April 20, 2013 -
Diary Book
1 comment


@80 Ada harga Untuk Sebuah Kebahagiaan
Kemarin hari jum’at saya jalan-jalan ke pantai, bersama murid syu’bah (pra-SMP), ditemani dengan 9 siswa dan 2 ustadz lainnya, kami bernostalgia bersama, hal ini diadakan dalam rangka selesainya ujian MID Semester yang sempat melilit pikiran semua santri maupun gurunya, seluruh isi pondok sangat sibuk jika datangnya ujian.
Mulai
dari awal pemberangkatan kami semua bergurau-ria, tiada batas antara guru dan
muridnya, semua berbaur menjadi satu, melebur saling melepas penat yang sempat
bersemayam di otak sepuluh hari belakangan. Berfoto-foto mengabadikan momen
berharga ini dengan kamera yang kebetulan berwarna pink, mencari pose yang pas
buat dijepret kamera, semuanya merasa bahagia dengan perjalanan ini.
Singkat
cerita, sampailah kami di pantai (bukan pantai, tapi laut luas yang banyak
karangnya di dasar laut), namun kami semua para penghuni pondok terlanjur
terbiasa dengan istilah berikut. Maka dimulailah ber-hura-ria itu, menyeburkan
diri ke ‘pantai’, saling siram dan basuh, bertemu ubur-ubur, adu cepat renang,
dan masih banyak lagi. Semua berjalan tanpa terasa dan yang pasti akhirnya
berujung pada terciptanya beberapa luka yang hinggap di sekujur tubuh, kaki
tangan tak luput di sapu karang dan kerikil, ada yang berdarah-ada yang hanya
terasa perihnya-bahkan ada yang bercampur antara keduanya, sakit memang terasa
sakit, namun kami telah mendapat harga yang pas untuk semua itu, kami
memperoleh kebersamaan yang membahagiakan, kami puas bahwa segala penat yang
hinggap kemarin kini sirna disapu derai tawa dan gurau canda.
Yah,
memang seperti itu hukum kehidupan, terkadang kita harus terluka dulu untuk
mendapatkan sekelumit kebahagiaan, harus menebusnya dengan sebuah luka yang
menunggu untuk kita datangi.
Wama-l-Ladzzatu Illa Ba’da-t-Ta’bi... Tiada
Kelezatan Kecuali Ia Datang Setelah Kesusahan...
1 komentar:
Dimanapun dan kapanpun kita bisa mendapat kebahagiaan jika kita menginginkannya...
Posting Komentar