Senin, 15 April 2019

April 15, 2019 - No comments

SEMANGAT PAGI! (Sebuah Catatan Reflektif)



Mahalnya Waktu

Waktu adalah harta paling berharga yang dimiliki manusia. Waktu adalah perbendaharaan yang tak bisa dibeli dengan harta sebanyak apapun. Dalam sebuah ungkapan Arab disebutkan bahwa hari-hari yang telah berlalu tak akan bisa dikembalikan.

Bagi kita yang telah melihat film Diamond Blood, film yang dibintangi oleh bintang kenamaan Leonardo Dicaprio, tentu akan paham bahwa waktu merupakan harta yang amat berharga melebihi apapun. Melalui perjuangan yang tidak main-main, Leonardo berusaha memperbaiki masa lalu dengan cara mengumpulkan harta sebanyak mungkin untuk menebus 'kegagalan' di masa silam, yakni merebut hati idamannya yang mensyaratkan kekayaan yang melimpah dari pribadinya.

Namun, nasi telah menjadi bubur. Waktu yang bergulir telah mencipta prahara berkepanjangan. Perempuan memang mudah goyah hatinya, demikian sosok yang dicintai oleh leonardo, seiring berjalannya waktu akhirnya sang perempuan meninggalkannya dan mencari sosok pujaan hati yang baru. 

Di kemudian hari, ia tak bisa membeli kesetiaan sang perempuan, meski Leonardo telah menjadi miliarder terkenal di negerinya. Waktu, harta yang tak bisa ia beli dengan segala kekayaannya. Sementara Leonardo berjibaku menghimpun harta demi mendapatkan simpati sang kekasih, perlahan namun mengiris, waktu menempa angkara dalam hati pujannya.

Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari mengatakan bahwa ada dua nikmat yang seringkali manusia melalaikannya : kesehatan dan waktu senggang. Seorang arif bijaksana mengatakan bahwa "Manusia tertidur apabila mereka mati baru mereka terbangun."

Makna Semangat Pagi

Sering kita dengar dalam sebuah perkumpulan acara Pramuka, seorang inspektur mengatakan : SEMANGAT PAGHI! kepada hadirin yang ada sekadar untuk membakar semangat mereka, kendati saat itu hari sudah terang tanah atau menjelang malam.

Hal ini bukan tanpa makna. Pagi merupakan simbol awal sebuah gerak kehidupan. Pagi adalah waktu dimulai segala aktivitas manusia membangun peradabannya. Seorang tukang sayur yang menjakakan sayurnya berangkat menyediakan barang pada pagi buta sebelum ayam melantukan kokoknya, seorang yang bekerja di kantor-kantor mempersiapkan dirinya sepagi mungkin agar tidak telat menjalani aktivitasnya. Pagi adalah pintu manusia menjemput rizki. Darinya maka lahir sebuah ungkapan : Siapa yang bangun kesiangan, maka rezekinya akan hilang dipatok (dimakan) ayam.

Bangun pagi merupakan pertanda bahwa ia mampu mengatur diri sebaik mungkin dalam memberdayakan waktu, harta termahal yang manusia punya. Termasuk menghormati nikmat waktu mereka yang pada saat pagi tidak terlelap dan berusaha mencicil aktivitasnya. 

Kesetaraan Waktu Orang Besar dan Kecil

Adilnya Tuhan, Dia memberikan nikmat waktu sama rata ke seluruh manusia. Baik itu orang besar maupun orang kecil semua mendapatkan jatah yang sama : 24 jam dalam sehari. Orang kaya yang sukses memiliki 24 jam dalam hidupnya, orang miskin yang kurang beruntung memiliki 24 jam dalam hidupnya, orang yang berkarya dan produktif melahirkan gagasan memiliki 24 jam dalam hidupnya, begitupun orang yang bermalas-masalan tanpa melakukan tebar manfaat sedikitpun ke sekelilingnya juga memiliki durasi 24 jam dalam sehari. Tak ada yang membedakan soal kuota kecuali dalam hal pemanfaatan.

Orang bermental sukses paham betul nilai sebuah ungkapan yang dikatakan oleh Imam Syafi'i : Engkau mengharapkan kesuksesan tapi tidak menempuh rute yang mengarah ke sana, sesungguhnya kapal laut tak akan mampu berlayar di atas tanah yang kering. 

Orang bermental sukses akan sadar sepenuhnya harga waktu. Waktu adalah produktivitas. Tak ada ruang bagi orang yang melalaikan waktu, maka mereka memanfaatkan waktu dengan bekerja, membaca, menulis, menganalisa dan mencerahkan dunia. Detik detiknya dipenuhi bayangan mencipta kreativitas yang bermanfaat untuk dunia.

Berbeda dengan orang bermental 'tak menginginkan kesuksesan', dalam kesehariannya mereka memubadzirkan waktu dengan melakukan kegiatan-kegiatan unfaedah. Jarang berkarya melainkan melahirkan keresahan untuk sekelilingnya. Bangun kesiangan dan selalu terkulai lemas ketika menghadapi beban pekerjaan atau diberikan tantangan. Makan dan tidur adalah dua sahabat sejati yang setia menemaninya menuju penyesalan.


Solusi dari kufurnya kita akan nikmat waktu adalah dengan mensyukurinya. Bentuk mensyukuri waktu adalah dengan mengisi aktifitas dengan hal-hal yang positif. Imam Syafi'i dalam diwan-nya memperingati bahwa jika hari-hari kita tak diisi dengan hal yang haq (positif), maka ia akan dipenuhi dengan yang bathil (negatif). Hal ini wajar dan logis, manusia ibarat sebuah gelas kosong yang dihadapkan pada hujan abu dan hujan air tanpa bisa membuat pilihan ketiga. Ketika sedang di ruang bercurah hujan abu, maka yang terisi adalah abu yang membuat nafas tersengal saat menghirupnya, sebaliknya, jika sedang di ruang bercurah hujan air, maka gelas akan terisi air segar yang bisa menuntaskan dahaga yang menyengsarakan.

Kantor Pesantren Darussunnah, Selasa, H-1 Pemilu Indonesia Raya 2019.

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top