Juli 05, 2015 -
No comments


Hikmah Yang Tertabur Lalu Dihimpun
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
“Barangsiapa diberi hikmah, maka seakan ia diberi kebaikan tiada
terkira”
(Firman Allah Swt)
Terlepas dari
ragam pendapat yang dikeluarkan oleh para ahli tafsir terkait interpretasi dari
ayat ini, saya mengartikan bahwa hikmah adalah pelajaran yang bermanfaat. Jernihnya
penglihatan, awasnya pendengaran, tajamnya penciuman, dan bentuk kemumpunian
indera kita yang lainnya dalam menangkap hikmah yang ditaburkan oleh Tuhan
merupakan sebuah karunia yang luar biasa.
Bukan dengan
hampa makna dan miskin pelajaran Allah Swt membentangkan semesta dan menaruh di
dalamnya kehidupan. Setiap yang bergerak dan segala yang terhempas semua telah
tersurat di dalam perbendaharaan kitab-Nya lengkap dengan hikmah yang
dikandungnya. Allah menghendaki sesuatu peristiwa lengkap dengan kehebatan
subtantif yang dilahirkannya. Allah Swt merupakan Tuhan yang amat pengasih
dengan hamba-Nya, curahan rahmat-Nya yang begitu meruah ditumpahkan kepada
makhluk-Nya, yang dikehendaki berhak mengambil dan mengonsumsi, dan tugas kita
untuk mensyukurinya.
Begitupun saya,
begitu banyak hikmah yang dipersembahkan namun kerap kali jiwa kurang siap
untuk menerimanya. Gunug yang megah dan indah terasa kabur karena pandangan dihinggapi
jelaga yang menyekap. Mata yang terpancang belum lagi tajam, telinga yang bertengger
belum lagi peka, hati yang tercipta belum lagi terbuka untuk menyaksikan
curahan niikmat-Nya.
Hal ini yang
tengah kuasah. Sebuah ketelitian amat diperlukan, butuh metode yang cerdas dan
berani untuk menemukan sebuah hakikat hikmah. Berikut akan saya uraikan perihal
hikmah yang mampu saya himpun dan mampu saya ikat dalam benak dari apa yang
tercecer di sekeliling, menghimpun yang berserakan untuk diambil pelajran, lalu
tak lupa untuk kemudikan ditanamkan dalam relung terdalam jiwa. Dan semoga itu
terpatri dalam hati. Dan berpotensi mengkristalkan diri.
Ayah : Usianya yang sudah 63 tidak membuatnya berhenti untuk bekerja menyambung
kehidupan anak dan keluarganya. Sosok yang tabah dan pemberani. Sesekali
mendorong antaran galon, di kali yang lain berdiri tegak melontarkan kalimat-kalimat tinggi membahana di depan
muridnya agar selalu bekerja keras mencari ilmu, berlelah-payah menggapai
hikmah.
Pak Kyai Ali M.
Ya’qub : Sama, di usianya yang mendekati 64
beliau maih tetap gagah. Uban yang memutih dan kulit yang mulai menggelambir
meretas anak sungai tak menyurutkan tekadnya untuk berdakwah menebarkan
kebenaran. Jalannya yang tegap, suaranya yang menghentak, keberaniannya yang
memuncak, serta ilmunya yang melimpah membuat dirinya disegani oleh segala
lapisan masyarakat.
Ust. Andi : Organisatoris Hafidz dan Muhaddits. Tiga jabatan itu dipegang
secara bersamaan oleh satu orang. Sungguh bukan pekerjaan yang mudah manakala
ketiganya bisa mendapatkan hasil yang sama-sama memuaskan. Merupakan kendala
dan bisa dikatakan pemghambat, jika pegiat salah satu bidang yang tiga itu berkecimpung
pula di bidang yang lain. Namun, di tangan beliau, semua bisa diatasi. Kalau
kita mau menseriusi kita akan menguasai, katanya kepada kami. Mampu? Mampu!
Satu ungkapan
yang saya ingat dari beliau : Terus pekerjakan diri anda selagi muda, anda tidur
atau tidak tidur, bekerja atau menganggur badan pada akhirnya akan sama-sama
merasa lelah. Maka dari itu, lebih baik kita berlelah yang menghasilkan, serta
meninggalkan jauh-jauh perkara yang merugikan! Bisa? BISA!!! Yakin? Haqqul
Yaqiin!!!
Kang Hanif : Guru, Penulis, Orator, Bergerak dinamis tanpa kenal lelah. Saya
salut dengan beliau karena kesehariannya yang begitu bersemangat dan mampu memantik
bara kehidupan. Lantaran keseriusannya dalam mengabdi kepada pondok, ia rela
dengan umur yang sudah seharusnya kepala 1, tetap membujang, mendermakan
tenaganya untuk menjaga pondok tetap menyala. Bukan hanya itu, di belakang
masjid Munirah Salamah, ada sebuah ruangan yang dia sulap menjadi ruang untuk ber-kontemplasi,
mentafakkuri serta menikmati kehidupan. Buku dan pena adalah sahabat dekatnya. Diskusi
dan debat adalah saudara karibnya. Beliau istimewa karena disamping
kesibukannya memperkaya potensi dan menebar ilmu kepada yang kehausan, tetap
rajin menyimpuhkan diri rumah Allah, masuk ke dalam barisan orang-orang yang
ruku’ dan bersujud menyungkurkan dahi. Subhanallah.
Dan masih
banyak lagi. Entah mengapa, baru mengurai beberapa tokoh tangan terasa letih,
ingin diistirahatkan...
Warung Berkah, Selasa
09 Juni 2015, 13:18
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
0 komentar:
Posting Komentar