Juni 09, 2013 -
Diary Book
No comments
@ 86 Berpetualang di Negeri Seribu Piramida
(Walau Masih Sejumput Harapan)
Semua berawal dari
keinginan saya untuk menimba ilmu jauh ke bumi-Nya yang luas, tempat yang saya
pilih adalah bertandang menuntut ilmu ke Al-Azhar, Mesir. Walau kini semua
media mengabarkan bahwa saat ini bahwa di negara itu tengah berkecamuk sebuah
perang internal, namun keinginan ini begitu menggebu-gebu seperti riuhnya angin
badai di dalam hati, apalagi hal itu ditambah dengan terbukanya peluang di
depan mata kepala saya.
Merantau guna
mencicipi pengalaman hidup adalah hal yang begitu manis untuk dinikmati,
menilik dimana saya ketika lulus SD sudah dilempar dari Tangerang ke Madura
(dipondokkan), dan lagi kemarin ketika saya dan kawan sekelompok Niha’ie saya
berkunjung ke rumah Musyrif disana kami diberi suguhan kata-kata
penyemangat hidup, bunyinya seperti ini “segala sesuatu tergantung bagaimana
kita menikmatinya, MUMPUNG masih muda, PERGILAH sejauh-jauhnya…!” hal inilah yang membuat saya semakin termotivasi bahwa
semakin lama perantauan saya harus semakin jauh dan kian menantang, nah untuk
saat ini saya pilih ke jazirah Mesir sana.
Orang yang mau
ber-jauh-jauh- an dengan orang tua sebenarnya bukan bererti bahwa ia tak sayang
orang tuanya, hal ini hanya saja lebih menandai bahwa sebenarnya dengan langkah
yang kita (para perantau) pilih ini merupakan sebuah gagasan yang “keren” untuk
meringankan beban orang tua kita di rumah, mereka jadi yakin bahwa kita bisa
hidup tanpa terlalu membutuhkan “bantuan” mereka, yah walau sebenarnya untuk
mencapai itu semua terkadang butuh banyak pengorbanan dan ratap air mata yang
harus tumpah di pipi, tapi itulah HIDUP, selalu dan semakin manis jika
didalamnya terdapat berbagai rintangan yang menghadang.
Begitulah juga yang
saya rasakan dalam batin dekat-dekat ini, ketika saya menginjakkan kaki di bumi
“Fachri” sana, mau tidak mau saya harus melepas kontak finansial dengan orang
tua saya dirumah, saya harus bekerja ekstra untuk bisa membiayai hidup saya di
tanah rantau sana…
Namun saya sangat
meyakini bahwa jika saya terbiasa dengan ihwal seperti itu lama kelamaan saya
akan ditempa dengan sifat mandiri yang matang dan energik, sehingga saya kelak
saya bisa melanjutkan sisa-sisa potongan kehidupan saya dengan nyaman dan aman.
Yah begitulah kisah
acak-adul saya yang sebenarnya belum sempurna terjadi dan kebetulan masih dalam
perencanaan belaka, semoga saja semua menjadi kenyataan dan saya bisa menjadi
manusia yang berjiwa mandiri dan mampu membanggakan kedua orang tua dan
keluarga dirumah.
Kalau ada sumur
diladang boleh kita menumpang mandi, kalau ada umur yang panjang bolehlah saya
menulis kembali (yah, supaya antum bisa kembali bertemu dengan tulisan saya
yang ‘enerjik’ ini, hehe…)
Wassalam, Salam
Blogger Salam Perantauan…!
0 komentar:
Posting Komentar