Juli 24, 2015 -
Motivasi
No comments


Menikah? Belum Waktunya!
Hari ini keluarga besan dari saudara perempuan saya tiba,
melangsungkan ramah tamah pasca idul fitri 1436 H di rumah. Segala kebutuhan
disiapkan, karpet, tikar, sayur asem, buah-buahan, dan macam-macam tetek bengek
lainnya. Semua harus dipersiapkan dengan matang dan istimewa, karena yang akan
melawat adalah keluarga istimewa dan jarang-jarang pula kita berjumpa, begitu
batin kita.
Setibanya disini kami bersalam-salaman, melepas kangen,
membuka pintu maaf antar sesama jika ditemukan kekhilafan yang terbangun di
antara kita selama berinteraksi mewarnai kehidupan.
Kemudian mangan-mangan, bergegas menyambut meja
makan, mencangkul nasi dengan sendok, mengeruk lauk, menimba sayur asem, serta
menaburinya dengan sedikit sambal. Mantap, semua sigap dan lahap. Kemudian
kenyang yang bergantian menyusul, mengubah keadaan. Ngobrol-ngobrol jadi
kembali bersemangat, karena perut sudah tidak lagi mengkeriut meronta-ronta
meminta siraman gizi.
Saya saksikan, mengapa kedua keluarga yang berbeda ini
dipersatukan, lalu kemudian terjalin keharmonisan yang begitu indah, mengapa
bisa demikian? Itu lantaran ikatan pernikahan yang telah dibentang pada April
2015 kemarin. Ikatan suci itu telah menyatukan beberapa orang yang semula tidak
saling kenal menjadi sebuah keluarga yang sarat kerukunan. Betapa indahnya...
karena apa barusan? Pernikahan? Pernikahaaannn...?!
mendengar kata pernikahan sebagian orang merasa senang,
namun tak jarang jika banyak orang yang menjadikan pernikahan semacam sosok
yang menyeramkan dan bertaring seribu, yang sanggup mengoyak kesejahteraan
hidup.
Pernikahan di samping memiliki janji yang menggiurkan
tentang ketenangan hidup, juga dituntut di dalamnya sebuah tanggungjawab yang
tidak main-main demi lancarnya laju bahtera rumah tangga. Suka dan duka berbaur
menjadi satu. Senang dan sedih diragi menjadi adonan yang wajib dicecap bagi
penikmat pernikahan. getir dan pahit kehidupan kerap menyambar, namun mereka
yang tangguh dan gagah dalam melakoni musibah yang datang pada akhirnya akan
bisa melibas hambar, menghantam dan menghempaskan luka yang mendekam di dada.
Kesimpulannya, betapa pernikahan adalah sebuah pilihan. Memilih
untuk menyanggupi kehidupan yang lebih serius dan menanggalkan masa muda yang
gemerlap tak tentu gelap terangnya. Dan untuk itu semua, dibutuhkan persiapan
yang matang dan bijaksana. Butuh perhitungan langkah dan takaran pikiran demi
menyambut pernikahan.
Pertanyaannya sekarang, sudah siapkan anda untuk menikah? Beprindah
haluan dari masa lajang yang terkadang membosankan namun banyak juga keceriaan
terkandung di dalamnya, atau melangkah lebih serius untuk menjajaki samudra
penrikahan yang mewajibkan tanggungjawab dan percaya diri tersemat di dada para
pelakon? Coba pikirkan!
Tanpa pikir lama, saya akan menjawab tidak siap. Masih
banyak yang perlu dipersiapkan demi menyambut hari yang besar nan berat itu. Saya
masih minim syarat untuk memenuhi permintaan agar terajutnya ikatan nan suci
itu. Lagi pula, lanjut ke jenjang pernikahan laksana menahkodai bahtera yang besar
di tengah samudra nan luas, Butuh pengetahuan yang dalam dan luas agar kapal
tidak larut dilamun ombak berkepanjangan, supaya badai yang menampar tak
membuat kapal timpang dan doyong lalu menghempaskan penumpang ke dekapan
samudra yang buas nan menakutkan, semoga selamat melabuh di dermaga pelabuhan
taman impian.
Saya masih harus banyak belajar. Menyusuri dunia pernikahan
adalah safari yang amat jauh, membutuhkan bekal yang cukup. Wajib bagi saya
untuk lebih dalam mengeruk harta melimpah yang tertimbun di dalam diri. Masih
banyak potensi-potensi yang setiap manusia dianugerahi oleh Tuhan, yang harus
dikuak, menambang berlian yang tertanam di dasar! Dan aku belum merengkuhnya. *
Warung Berkah, 21 Juli 2015, 11:50
·
S2, 5
Buku, 30 Juz, 1 Set Mobil-Motor.
0 komentar:
Posting Komentar