Sabtu, 28 Februari 2015

Februari 28, 2015 - No comments

جرحت قليل....

السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته

Apa yang hendak ditulis jika kepala saat ini tak berisi ide sama sekali untuk dituangkan. Apa yang mau dibicarakan kalau membaca saja sudah jarang dilakukan. Dan, apa yang akan diketik, jika saat membuka word ini aku tak menginginkan untuk menulis apa-apa. Jujur, saat ini pikiran lagi kosong, tak bernafsu untuk menulis.

Loh, mengapa mampu keluar kata-kata? Ya, beginilah caraku curhat kepada benda yang akan selalu setia mendnegar keluh-kesahku. Ia betah untuk sekdar menyimak apa yang akan kukisahkan. Meski sering tak jelas bagaimana bentuk dan akan kemana arahnya. Haha!

Aku ingin curhat sebentar. Maka simak, wahai laptop!

Alhamdulillah. Hembusan yang seharusnya wajib untuk kita lakukan pada setiap detik kehidupan yang dijalani. Nikmat-Nya yang tak pernah usai menyirami hamba-Nya, adalah isyarat bahwa bersyukur itu harus di-lestari-kan, sehingga menjadi kebiasaan, lalu berevolusi menjadi bagian tubuh yang tak pernah terlepaskan. Seharusnya begitu, tapi ah, kebanyakan manusia itu enggan untuk bersyukur, begitu firman-Nya tatkala menggambarkan sikap manusia mayoritas yang cenderung kufur.

Alhamdulillah. Karena saat ini saya masih diberikan ruang dan waktu untuk sekedar mengatakan Alhamdulillah. Semoga bisa terus berkembang, menjadi sikap dan kepribadian. Amien. Kemarin hari Jum’at tanggal 20 Februari 2015, adalah hari pertama aku masuk kembali ke International Institute for Hadith Science, Ciputat. Meninggalkan rumah yang tenang dan memanjakan menuju asrama yang butuh perjuangan guna melanjutkan hari-hari.

 Serius. Barangsiapa yang tak rajin dan tak peka menggunakan waktu disini, maka ia akan terlempar dengan sendirinya. J itulah Darussunnah, sebuah padepokan para pegiat dan penyelam khazanah ilmu ke-Islam-an, terkhusus bidang hadits. Yang pagi dan malam-nya selalu tercium gelagat gairah keilmuan yang amat menggetarkan seantero pesantren.
Sekumpulan mahasiswa berkumpul disini. Karena di-pesantren-kan, maka mereka berubah statusnya disini menjadi mahasantri. Koloni manusia yang berbasis religius, dengan darah yang masih menyala, niat yang membara, tempat ini laksana sebuah metropolitan yang selalu ramai dan hiruk-pikuk dengan masalah keilmuan.

Sampai sini, ternyata ide mulai timbul satu persatu. Entah dari mana.

Dan karena malam sudah mengembangkan sayapnya. Melingkupi dunia dengan kegelapannya. Saya akhiri tulisan ini dengan juga membaca hamdalah. Intinya, hari ini saya telah menulis, sebagai pembayaran naluri kepenulisan yang harus senantiasa dilatih dengan rajin dan gigih.


Wassalaam...


 السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته

0 komentar:

Posting Komentar

Back to top