Desember 26, 2016 -
Renungan
No comments


MEMBACA PERADABAN
Manusia, dalam pepatah Arab disebutkan bahwa tidak ada
anugerah teragung yang diberikan Tuhan kepadanya melebihi akal dan adab. ما وهب الله لامرئ هبة أشرف من عقله و ادابه.. Akal
beserta nalar yang diberikan oleh Allah berfungsi sebagai filter sorot pandang
manusia dalam kehidupan dunia. Melalui akal manusia mampu membedakan antara
kebenaran dan kebatilan. Dengan akal pula manusia mampu mempelajari sejarah dan
darinya bisa lebih arif Membaca Peradaban.
Pasca-Modern, demikian bisa kita sebut masa sekarang
untuk sekadar melukiskan betapa gegap gempita perubahan-perubahan yang terjadi
dewasa
ini. Ditopang
kecerdasan teknologi dan canggihnya temali teori, wajah modernitas kian teguh
dan menguarkan aura kejumawaannya.
Dalam konteks ini, manusia yang bijak adalah manusia
yang menjejak bumi. Manusia kontekstual. Ia harus lihai menyaksikan dan
memahami watak peradaban dimana dia tinggal. Di masa yang sangat menguntungkan untuk
perubahan positif namun berpotensi pula memperparah wacana negatif, kita
dituntut untuk sigap merespon perubahan. Charles Darwin pernah berujar, “Bukan yang
terkuat yang mampu perubahan, melainkan yang mampu adaptif merespon perubahan.” Bahkan ada
sebuah buku self improvement berjudul “Berubah atau Punah.”
Mari, mulai sekarang kita berusaha menjadi lebih bijak
menyambut gemuruh perubahan modernisasi ini. Harapan ke depan adalah, dengan
arifnya teknologi dan canggihnya sirkulasi informasi, tercapai pula
kemaslahatan maksimal cita-cita kebangsaan dan keberagamaan kita.
Selamat berkhidmat! Hidup hanya sekali, hiduplah yang
berarti!
0 komentar:
Posting Komentar