Desember 03, 2015 -
No comments


Membaca Semesta
(1)
Definisi Membaca Semesta
Peka membaca sasmita alam adalah
guru paling berharga. Alam terkembang jadi guru. Semesta membentang bukan tanpa
perlambang. Terjajar isyarat yang ditebar sang pengatur semesta. Orkestra alam
dicipta penuh pertanda. Teruntuk umat manusia, Tuhan sengaja menjadikan
pertanda sebagai salah satu petunjuk kehidupan yang amat mempesona.
(2)
Anjuran Membaca
Semesta
Allah Swt dalam Qur’an
mengungkapkan bahwa hikmah dibalik diturunkannya hujan adalah untuk
menghidupkan bumi yang sudah mati. Pada kalimat berikutnya, Allah menegaskan,
bahwa itu adalah bukti bagi mereka yang mempunyai pendengaran. Dalam banyak
ayat lain, Allah menggunakan term “sungguh pada demikian terdapat bukti bagi
mereka yang berakal/berpikir/melihat/mendengar/merasa” dan lain sebagainya. Dia
Maha Pandai Mencipta Sasmita.
(3)
Manfaat Membaca
Semesta
Dengan demikian, nelayan bisa
dengan cermat mengatakan bahwa angin kecepatan sekian adalah berbahaya dan pada
kecepatan sekian adalah waktu berharga. Bintang yang bertaburan di langit
dengan berbagai rasinya mampu dikaji oleh para pelaut terkait arah yang akan
ditempuh. Sukarya, sepuh dukuh Paruk, pun mampu membaca sasmita manakala
tercium gelagat bahwa akan segra datang kehancuran bagi tanah kelahirannya (detailnya
silahkan baca “Tragedi 1965 dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk” karya Eka
Kurniawan)
(4)
Larangan Mengabaikan
Membaca Semesta dan Akibatnya
Sudah ditegaskan di awal bahwa
membaca perlambanga dalah sebuah kewajiban. Maka alam tak pernah bohong, siapa
yang mencela maka akan dicela, siapa yang menebar kebaikan maka akan meraih
kebaikan pula, itu adalah sedikit representasi dari hukum alam.
Dukuh Paruk, karena tak
mengindahkan isyarat yang diajukan oleh Sukarya, maka ditimpa kegetiran akibat
ketelribatannya dengan partai besutann Karl Marx. Ronggengnya ditangkap,
perdukuhannya diluluhlantak. Semua berduka tiada tara.
Demikian umat-umat terdahlu, sudah
dikabarkan kepadanya sebuah perintah “Belajarlah dari kaum terdahlu, bagaimana
mereka akhirnya dihancurleburkan karena mendustai rasul-Nya”, mereka
menyepelekan maka mereka menanggung malapetaka berkepanjangan.
Demikian kita.
(5)
Saya dan Pembacaan
Semesta
Terima kasih Tuhan karena telah
memeringati saya dari kekeliruan. Pertanda sudah ditabur di depan mata.
Perasaan sudah dibuka untuk memnacanya. Namun tinggal satu, sudahkah jiwa
meneirmanya.
Karena saya tidak ikhlas, tidak
senang shalat malam, tidak rajin mengaji, senang bercanda, senang berkata yang
tidak-tidak, mengaplikaskan cinta bukan pada tempatnya, maka Tuhan memberi
tanda.
Saya dibuatnya tidak tentram,
memikirkan perempuan yang tak jelas kemana akan dibawa perasaan, gundah-gulana
menyergap, prestasi tak ada yang digurat, mengejar perhatian kepada selain-Nya,
mengejar dunia, dan lain sebagainya.
Ini adalah sekian pertanda yang
bisa saya baca. Untuk mengatasinya saya butuh menghempaskan sebab-sebab
terjadinya pertanda ini. Ketenangan bisa saya dapat kalau saya tanggap sasmita.
Bismillah...
Ikhlas
Shalat Malam
Mengaji
Kurangi Bercanda
Permanis Kata
Berkarya
Sejatikan Cinta
(Ust Rozi: Rindu “yang bukan pada
tempatnya” hanya akan menyiksa jiwa)
Ciputat, 05 Nov 15
0 komentar:
Posting Komentar