September 14, 2015 -
No comments


Mengingat Tuhan Ciptakan Kedamaian
Alhamdulillah,
segala pujian hanya untuk Allah Swt semata. Jika ada yang keluar konteks, maka
manusia memang benar-benar bodoh adanya. Kita, selaku hamba yang ber-Tuhan,
seyogyanya selalu melibatkan Tuhan dalam planning work kehidupan. Tidak
boleh kita mengalpakan dalam setiap aktivitas, begitu seharusnya. Namun,
demikianlah kita sering lalai. Padahal, jika kita melakoni hal tersebut,
sejatinya kita telah berpegang teguh dengan pegangan yang teramat kuat, tak akan
limbung dan tak mungkin tergoyahkan. Seandainya demikian. Yah, semoga saja. J
Melibatkan-Nya
tidak hanya saat kita mengecap getir kehidupan, terlebih saat hati dan jiwa
kita tengah bungahpun kita juga wajib mengikutcampurkan Tuhan. Intinya,
intervensi Tuhan dalam semua sektor kehidupan itu seharusnya wajib. Allah
Taala berfirman, “Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingat kalian.”
Dalam firman
yang lain Allah berfirman, “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati akan
tenteram.” Kalau ini perkataan bijak bestari, penulis handal, atau motivator
kelas ulung sekalipun, meski terkesan hebat maka akan ada cacatnya. Namun, ini
adalah kalamullah, Zat yang Menguasai Kehidupan. Zat yang arif
betul akan tetek bengek, seluk beluk, kode etik yang berlaku di dalam
kehidupan. Maka, tak usahlah ditanyakan kembali perihal keabsahannya. Kita
percayai lalu kita aplikasikan dalam keseharian.
Dan, firman
itu realistis adanya. Ia ungkapan berbentuk teori yang tak terbantahkan. Seorang
yang selalu menghadirkan Tuhan di hati dan pikirannya akan mendapati bahwa
hidup ini adalah karunia yang besar yang diberikan oleh-Nya. Tak banyak yang
harus ia sesali, tak banyak yang ia gerutui, ia malah gemar untuk terus
menysukuri. Karena bersyukur, baginya, akan melipatgandakan rasa ketenangan
dalam dadanya. Perasaan akan semakin teduh dan menyenangkan.
Sebaliknya,
seorang yang jauh dari Tuhan cenderung memiliki perasaan tidak tenang yang
kerap mendatanginya. Perasaannya mudah resah, gundah dan gerah. Dinamika
kehidupan yang dikombinasi oleh rahmat dan musibah disikiapinya dengan tidak
meraup hikmah yang terbentang di dalamnya. Ia gagal menterjemahkan
nikmat-nikmat Tuhan yang ditaburkan persis di depan batang hidungnya.
Berdzikir
menyebutkan asma-Nya serta membaca kalam-Nya dengan khusyuk adalah langkah
terbaik dan termudah untuk mewujudkan ketenteraman hati. Keduanya formulasi
ampuh penghadir keteduhan di dalam jiwa yang seringkali timbul keresahan. Kita
mengingat-Nya, maka Dia akan mengingat kita. Terciptanya kedamaian di jiwa
adalah timbal balik kasih-sayang yang diberikan. Seperti bunyi hukum
kausalitas, siapa yang menanam maka akan menuai. Siapa yang bersungguh-sungguh
maka ia akan berhasil. Siapa yang mengingatKu maka Aku akan mengingatnya,
demikian juga ungkap Tuhan. Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sungguh
merupakan tindak kebaikan jika kita mampu melestarikannya. Tak akan terhitung
kadar kebahagiaan yang akan kita raih. Hidup terasa indah dan berkah. Masalah
yang ada rasanya mudah dihadapi jika kita telah berjalan di bawah
bimbingan-Nya. Rezeki tak usah terlalu dipusingkan, intinya kita berusaha lalu tawakkal,
Tuhan akan mencurahkan rahmat-Nya dengan melimpah. Pelajaran yang terhidangkan
akan mudah dicerna. Dan, jodoh yang shalihah lagi jelita tak usah dibingungkan,
asal kita sekarang serius menata masa depan, memapankan diri dengan sekuat
tenaga, maka saat tiba waktunya nanti, akan Allah hadirkan sosok yang istimewa
buat kita, buat hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya.
Maka, nikmat
Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?
Darus-Sunnah,
10 September 2015
0 komentar:
Posting Komentar