Juli 05, 2015 -
No comments


HASIL BACA ZIARAH PSQ KAMIS 02 JULI 2015 (Wajah Peradaban Barat, karya Adian Husaini & Argumen Pluralisme, karya Abdul Muqsith Ghazali)
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Wajah Peradaban Barat :
Homoseksual, sebuah realita masyarakat barat yang
kontroversial. Pihak kristen awal seperti St. Agustine dan lain sebagainya amat
membenci dan mengutuk perbuatan ini. Akan tetapi banyak pastur modern, yang
begitu mengetahui bahwa kegiatan ini sudah merebak di Barat, dan agar Injil
tidak dicap sebagai kitab kuno, maka mereka membuat legitimasi dari Gereja, membuat
tafsiran-tafsiran yang amat tidak masuk akal.
Meski dalam Bibble di
Kitab Kejadian 19:4-11, disbebutkan bahwa Tuhan melaknat kaum Sodom dan
Gomorah, namun gereja Anglikan tetap mengangkat Gene Robinson sebagai Uksup New
Hampshire, yang mana beliau merupakan seorang Homoseksual terang-terangan. Ini
adalah bukti kekacauan yang dihasilkan pihak Gereja. Ada legitimasi untuk
melakukan kejahatan oleh Agama.
Dignity, sebuah komunitas gay katolik Internasional. Telah
mempunyai 22 cabang yang tersebar di seluruh dunia, dan telah memiliki anggota
sebanyak 5.000, serta rajin menerbitkan majalah yang subtansinya adalah
memproklamirkan gerakan Jomoseksual agar menjadi hal yang diakui oleh dunia.
Dan di Israel ada Agudah.
Belanda dan belgia termasuk dua negaa yang sudah mengakui
perkawinan sesama jenis.
Dalam masyarakat sekluar, agama tidak ditolak sama sekali,
namun agama harus menyesuaikan kehendak masyarakat. Ajaran agama yang tidak
cocok lagi, pelru dibuang, atau disimpan di dalam museum (hal. 15)
Gerakan kesetaraan Gender juga bagian dari westernisasi yang
tengah melanda umat muslim. Dan ini adalah perbuatan yang berkonotasi negatif. Tubuh
dilombakan, fitrah wanita sebagai makhluk yang welas kasih berubah menjadi hal
yang tak layak untuk dihomati.
Konsumerisme, hedonisme, materialisme merupakan bagian dari
Globalisasai yang dilakkan oleh Barat,
Logika kaum liberal ini berasal dari prinsip “Humanisme
Sekular”. Paham yang menempatkan manusia pada posisi Tuhan.
Relativitas nilai tidak dikenal dalam Islam, sbeuah doktrin
dan ajaran adalah hal yang abslut dari Tuhan, maka dari itu dalam Islam tak ada
diperkenalkan “Evolusi Nilai” secara mutlak
Sampai di Mengapa Barat Menjadi Sekluer Liberal
Argumen
Pluralisme Agama ( Mmebangun Toleransi Berbasis Al-Qur’an):
Tulisan (buku) ini adalah lanjutan dari disertasi Pak
Muqsith Ghazali demi meraih gelar doktornya dalam bidang tafsir al-Qur’an di UIN Jakarta, dengan
pengujinya yakni Prof. Nasaruddin Umar & Prof. Komaruddin Hidayat
Banyak tokoh-tokoh besar yang dalam pendahuluan buku ini
menyambut baik karya yang dihasilkan oleh intelektual muda muslim ini terkait
pemparan argumetasi Pluralisme berbasis al-Qur’an.
Dalam prolog buku ini, KH. Muhammad Husein, Pengasuh PP.
Darut-Tauhid, Arjawinangun, Cirebon menekankan, bahwa mereka yang menolak
gerakan Pluralisme amatlah dangkal dalam memahami agama, partikulatif, elektif,
harfiah. Maka kemudian argumen yang dihasilkan pun sangat kering dan
konservatif.
Diantaranya beliau, sang penulis prolog buku Argumen
Pluralisme, mengkritik apa yang dilancarkan oleh MUI terkait pengharaman
gerakan Sekuler, Liberal.
Keadilan sebagai pilar. Kemaslahatan sebagai tolok ukur
jalan hidup dan pola pikir kemanusiaan.
Abd. Muqsith, lewat karyanya ini ingin berbicara tentang
responsi dan apresiasi Islam terhadap paham keberagaman keyakinan manusia
begitu kaya raya dan melimpah. Beliau juga ingin menjelaskan kepada
golongan-golongan yang telah salah emnafsirkan al-Qur’an. Yang selalu keliru
menempatkan ayat-ayat tidak kepada konteksnya, yang oleh sebagian kaum tersebut
dijadikan sebagai senjata guna melibas lawan yang pemikirannya tidak sejalan.
Penulisan adlah sosok yang pakar dalam literatur klasik,
yang dalam bahasa santri adalah kitab kuning, namun beliau juga tidk buta akan
masalah lintas keagamaan yang tengah merebak ini. Maka kemudian, melalui buku
yang ditulisnya ini, beliau hendak menjembatani antara dua kubu yang terkesan
berbeda satu sama lain.
Dalam epilog yang ditulis oleh Gusdur (Pluralitas Agama Dan
Era Ketakpastian) diuraikan, bahwa penulis buku ini mencoba untuk menghadirkan
relevansi dan signifikansi agama-agama seperti Islam. Ia memastikan bahwa Islam
bertunjang pada moralitas masih memiliki makna dalam kehiudpan. Islam dengan
pesan ethisnya coba dihadirkan kembali sebagai agama yang rahmatan lil alamien.
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
0 komentar:
Posting Komentar