Agustus 29, 2016 -
Darussunnah,mutiara hadits
No comments


Pengenalan Kritik Hadis (Resume Kritik Hadis Pertemuan Pertama)
Musthafa A’zhami, dalam kitab Mahaj Naqd Indal
Muhaddisin, pada bab pertama kitabnya yang menyoal soal pengenalan kritik
hadis mengatakan :
Bahwa Sempurna syariat Allah dan kewajiban kita untuk
beriman kepada Rasulullah. Juga Kewajiban kita menyebarkan sunnah nabawiyyah.
Urgensitas kritik hadis.
Perkembangan naqd. Naqd sudah ada zaman Nabi, dan itu hanya
untuk memantapkan saja, karena nyatanya para sahabat tak ada yang berdusta
kepada Nabi.
Hadis-hadis yang menunjukkan bahwa sahabat banyak yang
bertanya langsung kepada Nabi soal sebuah hadis. Dan Nabi mengatakan, benar,
benar, dan benar.
Sejarah naqd. Semenjak masa Nabi sudah ada, namun praktiknya
masih dalam tataran yang sempir saja. Dan Abu Bakar sebagai sang proklomator.
Beliaulah sang penggagas al-muqoronah baina riwayat
Menurut Ibnu Hibban, tokoh yang pertama kali mempersoalkan
periwayat adalah Ali dan Umar.
Kemudian ada 10 tabiin yang tersohor dalam memberikan
sumbangsihnya dalam hal ini, diantaranya adalah Said Bin Musayyab dan Urwah bin
Zubair.
Dan Az-Zuhri, Hisyam bin Urwah
Di iraq ada Hasan Bashri, Sa’id bin Jubair, Thawus.
Ibnu Rajab menutukran bahwa awal yang menggagas kritik hadis
adalah Ibnu Sirin
Seorang ahli hadis pada masa tabi’in pasti melakukan rihlah
mencari hadis.
Orang-orang banyak mencari hadis kepada tokoh yang sudah
terkenal. Contohnya adalah Sufyan ats-Tsauri, Malik bin Anas, Syu’bah bin
Hajjaj, Hammad bin Salamah, Layts bin Sa;id, Hammad bin Zaid, Awza’i, dll.
Syu’bah adlah tokoh Iraq yang pertama menggagas krtik hadis.
Diantara tokoh yang mengetahui soal penyelamatan ahdis
shahih dari ahdis cacat adlaah Abdullah bin Mubarok, Waki bin Jarroh.
Muhaddis Dan Naqd. Tatarannya adalah keadilan dan
kedhabithan.
Abu Hatim Ar-Rozi adalah pionirnya.
Ada 3 golongan yang menyikapi kritik hadis :
1.
Kajian pentng yang mampu
menyadarkan manusia dari yang salah menuju yang benar. Karena hal ini bisa
dikethauo dengan ilmu ghabib
2.
Yang merasa itu adalah
panggilan ilahi yang tidak usah membutuhkan bahasan ilmiah
3.
Bahwa kemmapuan mengkaji
bukan sebuah ilham juga bukan hal yang butuh pembahasan ilmiah
Kajian hadis mengarah kepada dua objek,
1.
Keadilan periwayat
2.
Matan (yang dilirik dari
tinjuan akal, yang akan terpenuhi dengan catatan sebagai berikut: ) pembawanya
harus orang kredibel, apa yang disampaikan otentik,
0 komentar:
Posting Komentar