Agustus 06, 2015 -
Renungan
No comments


K.O.P.I
Menikmati
udara pagi sambil menyeruput kopi adalah sesuatu istimewa. Apalagi jika didampingi bundelan koran harian yang menyajikan
ragam berita terkini, kian mencerahkan wawasan. Maka, nikmat Tuhan-mu yang
manakah yang kamu dustakan?
Menyeruput
kopi bukan karena kita memang pecandu kelas kakap seduhan hitam nan menyegarkan
itu. Melainkan karena kopi telah menemani banyak orang menghasilkan karya. Ada seniman, artis,
penulis, ilmuwan, kyai, pendebat dan penyair sekalipun melahirkan karya yang eksotis
sarat emosional, salah satunya lantaran seduhan kopi yang mendampingi. Tuangan kopi ke dalam tegukan
menyokong semangat berkarya. Hitam tidak semua bermakna menggelapkan, ada
hal-hal yang terkesan temaram namun memberikan kesegaran ide, termasuk salah
satunya kopi.
Salah satu
penulis terkenal, Dewi Lestari, bahkan pernah menyajikan satu buku berjudul Filosofi
Kopi. Dan banyak lagi penulis yang coba menguraikan apa manfaat dan makna
filosofis yang dikandung oleh racikan bubuk hitam yang juga berfungsi membuat
mata terjaga ini.
Sampai
sekarang saya masih mempercayai bahwa kopi memang memiliki stimulus yang
membuat mata tetap terbelalak di saat dimana seharusnya mata terlelap. Dan yang
juga masih saya genggam adalah keyakinan bahwa kopi mampu untuk meleburkan
segala strata social dalam
perkumpulan. Tak ada pangkat sosial yang membedakan. Tak ada strata yang lebih
unggul dibanding yang lain, jika serbuk hitam kopi telah dituang dalam cangkir,
ditingkahi dengan curahan air hangat yang menemani jalannya perbincangan. Segar,
nikmat dan merakyat.
Begitupun
yang terkadang saya lakukan saat hendak menulis. Saya sajikan kopi hangat/panas
untuk menemani jalannya proses penguraian kata-kata di atas word. Tancapkan
saja ke dalam jiwa, sugesti bahwa kopi bisa menjadi pelumas ide saat menggagas
kalimat yang bercokol di kepala ke atas lembar putih, lalu biarkan jari-jemari
menari dengan tulus di atas tuts-tuts keyboard. Bergerak berkelindan menyajikan
satu ide menyegarkan!
Pula saat
membaca menekuni sebuah buku. Hidangkan kopi yang hangat/panas untuk diseruput
perlahan, mengkawani laku kita mematuti kata demi kata yang tengah bertransformasi
ke dalam rajutan memori di otak. Yakini saja bahwa kopi yang kita hidangkan
ibarat pil penambah stamina yang mampu menggelegarkan semangat kita mereguk
hikmah.
Selamat
menyeduh kopi. Semoga kopi yang terhidang mampu menambah inspirasi!
Jakarta,Senin,
03 Agustus 2015. 08:25
0 komentar:
Posting Komentar