November 01, 2015 -
Kampus
No comments


Sekularisasi Ilmu
Sekulerisasi Ilmu adalah penyingkiran segala unsur spirtual
dari objek-objek ilmu yang pada suatu
masa merupakan bagian yang integral dari pandangan keilmuan.
Supremasi barat karena pengaruh sekulerisasi (?)
Banyak orang beranggapan bahwa barat maju karena
sekulerisasi ilmu dan pengetahuan. Titik tolaknya adalah perisitiwa
Renaissance, sebuah kejadian yang mengisyaratkan pemberontakan geliat keilmuan
atas otoritas gereja. Salah satu yang melatarbelakangi perisitiwa ini adalah
sosok ilmuwan Galileo yang dipasung gerak pemikirannya oleh pihak gereja.
Buku-bukunya dibumihanguskan, orangnya dijadikan pesakitan,
disuruhnya Galileo melapor ke gereja dalam kadar yang amat memberatkan fisik
ataupun non fiisk, yang atas demikian, maka Galileo akhirnya menutup nafas.
Pemandangan ini tentu amat memilukan, maka berangkat dari
kasus demikian, maka mereka bangkit, berusaha untuk memperkaya khazanah
keilmuan. Meski demikian, mereka beani untuk tidak mengaitkan unsur-unsur spiritual
dalam pengembaraan keilmuan. Tuhan tidak diberikan intervensi dalam
perkembangan intelektual.
Islam mundur karena karena tidak menerapkan sekulerisasi
(?)
Lantas bagaimana dengan Islam? Apakah Islam mundur karena
karena tidak menerapkan sekulerisasi? Jawabannya tentu tidak. Islam menjadi
terbelakang, setidaknya demikian yang menjadi isu terkini, bukan karena lalai
akan sekulerisasi ilmu pengetahuan.
Sebagaimana dituturkan oleh Dr. Nur Rofi’ah, Bil. Uzm, “Muslim
mundur karena tidak menghayati ajaran agamanya sendiri,” dalam ruang lain,
sebuah buku dengan judul Limadza Ta’akkhorol Muslimun Wa Taqoddama Ghairuhum
mengungkapkan, “Bahwa diantara dua faktor yang menyebabkan umat Islam
terbelakang adalah terlalu mencintai dunia dan takut untuk mati.”
Dalam suatu diskusi menyegarkan siang tadi, saat disinggung
mengapa hubbud dunya menjadi alasan keterbelakangan umat Islam, padahal
toh dalam realitanya orang-orang Barat disana lebih gagah dalam hal mencintai
dunia, mereka bisa melangit mengapa kita malah menukik, maka dari kalimat hubbud
dunya muncul dua pandangan.
Yang pertama dari seorang mahasiswa mengatakan bahwa kemajuan
barat tidak ada hubungannya dengan mencintai dunia, pencapaian mereka dalam
bidang sains, ekonomi, teknologi dan informatika semata-mata karena kerja keras
mereka dalam meggapai semua itu.
Satu lagi, seorang dosen berpendapat bahwa kita dewasa ini
memang terjangkit penyakit hubbud dunya, sama dengan yang dirasa oleh
orang-orang Barat, hanya bedanya mereka lebih mampu untuk menghayati apa yang
mereka lakukan, mereka mencintai dan menghasilkan, mereka mencintai dan
produktif dalam menyongsong kegemilangan, berbeda dengan kita yang hanya
sekadar mencintai lalu ikut terlena dan tenggelam di dalamnya.
Dari dua pendapat yang kita saksikan di atas maka tampak
jelas, bahwa dengan tidak mengindahkan esensi dogma-dogma Islam dalam
mengintervensi geliat kehidupan intelektual Islam, hakikatnya kita telah
mempersilahkan bangsa-bangsa agama lain untuk maju memimpin peradaban.
Umat Islam dahulu pernah tumbuh menjadi sosok adigdaya. Itu
dikarenakan mereka amat mengkhidmati setiap ajaran yang diusung oleh Islam,
iman, islam dan Ihsan direnungkannya dalam-dalam lalu dipadukan dengan semangat
keilmuan. Maka, lahirlah peradaban yang gemilang.
Namun, amat disayangkan, jika sekarang kita malah merasa
sungkan untuk memupuk semangat dalam menyatukan agama dan pengetahuan. Unsur-unsur
hedonis telah mewarnai laju pemikiran umat Islam. Materialistis sudah begitu
mengakar dalam penghayatn kehidupan muslim dewasa ini. Kita sedang tertimpa
bencana besar.
Umat Islam mampu bangkit dari keterpurukan jika berniat
ingin bangkit dan bergegas mengkaji dalam ajaran-ajaran yang ada dalam
agamanya. Setelah timbul kepercayaan yang teguh dalam hati bahwa Islam adalah
sayriat paripurna yang diturunkan oleh Tuhan kepada manusia demi mencapai
kejayaan, kemudian hal itu diejawantahkan ke dalam tindakan yang nyata dan
berintegritas, maka terciptalah peradaban gemilang dibawah naungan ISLAM.
Jalan Batan, 27 Oktober 2015
0 komentar:
Posting Komentar