Agustus 29, 2016 -
Renungan
No comments


Merawat Lisan
Bintaro. Catatan Ja’far Tamam-Di
antara ciri orang yang ingin sukses dan mau beruntung adalah bisa menempatkan
sesuatu pada tempatnya. Terkhusus lisan, manusia sering membuang-buang amunisi
di medan ini. Tanpa ada objek sasaran, ia membabi buta menggelontorkan timah
panasnya ke sembarang arah.
Lisan adalah karunia terbesar
Tuhan. Tanpa lisan seseorang menjadi bisu. Wahai, betapa nestapanya menjadi
bisu! Maka ia harus kita jaga dengan sebaik-baiknya, karena lisan adalah
senjata utama umat manusia. Gunakan ia secara profesional. Pakai seperlunya dan
jangan di-mubazir-kan. Eman.
To Lisan adalah sebuah
kata yang berarti bicara. Bahkan, berdasarkan penialaian pakar, To Lisan
(Baca : Tulisan) memiliki nilai manfaat yang lebih besar dibanding suara lisan
semata.
Saat sang empunya lisan meninggal, maka buah katanya akan
ikut dikubur
Berbeda dengan tulisan. Saat penulis meninggal maka
tulisannya akan kekal.
Menulis berarti bicara. Pun menulis
juga butuh penjagaan yang ketat agar ia tepat guna dan memiliki kontribusi yang
efektif buat kehidupan. Seseorang yang menulis tanpa tujuan yang jelas biasanya
tulisannya mudah diremehkan.
Sebagai gambaran bahwa ia
gampangan untuk mengomentari segala hal yang temeh, dan kalau menulis agak
serius, tema yang diangkatpun tidak subtansial. Mengendap lalu menghilang seiring
datangnya tulisan lain yang lebih subtanstif.
Cirinya juga ia kerap membuat
status di jejaring sosial dengan ungkapan yang kita bahkan diwajibkan untuk
tidak melihatnya, menakar kadar yang rendah dan betapa alay status yang dia
unggah.
Ke depan, semoga kita arif
menjaga lisan dan tulisan. Orang yang beruntung, di mata Allah, adalah
segerombolan orang yang menjauhi perkara-perkara tak bermakna.
Walladzina Hum Anillaghwi Mu’ridhun.
Wallahu A’lam.
03 Juni 2016
0 komentar:
Posting Komentar