Maret 26, 2015 -
One Day One Hadith
No comments


Shalat Sebagai Cahaya Dan Sabar Menjadi Penerang
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Diriwayatkan dari Aba Malik
al-Asy’ary ra. Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda : Menyempurnakan wudhu adalah
setengah dari iman, mengucapkan hamdalah memenuhi timbangan, bertasbih
(menyucikan asma Allah) dan bertakbir (mengagungkan asma Allah) bisa memenuhi
langit dan bumi, shalat itu cahaya, zakat itu bukti, sabar itu penerang, dan
al-Qur’an ia bisa menjadi penolong atau saksi kedurhakaanmu terhadapnya. (HR.
Muslim, Tirmidzi, Nasa’i no. 2436, Ibnu Majah, Ahmad)
Melalui hadits ini Rasulullah Saw
memberitahu umatnya tentang keutamaan ritual-ritual keagamaan yang amat
familiar dalam kehidupan umat muslim. Syariat atau hukum yang diturunkan oleh
Allah Swt melalui utusan-Nya sudah barang tentu mengandung hikmah bagi
hamba-Nya.
Agama terakhir yang sekaligus menjadi penyempurna dari agama-agama
sebelumnya amat indah jika kita mau memahaminya, bukan hanya penilaian
subjektif yang dilakukan oleh umat muslim sendiri, melainkan apa yang
diungkapkan oleh non muslim yang sehat akal pikirannya pun juga akan
mengakui hal demikian.
Karen Amstrong dalam Sejarah
Islam mengungkapkan bahwa agama ini tidak membedakan antara urusan dunia dan akhirat
itupun menjadi keistimewaan sendiri. Baik politik, bisnis, mu’amalah dan lain
sebagainya dari aktivitas-aktivitas keduniawian semua diberlakukan tanpa harus
mengesampingkan subtansi pahala akhirat yang hadir di dalamnya, semua melebur
demi tercapainya klimaks dan menguntungkan di dunia maupun
akhirat.
Tak ada pembedaan. Yang justru
dengan itulah semangat berproduksi dan berkarya dalam kehidupan dunia yang
dilakukan oleh umat Muslim menjadi optimal dan sarat ruh perjuangan.
Belum lagi apa yang diungkapkan
oleh Michael Hart dalam Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah-nya,
yang dengan tegas menempatkan posisi Nabi Muhammad sang penyampai syariat Islam
ke muka bumi ini sebagai tokoh nomor wahid paling berpengaruh sepanjang sejarah,
jauh melompati 99 tokoh dunia yang hebat dan populer serta diakui pengaruhnya
di ranah sejarah.
Meski menjadi kontroversial tapi
beliau telah dengan tegas dan berani menyuarakan fakta dengan akurat dan dapat
dipertanggung-jawabkan!
Keterangan Hadits :
Sempurnakan Wudhu maka
lengkap setengah dari keimanan yang kita punya. Tentunya dengan memenuhi syarat
sah berikut sunnahnya. Wudhu adalah sebagai bentuk pemeliharaan diri kita dari
apa-apa yang dikhawatirkan akan merusak moral. Dengan wudhu yang kita miliki
kita terjaga dari bersentuhan dengan perempuan yang mampu menggiring kita
menuju jurang kenistaan.
Dan banyak lagi yang bisa kita
rasakan manfaatnya dari kegiatan pelestarian eksistensi wudhu kita. belum lagi ada
sebuah hadits yang mengungkapkan bahwa orang yang senantiasa menjaga wudhunya
maka kelak akan dibangkikan pada hari kiamat sedang wajahnya bercahaya.
Ucapkan hamdalah dan
masukkan spirit ajarannya ke dalam sendi kehidupan, insya Allah hidup menjadi
berkah dan bertabur rahmat. Bersykur adalah hal yang wajib dilakukan oleh
seluruh manusia sekalian, bukan hanya muslim.
Mengingat dan menimbang bahwa kemurahan Allah atas seluruh manusia yang begitu melimpah memaksa kita untuk berterima kasih kepada-Nya. Dan juga wajib bersyukur dengan mengucapkan hamdalah karena Dia telah mampu bersabar atas kekufuran dan kemunafikan yang kita buat, dengan tidak menyegerakan azab.
Mengingat dan menimbang bahwa kemurahan Allah atas seluruh manusia yang begitu melimpah memaksa kita untuk berterima kasih kepada-Nya. Dan juga wajib bersyukur dengan mengucapkan hamdalah karena Dia telah mampu bersabar atas kekufuran dan kemunafikan yang kita buat, dengan tidak menyegerakan azab.
Simaklah apa yang diungkapkan
oleh Cak Nun dalam bukunya Tuhan Pun Berpuasa hal. 99
“Padahal bukankah Allah selalu
demikian menahan diri?. Dengan dosa-dosa kita yang sedmikian bertumpuk, baik
dosa pribadi maupun dosa kolektif, baik dosa personal maupun struktural, tidak
pantaskan kalau sudah sejak dulu Allah murka dan melindas kita semua?
Tapi bukankah ia masih sangat
menahan diri? Tetap memperkenankanmu berbadan sehat, bernapas, dan bergerak?
Bukankah ia sangat menahan diri dengan tetap menerbitkan matahari, mengalirkan
air, dan mneghembuskan angin-seolah-olah tidak peduli betapa malingnya kita.
betapa munafik dan kufurnya kehidupan kita?”
Suci-kan serta agung-ka asma-Nya bukan
karena Dia Yang Maha Segalanya butuh akan hal demikian. Kitalah yang amat
membutuhkannya. Untuk tidak dibilang orang yang tidak tahu diri dan tak mau
diuntung kita harus senantiasa berterima kasih kepada Sang Maha Pemberi dengan
cara mensucikan dan mengagungkan nama-Nya.
Pula, hal itu sebagai peningkatan
pundi-pundi pahala yang akan menjadi teman terbaik kita di akhirat kelak, di
hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. Disebutkan dalam sebuah
hadits bahwa siapa saja yang mengucapkan “Subhanallahu Wa bihamdihi” “Maha Suci
Allah dan segala puji bagi-Nya” sebanyak seratus kali maka dosa-dosa (kecil)
nya akn terampuni meski melimpah bagai pasir di pantai.
Shalat adalah cahaya yang
bakal menerangi tapak kehidupan. Hidup yang tak menjanjikan ketenteraman dan
rumit akan fluktuasi persoalan ini sangat membutuhkan pedoman yang akan
menuntun menuju jalan kemenangan dan ketenangan. Shalat-lah pedoman itu.
Shalat adalah saat dimana hamba
berhadapan langsung dengan Tuhan-Nya. Semakin banyak seseorang berkomunikasi
dengan Tuhan Sang Pemecah Masalah, maka masalah yang dia emban akan semakin
teratasi dan derita yang menghimpit sedikit demi sedikit akan berkurang.
Jika sudah demikian, saat kita
menjalani dunia teguh bertilas di atas pondasi yang kuat, yakni shalat, maka
himpitan dan terjangan problematika kehidupan akan tidak menjadi hal yang
mencekam dan menerkam seakan buntu segala jalan. Itu karena, kita sudah mau
berdekat diri, mengadukan masalah kepada ahli segala masalah, Alllah Swt.
Zakat sebagai bukti bahwa
kita telah mau menyisihkan sebagian harta demi penyucian untuk disalurkan ke
mereka kaum yang kurang mampu dari kita. Perintah shalat yang selalu
berdampingan dengan perintah zakat bagi amatlah memiliki koherensi subtansial.
Shalat adalah soal hubungan kita
manusia dengan Allah Sang Pencipta. Sedangkan zakat adalah urusan manusia
terhadap sesamanya. Dan shalat menjadi tidak sah saat zakat dilalaikan begitu
saja. Meninggalkan salah satu darinya akan menimbulkan kepincangan esensi
nilai, kita yang butuh terhadap Tuhan yang Maha Mengatur Segalanya sebagai
peindung, juga butuh terhadap sesama
yang menjadikan indikator berlangsungnya kehidupan ideal dengan sikap sosial di
antara kita.
Sabar itu penerang dikala
kegelapan menyergap. Dinamika kehidupan yang tidak menentu sering membuat jiwa
tidak stabil dan nafsu beralih menjadi penguasa tahta. Maka siapa yang tidak
memiki kesabaran dalam dirinya, ia akan berbuat sesuatu yang akan mengantarkan
diri menuju kehancuran.
Nafsu buruk yang maunya hanya
kenikmatan pembawa kehancuran saja tidak cukup untuk membwa hidup menuju apa
yang diharapkan, butuh kesabaran yang ulet untuk menyeimbanginya, agar tercipta
prinsip ekuilibrium dalam hidup dan kehidupan.
Al-Qur’an menjadi pembela
adalah harapan yang selalu kita nantikan. Meski untuk meraihnya bukan lah hal
mudah, tapi setidaknya sudah ada langkah yang menggiring ke sana. Dan do’a yang
selalu kita panjatkan usai mengaji di TPA atau TPQ “Waj’alhu Lana Hujjatan ya
Rabbal Alamien” “Dan jadikanlah al-Qur’an sebagai pembela wahai Tuhan Semesta
Alam”, semoga saja dikabulkan dengan cara senantiasa kita diberi daya dan
kekuatan untuk selalu mengamalkan apa yang al-Qur’an katakan.
Amien.
Al-Qur’an menjadi Saksi
Keburukan kita kelak jika kita sudah senonoh menodai ke sakral annya dengan
tingkah laku buruk. Dan semoga kita dijauhkan dari menjadi golongan yang
menjadikan al-Qur’an sebagai omong kosong belaka lantas meninggalkan ajarannya.
Amien.
Darus-Sunnah, Ciputat. 26 Maret
2015. 08:06
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
0 komentar:
Posting Komentar