Juli 24, 2015 -
No comments


Demi Masa!
Di pagi yang bersih udaranya ini biarkan aku menoreh
kata-kata, menggurat hitam di atas putih.
Waktu adalah kekayaan terbesar yang dimiliki manusia. Layaknya
kekayaan, ia bisa membuat kita hebat dan bersinar, namun kerap melemahkan dan
menciptakan temaram. Maka, kualitas seseorang ditentukan dari seberapa hebat ia
mengatur waktu, mengendalikan dan mengapresiasikannya ke dalam kegiatan yang
bernilai positif dan memiliki laba!
Ambillah sebuah contoh, yakni Issac Newton, seorang pakar fisika
abad 19 yang namanya terpagut di deretan no 2 di antara 100 tokoh berpengaruh
sepanjang sejarah menurut sejawan ternama Michael Hart, namanya yang kini
membumbung tinggi adalah berkat kerja keras dan upaya kesungguh-sungguhanya
dalam menggunakan waktu.
Pagi ia isi dengan membaca, siang menulis, malam melakukan
eksperimen hasil temuannya. Semua dilakukan dengan konsisten, keringat mengucur
berkesinambungan, semangat yang menyala terus membuat dirinya bergerak layaknya
mesin uap yang dipadati tumpukan arang yang membara. Sedikit istirahat, karena
ia yakin hidup ini adalah ladang bekerja, hidup yang singkat ini amat sia-sia
jika dibuang untuk istirahat yang berlebihan, maka bekerja menggapai temuan dan
meraih prestasi adalah hal yang harus wajib dilakukan. Sedikit makan, makan
hanya sekedar meluruskan tulang belakag, tidak kurang sehingga melemahkan daya
gerak, tidak lebih sehingga tubuh terasa berat untuk beraktifitas.
Bisa juga kita petik pelajaran dari Ir. Habibie, mantan
presiden RI sekaligus pakar ilmu tekhnik dan penerbangan, akibat rentetan
semangat yang beliau gagas dalam berbagai aktifitas positifnya, diiringi dengan
manajemen waktu yang baik dan rapi, maka waktu 24 jam yang dia miliki itu mampu
menelurkan hasil yang cukup gemilang.
Saksikan, antara beliau dengan para penganggur yang mangkal
di pinggir-pinggir jalan memiliki kesamaan, keduanya sama-sama memiliki waktu
dalam sehari sebanyak 24 jam, seminggu sama-sama ada 7 hari. Lantas mengapa
keduanya berbeda? Mengapa yang satu dikenal sejarah dan yang satu luput dari
tinta kenangan peradaban? Ada apa gerangan?
Pengaturan waktulah yang menyebabkan itu semua terjadi. Pak
Habibie tentu amat ketat dalam menggaris peta perjalanan kehidupannya, waktu
yang diberikan oleh Tuhan adalah karunia besar yang harus ia syukuri, syukur
itu ia presentasikan lewat pengaturan detik yang begitu rapi dan terencana,
target jangka pendek maupun panjang telah dihunjamkan dalam peta kegiatan. Berbeda
dengan para penganggur, waktu yang mereka miliki tidak diatur dengan baik dan
tampak berantakan. Pagi-malam tak ada agenda yang mengungkungnya. Tak ada
target, tak ada batas pencapaian, tak ada kejutan besar yang ingin mereka raih!
Maka, di Kamis tanggal 09 bulan 07 tahun 2015 ini, semoga
datang kembali semangat yang beberapa hari sempat kabur meninggalkan diri. Badai
hitam berupa kemalasan tiba meredam cahaya mentari. Ghirah menjadi temaram. Ini
adalah posisi yang amat tidak menguntungkan, lebih baik bodoh namun sudi
bekerja keras, daripada pintar tapi punya sikap Malas! Begitu petuah tetua.
Berharap tungku semangat kembali menyala! Mentari tiba
menyibak pekat nan gelap! Air bah tiba mengobati tanah yang gersang dicekam
kemarau! Kopi menjadi stimulus pelibas rasa kantuk! Kekasih menjadi pelipur
lara yang dikasihi! Tuhan menjadi tempat bermuara segala keluh dan kesah hamba!
Sekian, atur waktu dan gagas garis pencapaian hidup anda!
Jakarta, 09 Juli 2015. 09:17
0 komentar:
Posting Komentar