Juli 05, 2015 -
No comments


Galileo Galilei & Paham Heliosentris
Penulis :
Tasman Mahmud Syukri
Judul : Galileo
Menyingkap Kebenaran
Penerbit : Gema
Insani
Tempat :
Jakarta
Tahun : 2005
Tebal : 192
halaman
Sebuah
perdebatan dua opini tentang hakikat semesta mencuat ke permukaan pada abad 15
di dunia katolik Roma. Pendapat pertama menyebutkan bahwa bumi sebagai pusat
peredaran alam semesta, matahari dan milyaran planet lainnya bergerak
berotasi
mengelilingi bumi, pendapat ini dikenal dengan paham Geosentris. Pendapat kedua
berbunyi bahwa yang berdiri sebagai pusat rotasi adalah Matahari, bukan bumi,
berbeda dengan pendapat pertama, pendapat ini mengatakan bahwa yang bergerak
mengelilingi matahari adalah bumi dan sekian planet lainnya, paham ini dinamai
dengan Heliosentris.
Pendapat
pertama, yakni paham geosentris, dipegang kuat oleh Pihak Gereja Katolik Roma
yang berpusat di Italia, pernyataan ini diambil dari apa yang telah dikemukakan
oleh seorang filsuf Yunani yang hidup pada abad 4 sebelum Masehi, Aristoteles.
Gereja pada
abad ke 15 dan beberapa abad sebelumnya (pra-renaissans) merupakan pemilik
otoritas hukum dalam dunia kristen, dogma yang dibawa oleh pihak gereja
memiliki hak preogatif dalam menetukan baik atau tidaknya sesuatu. Maka segala
macam tindakan dan hasil penelitian yang bertentangan dengan doktrin Gereja
Katolik saat itu, ia berhak disalahkan dan dieksekusi.
Bagi pihak
gereja, segala sesuatu yang menurut al-Kitab itu salah dan bertentangan, maka
ia tidak bisa diterima oleh masyarakat. Segala macam produk ilmu pengetahuan
saat itu sebelum diluncurkan ke muka publik haruslah di lulus-ujikan oleh pihak
gereja. Dan paham Heliosentris termasuk
satu bagian yang menurut mereka bertentangan dengan al-Kitab dan wajib untuk
ditentang.
Pendapat kedua,
paham heliosentris, digenggam erat oleh Copernicus, matematikawan dan fisikawan
ternama abad 15 di asal Polandia, yang kemudian dilanjutkan oleh Galileo
Galilei, fisikawan dan astronom ternama abad 16-17 kelahiran (05/02/1564) Italia,
sebuah daerah pusat pemerintahan katolik Roma. Paham yang diusung oleh kedua
tokoh ini dengan amat terang bersebrangan dengan dogma kristen katolik. Yang
atas dasar itu, suatu hal yang tak bisa dielakkan, Galileo sang jenius yang
menjabat sebagai matematikawan dan fisikawan istana ini dipaksa untuk hadir
untuk menjadi terdakwa di Mahakmah Agung Dinas Suci Inkuisisi Gereja Katolik
Roma.
Galileo dan
beberapa orang yang sepaham dengannya dikcuilkan di sebarluaskan fitnah untuk
menjatuhkannya oleh pihak gereja. Dengan tegas, akhirnya pihak Mahkamah Gereja mewajibkan
Galileo untuk melapor secara rutin ke pihak Mahkamah, buah karyanya dihentikan
beredar dan ruang penelitannya dipersempit, meski demikian, ia tetap produktif
menelurkan ide pemikirannya dalam bentuk tulisan dan dikirim ke luar Italia
untuk disebarluaskan kepada dunia.
Karena
intimidasi fisik dan batin yang dilayangkan kepadanya, maka mulai bersemai
dalam dirinya penyakit yang melemahkan tubuhnya. Ia mengalami komplikasi
penyakit seperti gagal ginjal, demam, dan lain sebagainya. Sampai pada sore
hari tanggal 8 Januari 1642 Galileo
menutup nafas, ruh nya meninggalkan raganya saat ide pemikirannya telah dengan
berani menyuarakan kebenaran ke muka dunia, meski telah menanggung beban
panjang nan berat tak berkesudahan.
Bukan hanya
dia, disebutkan dalam literatur sejarah bahwa seorang ilmuwan abad 17, pastor
Dominikan Bruno, lantaran mengatakan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari
ia terpaksa diseret menuju tungku pembakaran, dibakar hidup-hidup karena pendapat
yang ia kemukakan bertentangan dengan otoritas gereja Katolik.
Semua yang
dipaparkan di atas adalah interpretasi bahwa Injil yang dimiliki oleh umat
nasrani tidak lagi asli dan banyak intervensi pemuka agama di dalamnya. Dalam
buku ini (Galileo Menyingkap Kebenaran : 2005) disebutkan bahwa beberapa
sarjana mengadakan penelitian terhadap eksistensi al-Kitab di seluruh dunia
selama 6 tahun, dan hasil yang mengejutkan lahir, hampir 50 persen injil-injil
yang ada tidak tetap, dalam artian ia selalu berubah tiap tahunnya, ada
intervensi pihak gereja yang mengutak-atik kesakralannya.
Lagipula, jika
dia murni inti kebenaran dari Tuhan, mana mungkin bertentangan dengan hasil
penelitian para ilmuwan yang semakin berkembang tiap zamannya. Akankah Tuhan
yang Menciptakan Semesta keliru dan luput dalam menanggapi fakta penemuan
ilmiah itu. Sudah jelas bahwa ini merupakan kebobrokan kaum nasrani dalam
mengimani kitabnya.
Jauh berbeda
dengan itu, Islam tampil dengan gaya yang mengagumkan. Agama dan Sains mampu berjalan
bergandengan, sepaham dan saling topang menopang antara teks agama dengan
realitas penemuan. Kita saksikan banyak sekali fakta penemuan ilmiah yang
memang sudah tersurat dalam al-Qur’an, al-Qur’an tak menyangkal malah menjadi
bahan penguat hipotesa yang dijajakan.
Termasuk dalam
teori Heliosentris yang dikemukakan oleh Copernicus dan Galileo, yang meski
asumsi tersebut kaya dengan bukti ilmiah, namun mendapat tentangan keras dari
pihak Gereja[1]
dengan mengatakan bahwa itu adalah bagian dari bid’ah, Al-Qur’an[2] hadir
menjawab tudingan tersebut dan membenarkan apa yang dikatakan oleh Galileo.
Semoga kita
mampu mengambil hikmah dari semua ini, berikut saya kutip penggalan kalimat
yang diucapkan oleh seorang pengkaji keagamaan ternama, Karen Amtrong, terkait
Islam yang dalam doktrinnya mengungkapkan bahwa agama dan sains mampu berjalan
bersamaan :
“Kaum Muslim
didorong untuk memperhatikan tanda-tanda alam dan menelitinya dengan hati-hati.
sikap ini membantu melahirkan rasa ingin tahu yang cerdas, yang memungkinkan kaum
muslimin mengembangkan tradisi ilmu alam dan matematika yang menonjol. Tidak
pernah ada pertentangan antara penyelidikan ilmiah rasional dan agama dalam
tradisi Islam, seperti yang terjadi pada (tradisi) Ktisten. Dalam ajaran Kristen
kadang-kadang terdapat pandangan yang agak pesimistis tentang alam yang
diyakini terjerumus dari kesempurnaan awalnya akibat dosa manusia.”[3]
Warung Berkah, Pondok Betung, 01 Juni 2015, 21:09
Galileo adalah
seorang kristen yang taat yang secara tidak langsung mengkritik subtansi yang
dikandung alkitab. Itu terbukti saat ia dengan teguh membela paham
heliosentrisnya. Bahwa ternyata anggapan bumi sebagai pusat semesta, roma
sebagai pusat dunia, dan paus adalah manusia yang anti dosa itu semuanya
keliru.
Galileo, meski pada akhirnya ia menyatakan tunduk kepada gereja,
mengakui kesalahan dan kekeliruannya dalam berpandangan tentang semesta
sekaligus mengutuk paham heliosentrisnya, namun, saat ia bangkit dari ruku
(untuk menyatakan tunduk kepada otoritas gereja tersbut), ia tetap menggumamkan
kalimat “Eppur Si Muove” (Namun bumi masih bergerak), sambil
mendongakkan kepalanya ke angkasa raya.
Bukan hanya dalam hal itu, dalam masalah gravitasi pun keduanya
berbeda pendapat. Aristoteles mengatakan bahwa dua buah benda yang berlainan
beratnya jika dijatuhkan dari ketinggian sekian maka yang akan tiba duluan di
muka bumi adaah yang berat dahulu. Namun Galileo mengatakan bahwa meski
berlainan massa benda yang dijatuhkan, jatunya tetap akan serentak.
Galileo merupakan ilmuwan eksperimentalia yang termegah pada abad
ke 17 di Benua Eropa. Cendekiawan yang sezaman dengan Paus Urbanus VIII ini
dikenal sebagai orang yang lincah dalam penelitian. Hatinya mudah gundah kalau
menmukan sebuah ide namun tertunda mengeksprimenkannya.
Pada tahun 1992, kira-kira 350 tahun pasca pemasungan paham
heliosentris, Paus Yohanes Paulus II, Paus yang dikenal sebagai yang paling
bijak dari beberapa Paus yang ada, menyatakan permintaan maaf atas eksekusi yang
dilakukan oleh Pihak Gereja kepada Galileo. Itu semua diungkapkan tatkala
ide-ide yang dibawa kan oleh Galileo, yang dengan jelas bertentangan dengan
teks Injil Kitab Mazmur, telah bersinar terang dan nyata terbukti dalam fakta
penemuan ilmiah modern. Karena jika Gereja tetap ngoyo mempertahankan
argumentasinya, hal itu tentu hanya akan mengundang tawa saja.
Tasman mahmud syukri (penulis buku ini ) adalah
bagian dari wahabi. Karena dalam satu tulisannya di halaman 127 buku ini ia menerangkan bahwa
kebenaran yang dihasilkan oleh prasangka adalah tidak otoritatif dibanding yang
murni dari hasil penelitian. Dan ia menanggap bahwa orang-orang yang menganggap
bahwa bid’ah hasanah sebagai perbuatan yang baik itu termasuk di dalamnya.
Yakni golongan yang hanya dituntun oleh prasangka semata. Ia juga menganut
paham Arab sentris (lihat hal. 128). Dan faktanya beliau adalah murid dari
murid langsung Imam Nashiruddin Al-Albani.
Diselesaikan di
kamar 5 asrama Darus-Sunnah, Sabtu 06 Juni 2015, 23:40
[1]
Disebutkan dalam Mazmur (104) : 1-5 “Oh Tuhanku, Kaulah Mahabesar... Kau
Pancangkan bumi pada fondasinya, tiada bergerak untuk selamanya.”
[2] Isyarat
dalam al-Qur’an, pada surat ali Imran ayat 190 : “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit-langit dan bumi, dan (dalam) perbedaan malam dan siang, terdapat
tanda-tanda bagi orang yang berakal.”
Al-Qur’an memang tidak menjelaskan secara gamblang,
namun perasaan ingin tahu yang menggebu-gebu dalam jiwa Galileo saat
membuktikan paham Heliosentrinya cukup menginterpretasikan bahwa dia termasuk
orang yang berakal.
Dan penemuan-penemuan ilmiah di kemudian hari yang
mengamini asumsi Galileo ini memperkuat otensitas asumsi Galileo.
[3]
Tasman Mahmud Syukri, Galileo Menyingkap Kebenaran, (Jakarta: Gema
Insani, 2005), hal. 55-56
0 komentar:
Posting Komentar