Juli 05, 2015 -
No comments


Tiada Muara Untuk Belajar (Catatan Wisuda Fushilat Oleh Khadim Ma'had)
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Dalam sebuah
acara wisuda angkatan ke 13 yang dihelat
oleh Darus-Sunnah kemarin, Khadim Ma’had memberikan ungkapan yang cukup
menarik.
“Wisuda
bukanlah akhir dari proses pembelajaran, akan tetapi ia adalah proses
perpindahan kepada pembelajaran yang lebih serius dan bertanggungjawab!
Wisuda adalah
akhir prosedural belajar kita di sebuah institusi pendidikan, namun tidak
secara subtansial. Proses belajar yang membutuhkan waktu lama diakhiri dengan
acara wisuda sebagai penutup. Banyak orang yang salah kaprah tatakala wisuda
diartikan sebagai penutup belajar total, jadi pasca wisuda tak ada lagi
pergelutan dengan buku-buku maupun diskusi atau berkunjung ke peprustakaan,
dengan diadakannya wisuda lunaslah masa pembelajaran kita. Dan begitu realita
mayoritas mengatakan.
Maka dari itu,
Darus-Sunnah, selaku institusi pendidikan yang mengedepankan ke Istiqomah-an
dalam belajar dan mengabdi, menekankan pentingnya agar wisuda tidak dijadikan sebagai
puncak proses belajar mengajar. Masih ada tahap-tahap selanjutnya yang harus
lebih diseriusi dan semakin dituntut untuk memikul tanggung-jawab yang lebih
tinggi.
Kalau saat di
pondok kita hanya berhadapan dengan teman dan guru, yang jika kita bertindak
keliru masih ada dispensasi dan bisa dipahami, namun saat kita lulus
masyarakatlah yang menjadi juri dari apa yang kita lakukan, yang tentu tingkat
pemahamannya bisa dikatakan tidak se tolerir teman dan guru dalam ikatan
akademis.
Ungkapan Khadim
Ma’had amat realistis dan patut direnungkan secara mendalam. Seorang
alumnus yang mengakhiri tindakan pembelajarannya maka seakan ia tak pernah
belajar selamanya. Ilmu yang didapat itu harus selalu dikembangkan untuk
kemudian diamalkan dan disebarluaskan. Dan itulah yang disebut dengan ilmu yang
bermanfaat, yang darinya bisa mengalir berbagai kebaikan berupa manisfetasi
pahala tatkala kita sudah tergolek diam berkalang tanah.
“Tiada
muara dalam belajar, kita adalah penuntut ilmu hingga Hari Akhir nanti”
Kalimat pertama
korelatif dengan kalimat kedua. Tak ada titik klimaks yang membatasi kita untuk
berjuang menjemput ilmu pengetahuan. Tak ada garis Finish yang menghentikan
kita untuk bergegas menyonsong hikmah yang ditaburkan. Kejar dan raih
sebanyak-banyaknya, karena kita tetaplah menyandang gelar pemburu ilmu hingga
ajal tiba. Jadilah orang yang kehausan akan ilmu pengetahuan sampai jantung tak
lagi berdetak.
Khazanah ilmu
yang ada di dunia ini adalah ruang tanpa batas. Tak akan pernah ada manusia
yang mampu mahir dan cakap dalam segala bidang keilmuan. Mesti ada
ketidaktahuan di balik kepandaian yang melekat dalam diri seseorang. Maka dari
itu, tak ada batas akhir dalam belajar. Jangan tersekat dengan ruang dan waktu.
Belajar itu bisa dimana dan kapan saja. Kalau kita memang niat melakukannya. Serius.
“Meski
saya dan kalian berpisah, namun kalian adalah tetap anak-ku sampai kiamat”
Semoga kalian
tidak menjadi Bangau yang mentang-mentang sudah mampu terbang mengangkasa
lantas lupa tempat asalnya. Harus tetap terpatri dalam hati bahwa kita bisa
seperti ini tidak dengan tempo sehari dua hari, ada masa yang menempa anda
menjadi pribadi handal seperti ini, ada yang berkorban dengan tenaga yang ridak
sedikit yang menyulap kita seperti ini. Meski kalian akan melanglangbuana usai
ini, berpisah dengan kami dan pondok ini, tapi jangan jadikan semua itu hal
yang bisa melalaikan kalian untuk terus mengharumkan citra pondok ini.
Merantau dan
berkeliling dunia lah, tapi jangan dilupakan pondok di Pisangan Barat ini ayang
telah membesarkan kalian. Semoga jerih payah dan peluh keirngat yang kami
korbankan untuk mendidik dan menggembeleng potensi kalian menetes jatuh ke
bersatu dengan darah kalian. Jadi kemanapun dan apapun yang anda lakukan selalu
ada resonansi ke pondok ini. Maka dari itu, jangan men-stigmatisasi kan ladang
tempat kalian memakan rumput-meminum sungai dulu ini, akan tetapi harumkan dengan karya
yang mampu membawa dunia menuju peradaban gemilang.
“Tetaplah
jadi pembantu Rasulullah, yakni menebar hadits shahih, menjelaskan mana hadits
yang shahih dan mana yang tidak, membela eksistensi hadits dri tangan-tangan
usil, menyadarkan umat urgensitas hadits.”
Mahasantri
Darus-Sunnah adalah segolongan manusia yang diperuntukkan menjadi pembantu
Rasulullah Saw. Pembantu disini tidak diartikan dengan sosok yang berkhidmat
saat yang dihidmati itu masih ada, akan tetapi Pembantu disini berarti lebih
ekstensif, semua yang membantu dan memudahkan serta meringankan maka ia bisa
disebut sebagai pembantu, meski yang dibantu telah tiada.
Kemudian beliau
melanjutkan, membantu dalam artian menebarkan hadits-hadist shahih kepada
masyarakat sebagai penunjuk menuju jalan kebenaran sebagaimana jalan yang telah dititi para generasi terdahulu
yang mulia. Shahih dalam hal matan, sanad, dan tata cara pemakaian hukum (Istidlal)
hadits.
Memberi
penyadaran kepada masyarakat tentang hadits yang cacat dan bahkan mengandung
kepalsuan. Saat ini saat yang genting. Dimana para da’i-dai bersurban dengan
ringan dan lantangnya mengutip hadits yang sudah dinilai lemah bahkan palsu
tanpa menjelaskan kepalsuannya! Nah kita, selaku mahasiswa pengkaji hadits
wajib untuk menyelamatkan manusia dari kekeliruan tersebut.
Turut andil
dalam memberantas tangan-tangan usil yang ingin menodai ke sakral an hadits. Termasuk
di dalamnya ulah orientalis serta beberapa gelintit umat Islam yang terpengaruh
yang hendak mengoyak-ngoyak Signifikasni hadits sebagai otoritas hukum Islam.
Memberi
penyuluhan kepada masyarakat awam tentang pentingnya hadits dalam Islam juga
merupakan salah satu langkah membantu Rasulullah Saw. Maraknya paham dan
ideologi sesat tak berdasar di tengah masyarakat membuat kita merasa empati
untuk mengajarkan mereka hal ini. Bukankah Islam adalah agama wahya, yang maka
semua pengantunya haruslah meniti jalan di atas jalur-jalur intuitif. Agar
tetap selamat dan mendapat rahmat-Nya yang melimpah kelak.
(Prof. Ali
Ya’qub, Syahida INN, Sabtu 06 Juni 2015)
Demikian yang
bisa saya uraikan, kurang lebihnya mohon maaf.
Wallahul
Musta’an Ila Sabilir Rahman,
Rabu, 10 Juni
2015, Warung Berkah, Bintaro
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
0 komentar:
Posting Komentar