Juli 24, 2015 -
Resensi
No comments


Tentang Rantau 1 Muara
Di sore ini aku tuntas membaca Novel Rantau 1 Muara, lunas
sudah mengarungi trilogi yang ditulis oleh Ahmad Fuadi sang Pewujud Mimpi ini. Semoga
menjadi pelecut semangat, pemantik nyala bara perjuangan. Apa yang ditorehkan
di dalam lembar demi lembar buku ini benar-benar membuat bulu kuduk merinding,
bukan karena takut, indahnya susunan bahasa dan padatnya makna serta pesan
perjuangan yang tak kenal lelah tertuang dengan detail di dalamnya-lah yang
mampu menggetarkan.
Berangkat dari kata-kata bijak yang dihafalnya di pondok,
Alif sang tokoh utama berusaha menerjemahkannya ke dalam langkah nyata. Barangsiapa
bersungguh-sungguh maka dapatlah ia. Barangsiapa yang bersabar, maka ia akan
beruntung. Barangsiapa berjalan di atas jalannya, maka sampailah ia.
Dengan harapan yang bersemai dalam hati, ditingkahi semangat
yang meletup-letup, dihiasi dengan energi raksasa hasil peragian
kalimat-kalimat bijak dari kyai di pondoknya dengan keyakinan yang membara,
Alif mampu menggapai cita-cita yang digambarkannya di masa silam. Menjadi
penulis, pergi ke Amerika, mendapatkan perempuan yang bukan hanya menjadi istri
tercinta, melainkan mampu pula menjadi sahabat dekat serta tempat bercurah
kisah yang otentik, dynamic duo yang berhasil menakhluki daratan Eropa, meraih
kesejahteraan hidup yang nyata, serta mampu membuat bangga agama, bangsa, dan
keluarga.
Semua berkat kegigihan yang mendarah-daging. Daya juang yang
tinggi, yang tak lekang di panas tak lapuk di hujan telah mengalir di urat
nadinya. Manik-manik keringat bercucuran dari kulit tubuhnya. Siang bekerja,
malam menjadi sahirul layali. Perjuangan serta pengorbanan yang tidak
mudah telah ia gelontorkan demi terbukanya pintu pengharapan, maka Tuhan
menjawab do’a hamba-Nya, maka Tuhan menghargai jerih payah hamba-Nya. Ini adalah
hukum kausalitas, hukum timbal balik, sunnatullah, MAN JADDA WAJADA!
Pelajaran yang bisa saya petik dari tuturan Ahmad Fuadi
tentang sepak terjangnya menjajaki trengginasnya kehidupan yang dikemas dalam
bentuk kisah menakjubkan ini adalah :
1.
Bahwa untuk meraih
cita-cita dibutuhkan perjuangan yang tidak main-main. Dalam sebuah pepatah
disebutkan (dan ini selalu diucapkan oleh KH. Idris Jauhari, salah satu kyai
Ponpes Al-Amein kepada segenap santrinya agar terus berkarya melebihi orang
lain) ”I’malu Fawqa Ma Amilu... “Bekerjalah di atas rata-rata orang
lain.” Jika orang lain tidur jam 10 malam, maka tidurlah engkau pada jam 11
atau lebih, dan ingat selalu gunakan untuk hal positif. Jika orang lain membaca
al-Qur’an One Day One Juz, maka kau harus mengaplikasikan gerakan One Day Two
Juz. Jika orang lain membaca buku satu hari limapuluh halaman, maka kau harus
membaca 60 halaman. Jika orang lain menulis dalam satu hari satu tulisan, kau
harus mampu melabrak dirimu dengan tegas bahwa telah diwajibak bagi mu dalam
sehari untuk meluluskan dua tulisan. Dengan demikian, insya Allah, Allah akan
selalu menghargai apa yang kau usahakan.
2.
Untuk meraih cita-cita diwajibkan
menyusun agenda kegiatan, mengatur langkah, menyiasati musuh dengan startegi
jitu. Dengan demikian, langkah akan lebih teratur, laju perahu akan rapi
dipandu navigasi serta petunjuk bintang di langit sana. Buatlah semisal dalam
sehari wajib bagi diri saya menghafal al-Qur’an sebanyak satu halaman,
mengulang hafalan sebanyak 3 juz, membaca 50 halaman (buku apa saja), menulis
minimal hari 1 halaman. Suatu hal yang sering dilakukan akan menjadi kebiasaan,
kebiasaan yang disinambungkan akan menjadi karakter, karakter lambat laun akan
berubah menjadi kepribadian. Selamat, jika anda mampu menanam kebaikan dalam
kesehariaan, sehingga anda mampu menuai kepribadian yang istimewa!
3.
Untuk mempercantik gaya
tulisan dibutuhkan jam membaca yang melimpah, jam menulis yang tercurah. Seorang
bisa karena biasa, biasakan diri untuk menulis, menggores hitam di atas putih, memagut
kata ditemani rajin membaca. Patuti kata-kata dalam lembar-lembar yang ditulis
oleh orang-orang besar agar anda juga mampu meraksasa. Tangkap pesan dan dekap
hikmah yang mereka tuangkan dalam tulisan. Jadikan sebagai panutan dan
pelajaran. Anda akan merangkak, berjalan, lalu lari kencang menyusul untuk
menjadi orang yang anda idolakan. Menjadi besar di ranah sejarah. Menjadi
istimewa di mata dunia.
Sekian, begitu banyak pelajaran yang bisa saya rengkuh dari
novel tebal 400 halaman ini. Yang jelas, kisah yang dialami oleh Alif sang
tokoh utama dalam novel ini benar-benar membuatku iri bukan kepalang. Kebaraniannya
dalam mencoba, meski harus dilalui dengan ribuan kegagalan, memotivasi diri
ini, bahwa selama kita punya harapan dan mau untuk berlelah payah, maka akan
selalu ada secercah cahaya yang akan menggiring kita menuju taman impian!
Selasa (14/07/2015) 23:41
#dilamun ombak ditampar badai
0 komentar:
Posting Komentar