bisa menjadi wajib ketika memang daerah tempat dia beribadah tidak nyaman dan dia bisa menjadi sunnah kalau memang itu nyaman untuk beribadah. Hijrah ada syarat-syaratnya.

Memaknai darul harb dan darul Islam perlu di redefinisi lagi. Darul Islam adalah tempat kita nyaman beribadah, dan darul harab adalah tempat kita tidak nyaman untuk beribadah. Pembagian keduanya tidak lagi dikaitkan dengan kondisi geografis melainkan fungsinya. Bisa jadi Amerika dan Eropa adalah darul Islam dan negara-negara Arab merupakan darul harb.

Kritik Hadis Jihad :

Bagi kalangan ISIS, hijrah merupakan sebuah kewajiban dan kewajiban tersebut harus dibarengi dengan jihad. Mereka memahami bahwa jihad adalah mengangkat senjata untuk perang.

Hadits yang digunakan dalam kitab ini merupakan hadits yang shohih, namun yang perlu ditekankan adalah sebagaimana dikatakan di awal, bahwa tidak semua hadits shohih itu bisa diamalkan.

Imam khatib Asyirbini, Imam Ibnul Mubarak, Abu Bakar Syatha, Zainuddin al-Malibari, dan ulama-ulama lain sepaket berpendapat bahwa hadits tersebut memang menganjurkan amalan jihad, namun jihad tidak mesti dimana Dengan peperangan, peperangan hanya salah satu instrumen saja, jihad yang sebenarnya adalah menyiarkan pesan-pesan Islam membantu orang lain dan lain sebagainya.

Kiritik Hadis Ghuraba :

Hadits keistimewaan orang-orang yang aneh (Ghuraba) dijustifikasi oleh eh orang ISIS untuk membenarkan paham keagamaannya. Mereka mengklaim bahwa eksistensi mereka yang berseberangan dengan kebanyakan orang bukti bahwa mereka adalah golongan ghuraba.

Hal ini diperkuat Dengan hadis nabi yang shohih tentang keberuntungan ghuraba.

Yang menarik adalah ah adanya dua definisi ghuroba yang tercantum dalam hadis yang berbeda, yang pertama menyiratkan kan bahwa ghuraba adalah memisahkan diri dari kabilah-kabilah yang lain, dan yang kedua adalah yang bermakna sekumpulan orang yang memperbaiki manusia ketika sudah rusak. Yang pertama diambil dan digunakan oleh ISIS dan memiliki masalah dalam sanadnya dan yang kedua dipakai oleh masyarakat pada umumnya Dan inilah yang sesuai dengan nilai Islam.

Kiritik Hadis Keberkahan Syam :

Banyak orang yang tertarik dengan isis dan pergi ke Suriah karena anjuran sebuah hadis yang mengatakan tentang keberkahan Syam. Syam menurut mereka diartikan Suriah.

Iman Salahudin bin Ahmad seorang ulama kelahiran Syam menganggap bahwa hadits tentang keberkahan Syam itu memiliki kelemahan dan memiliki dampak memalaskan warga sana dan membuat mereka berpangku tangan terhadap janji-janji keberkahan Syam.

Memang ada hadits-hadits lain yang mengatakan tentang keberkahan Syam, tapi hal tersebut yang dimaksud adalah wilayahnya, bukan orang-orangnya. (01-50)


Kritik Hadis Nabi Tentang Keberkahan Tanah Syam :

Hadis shahih tentang doa Nabi mengenai keberkahan tanah Syam, Mekkah dan Madinah perlu dipahami dengan benar. Alih-alih sebagaimana diklaim ISIS sebagai ajakan untuk ikut bergabung bersama tindakan terorisme mereka, hadis tersebut berbicara tentang keberkahan dan kesejahteraan negeri Syam karena saat itu Syam merupakan kunci kesejahteraan Makkah dan Madinah, sebagia kiblat untuk perekonomian mereka. Ulama menyepakati bahwa keberkahan yang dimaksud adalah perekonomiannya dan kemakmuran alamnya, alih-alih menjadi tempat terorisme.


Kritik Hadis Negara Islam :

Hadis Aku melepas diri dari orang-orang yang hidup tinggal di tenga-tengah orang musyrik, karena keduanya tidak akan pernah bertemu merupakan hadis yang sahih menurut ulama. Namun, yang tidak dipahami oleh Isis adalah bahwa hadis ini bukan berisi larangan tentang keharusan membangun negeri Islam. Hadis ini, jika dilihat secara utuh redaksinya, menyuarakan sebuah kondisi peperangan yang tidak memberikan keamanan untuk berislam di tengah-tengah mereka, karena dikhawatirkan ada penyelusup di antara mereka. Berbeda halnya jika dalam keadaan damai.

Sebagai contoh adalah di mana Nabi memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habasyah yang saat itu diisi oleh orang2 nasrani, namun karena aman dan ada jaminan, maka mereka diperkennkan untuk tinggal di sana.

Al-Khattabi dan Ibn Qudamah menjelaskan bahwa keharusan hijrah dilakukan jika memang statusnya ia tinggal di negara yang tidak seluruhnya muslim namun ia tidak mendapatkan kebebasan beribadah. Adapun jika ia nyaman untuk beribadah, maka tidak ada keharusan baginya untuk beribadah. Bahkan, jika di negeri Arab yang disebut sebagai darul islam namun kitatidak aman untuk beribadah, maka keharusan pindah ke Amerika yang memungkinkan kita untuk mengekspresikan keagamaan kita dengan maksimal menjadi sebuah keharusan.

Kritik Hadis Khilafah :

Hadis futuristik tentang khilafah ini diriwayatkan oleh beberapa periwayat, Ahmad Thabrani dan lain-lain. Namun, keseluruh jalurnya memiliki problematika, yang tidak menyelamatkan mereka dari kedhaifan. 

Pemahaman yang dilahirkan pun beragam, ada yang menganggap itu merupakan dalil kewajiban mendirikan kekhalifan, seraya menegasikan paham pemerintahan lain, hal ini sebagaimana diyakini ISIS. Alternatif lain mengatakan bawha khilafah terjadi pada masa Umar ibn Abd Al-Aziz, dan yang lain mengatakan bahwa khilafah terjadi nanti jika turun al-Masih.

idrus Ramli menegaskan bahwa hadis di atas tidak menyiratkan peirntah untuk mendirikan khilafah, namun hanya untuk memberikan kabar gembira saja dan untuk membuktikan bahwa Nabi mampu mengetahui ghaybiyyat.

Kritik Hadis Bay'at :

Hadis tentang keharusan bay'at terhadap satu pimpinan juga menyiratkan hukum larangan dualisme kepemimpinan. Secara tekstual, dua hadis yang diriwayatkan oleh Muslim tersebut, berisi tentang larangan keras dualisme kepemimpinan, baik cakupan daerahnya dekat atau jauh-jauh

Ulama berbeda pendapat menafsirkan hadis ini, Imam al-Nawawi mengatakan perlunya pemimpinan terpadu baik dalam jarak kekuasaan yang dekat atau jauh. Imam al-Juwaini dan sejumlah ulama Hanafiyah mengatakan bahwa jika jarak suatu wilayah kepemimpinan terlalu luas, bisa diadakan pemimpin lain yang menguasai/mengurus wilayah lain, hal ini sebagaimana terjadi pada bentuk negara bangsa (nation state) seperti sekarang.

Kondisi Arab saat Nabi hidup memungkinkan untuk mengambil pemahaman yang kedua, yakni kebolehan dualisme kepemipinan. Hadis di atas turun di saat masyarakat Islam masih berada di suatu lingkungan yang kecil dan tidak besar, berbeda halnya dengan sekarang. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Gus Nadir, bahwa hanya pada masa Umayyah dan awal Abbasiyyah saja kepemipinan terpadu terlaksana, selebihnya setelah itu dualisme kepemimpinan tidak terhindari. Pemimpin di daerah Irak berbeda dengan yang ada di mesir, semua dijalankan oleh dinasti yang berbeda. 

Kritik Hadis Quraisy : 

Hadis tentang keharusan memilih pemimpin dari Quraisy itu shahih, namun menjadikannya sebagai dalil mengangkat Abu Bakar al-Baghdadi, pimpinan ISIS, menuju tampuk kepemimpinan kewanangannya untuk melakukan terorisme itu yang keliru.

Imam al-Mawardi menafsirkan hadis di atas dengan tekstual, di mana beliau mensyaratkan pemimpin haruslah Quraisy. Berbeda dengan al-Mawardi, Ibnu Khladun memberikan penjelasan yang menarik. Menurutnya, alasan Nabi mengatakan Quraisy yang cocok jadi pimpinan saat itu adalah karena Quraisy merupakan suku yang terkuat saat itu, yang cocok dijadikan pemimpin. Jika Quraisy terpilih sebagai pimpin maka akan aman, dibanding jika kabilah lain terpilih. Maka, kesimpulan yang ingin ditawarkan oleh Ibnu Khaldun adalah bahwa kepemimpinan harus dari kubu terkuat sebuah negara, hal ini memungkinkan sistem dmeokrasi dijalankan, di mana pemimpin dengan dukungan terbanyak dialah yang cocok untuk menjadi pemipin. (50-100)

Kritik hadits bendera hitam : 

Riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menggunakan bendera hitam dan bertuliskan kalimat tauhid itu adalah lemah karena beberapa perawinya tertuduh sebagai pembohong. 

Hukum menggunakan bendera adalah mubah hal tersebut karena dinilai sebagai budaya. Hal ini mengacu kepada pendapat Ali Mustafa Yaqub yang mengatakan jika sesuatu itu diamalkan oleh Muslim saja itu bernilai sebagai agama tapi jika ia juga dilaksanakan pada agama lain maka itu bernilai budaya

Kritik hadis 72 bidadari surga :

Memahami hadits ini butuh analisa yang mendalam, hadis 72 bidadari adalah hadis Hasan yang menerangkan bahwasanya ganjaran 72 bidadari itu itu di peruntukan bagi mereka yang syahid makna syahid itu sendiri adalah mereka yang berjihad dan berjihad itu tidak mesti dilaksanakan melalui tindakan kekerasan seperti ledakan bom dan lain sebagainya, jihad juga bisa berupa apa melakukan kebaikan

Kritik hadis diskriminasi : 

Hadits riwayat Muslim yang mengajarkan bahwa ketika kita bertemu dengan orang musyrik harus memaksa mereka menepi itu perlu dianalisa lebih lanjut. Alih-alih menjadikannya sebagai dalil bahwa Islam adalah agama superior yang melegalkan diskriminasi, hadis ini perlu dibandingkan dengan hadis-hadis dan ayat-ayat lain yang menegaskan tentang kewajiban kita untuk bersikap ramah kepada non muslim, sehingga hal tersebut benar-benar mampu mewujudkan nilai Islam sebagai rahmatan lil alamin

Khatimah : 

Kitab ini tidak memuat semua hadits yang dipakai oleh kaum jihadist, hanya sebagian yang ditampilkan. Dalam kitab ini ini para penulis mencoba menelaah kembali otentisitas sanad yang dipakai oleh kaum di hadis dan meluruskan pemahaman hadis sesuai dengan kaidah pemahaman ilmu hadis. 

Epilog : 

Belakangan banyak orang yang tertarik untuk bergabung dengan ISIS, hal ini merupakan upaya radikalisasi. Radikalisasi, menurut Noor Huda Ismail, lahir karena beberapa faktor yang pertama adalah karena faktor ekonomi yang memberikan harapan bagi orang yang lemah untuk mendapatkan penghasilan baik di tempat ia berhijrah dan kedua karena faktor keawaman ilmu agama.

Untuk itu maka buku ini memberikan solusi bahwa agama khususnya hadis itu perlu dilakukan analisa mendalam karena tidak semua yang ada dalam hadis itu agama, melainkan juga ada budaya yang kita tidak mesti mengikutinya.

Kemudian langkah preventif berikutnya adalah agar tidak belajar agama dari sumber-sumber yang tidak otoritatif seperti media sosial dan ustad-ustad yang kurang berkompeten. 

buku ini layak dibaca karena ia merupakan karya akademis yang cukup rumit namun sangat mencerahkan masyarakat, melalui kajian ini kita memahami bahwasanya yang dilakukan ISIS adalah upaya perebutan kekuasaan, dan dari buku ini kita juga mengetahui bahwasanya gerakan ini muncul dari akar rumput yang menyuarakan tentang ketidakadilan dunia. (101-164)

Buku ini diselesaikan pada hari Jumat 13 Agustus 2020 satu, pada jam 10.26 di ruang kelas 5 madrasah darussunnah.

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top