Maret 03, 2013 -
Renungan


@59 Lisan
keselamatan seseorang ada dalam
penjagaan lisannya. Ungkapan yang begitu bijak ini menyimpan arti
yang dalam untuk kita renungkan. Sebaiknya kita merenung lebih lama jika hendak
melontarkan sebuah pembicaraan kepada orang lain walau sekata, perhatikanlah
baik-buruk bentuknya, timbang dan pikirkan apa yang harus kau bicarakan, jangan
sampai karena kita tidak memberi penilaian terhadap pembicaraan kita terlebih
dahulu malah terjadi sebuah kerisuhan dan kesalahpahaman antar kedua pihak,
ingat, orang yang terkena imbas serpihan kata-kata penghinaan terkadang lebih
menyakitkan dari pada sebuah goresan pedang yang melukai tubuh. Sekali lagi, keselamatan
seseorang terletak pada bagaimana caranya ia memilih kata dalam pembicaraannya
dan memilah kalimat yang pantas dilontarkan kepada lawan bicaranya.
Seringkali perkataan itu lebih
tajam daripada mata pisau. Ya memang, saya kira kalian semua pernah
merasakan efek negatif penbicaraan orang kepada kita, biasanya itu berupa
penghinaan yang amat kejam, atau mungkin bisa berupa paduan dari pandangan
sebelah mata mereka kepada kita dengan kata-kata yang hendak dilontarkan kepada
kita, yang jelas semua tindakkan mereka itu menjadikan kata-kata bukan hanya
berwujud huruf dan aksara, melainkan telah bertransformasi menjadi sebuah
tombak yang tajamnya melebihi mata pisau sekalipun, dan ironisnya, tombak tajam
itu melesakkan dirinnya ke ulam jantung kita, tepat mengenai organ perasa
manusia yaitu hati, membuat kita merasa sesak dan teramat miris dengan
kehadirannya. Aduhai, betapa hebatnya ketika kata sudah berubah makna!
Perkataan itu bisa menembus apa
yang tak bisa ditembus oleh jarum. Lanjutan dari pembahasan
sebelumnya, ya itulah efek dari sebuah kata. Ia bisa menembus apa yang tak bisa
diterobos oleh sebuah jarum, alat menjahit yang tajam dan mengerikan (kalau
dicolek ke kulit). Terlepas dari topik, juga banyak perkataan yang baik dan
menyejukkan mampu menembus ke hati manusia, menjadikan hati tersanjung dengan
rayuan serta pujian adalah contoh kongkritnya. Menghadapi realita bahwa kata
mampu melesat hingga ke jiwa kita, maka alangkah bagusnya jika kita telah
menyiapkan beberapa persiapan untuk menghalaunya, siapkan tameng dan segala
atribut yang diperlukan untuk menepis datangnya tombak karat dan tajam barusan,
caranya dengan melatih diri agar tidak terbawa emosi ketika ada orang yang
melemparkan caci-maki kepada kita, melatih diri agar tidak mudah terpengaruh
dengan kata-kata busuk seseorang kepada kita. Sabar dan pura-pura tidak
mendengar perkataan mereka adalah langkah yang efektif untuk menepis tombak
musuh, di tambah perasaan seakan-akan mereka tak berbicara kepada kita. Rasain
lo!
Saya pikir setiap orang pasti
memiliki harimau yang harus dipelihara baik-baik, karena karena kalau tidak,
bersiaplah mendapat ‘senjata makan tuan’, dimana semua apa yang kita keluarkan
untuk orang lain pasti akan berbalik melakukan resonansi pantul kepada kita,
jika kita mau menjadi pribadi yang mulia dan familiar di mata manusia
berkatalah yang baik-baik dan penuh perasaan, bukankah seperti itu seharusnya
kita hidup di dunia ini . . . ? dan
jangan sampai terkejut ataupun kaget ketika kau tidak berhias diri dalam
berkata, ngomong seenaknya tanpa perlu melihat kondisi perasaan seseorang, jika
suatu saat kau akan mendapat ganjaran yang setimpal, menuai hasil buah yang
selama ini kau tanam lewat perkataan ‘Harimau’-mu . . .