Sabtu, 02 Maret 2013

Maret 02, 2013 -

@56 Sehat, Kekosongan, Dan Peluang Setan

Kekosongan di atas maksudnya adalah sebuah jeda yang terjadi dalam kehidupan kita yang bernilai sia-sia atau semisal pengangguran. Hal ini sering menimbulkan kuasa negatif yang menguasai hati kita, mendorong kita agar berlaku sesuai apa yang setan hembuskan ke benak kita.

Telah terangkum dalam sunnah yang diwariskan Rasulullah untuk umatnya: “Ada dua nikmat yang banyak manusia sering terperdaya karenanya; sehat dan kelapangan waktu (waktu senggang)”, ada baiknya jika kita memahami inti ajaran berikut sambil merenungi relasinya dengan keseharian kita selama ini.

Disaat sehat datang kita lupa akan pedihnya rasa sakit (kita lupa bersyukur atas nikmat besar ini), meluapkan buah nikmat ini untuk melakukan kegiatan yang mengundang murka tuhan, berbeda dengan keadaan ketika sebuah penyakit menggerogoti tubuh kita, dimana tahmid-takbir dan istighfar menjadi teman terbaik kita, kita merasa bahwa musibah ini adalah lecutan untuk berubah membenahi diri, merasa jikalau menghadap sang maut ia tidak terlalu banyak menanggung beban yang berat, namun perasaan mulia ini makin pudar (biasanya) jika tubuh kita kembali pada kepulihannya. Disinilah setan memainkan perannya, menjerumuskan manusia untuk melupakan nikmat yang Allah berikan dengan mengalihkan pikirannya kepada hal negatif dan membinasakan.

Juga disaat waktu senggang menemani kita, ketika pikiran terbaring tak ada kerjaan yang tiba, setan datang dengan berbagai tipu muslihatnya untuk mengelabuhi kita, menyupport kita agar belaku hal yang tidak berfaedah dan berarti, bahkan tak segan kita dibuat tega melakukan pelanggaran terhadap syariat yang ditetapkan agama kita.

Mungkin seperti itu gambaran ringkas mengenai hadits Rasulullah diatas, sebuah pelajaran yang amat berguna bagi kita semua yang mengharapa ridho Allah SWT, sebuah butir panduan yang cocok kita praktikkan demi tercapainya kehidupan yang sejahtera dunia-akhirat.

Sebuah tindakan yang amat produktif jika kita masih mau dengan lapang dada menerima ajaran ini dan merenunginya, melangsungkannya dalam keseharian kita, berani menyebarkan ilmu ini kepada siapa yang disamping kita, menjadi rahmatan liman hawlahu di lingkungan hidup kita, jangan pernah merasa kita adalah seorang pendosa yang tak akan diampuni Allah, karena dengan perasaan seperti itulah kita telah menghilangkan sifat Allah yang Maha Pengampun dan Pemurah.

Gunakan dua nikmat tersebut; sehat dan waktu senggang dengan sebaik-baiknya, lakukan dengan hal positif dan bermanfaat bagi masa depan kita, jangan libatkan setan dalam menjalankan misi suci kita ini . . . . 

Back to top