November 04, 2016 -
Darussunnah
No comments


La Tanam!
Ada beberapa alasan mengapa anda (wahai
penulis) seringkali tertidur. Dalam sehari, anda mampu tidur dalam jangka yang
mengagumkan. Waktu yang dibentangkan sepanjang hari sirna begitu saja tatkala
anda lebih memiliki tidur sebagai opsi berlibur. Orang yang sukses tentu tak
akan rela waktunya disita oleh aktivitas bernama tidur. Waktu, bagaimanapun
juga, merupakan harta berharga yang dimiliki manusia yang jika raib tak akan
bisa direngkuh kembali. Pertanyaannya kemudian, apakah yang menyebabkan manusia
seringkali tertidur? Ngantuk seperti menjadi kawan karibnya dalam menapaki
hari.
Demikian uraiannya,
Eng-ing-eng... (penulisnya
mau tidur dulu....) fiuh... :)
1.
Banyak
Makan
Ajaran agama menuturkan bahwa “makanlah kamu
sekadar untuk menegakkan tulang punggungmu”. Tidak lebih. Dan tentu,
sebagaimana lazimnya kiat-kiat hidup yang ditawarkan oleh sebuah wahyu, ia
merupakan triks yang jitu meraih idealisme dalam hidup.
Makan berlebih memang tidak diharamkan selama
makanan tersebut ditempuh/didapat dengan cara yang halal.
Namun, melakoni
aktivitas keseharian seraya menggendong sampah yang berat di perut kita itu
tentu merupakan sebuah kesukaran tersendiri buat kita.
Penggelembungan atas kadar tampungan yang
diemban oleh lambung kita hanya membuat gerak kita menjadi lamban dan tidak
progresif. Saking bahayanya, ia kerap melenakan kita agar merebahkan diri saja
di atas kasur yang empuk. Mengajak serta membisiki kita agar istirahat sejenak
memberi jatah tubuh memuaskan birahi hewaninya.
Maka jika demikian, perpaduan antara perut
yang membengkak dan aduhainya kasur empuk dengan bantalnya hanya akan
memotivasi kita membuang-buang waktu dengan tidur. Kita dibuai mimpi padahal
masih banyak tugas yang harus kita lunasi.
Dalam hal ini, anjuran disunnatkannya amalan
puasa terasa menjadi solusi bagi orang yang ditakhlukkan oleh ngantuk/tidur
tidak pada porsi yang semestinya.
Minimalisir Makan Apalagi Makan Malam dan
Berpuasalah!
2.
Jarang
Olahraga
Meski saya tidak menguasai teori kedokteran,
namun dalam praktiknya, berdasarkan banyak penuturan orang, ternyata olahraga
memiliki banyak kegunaan bagi pelakunya. Termasuk salah satunya mengurangi
ngantukitas dalam hidup kita.
Hal demikian, barangkali, dikarenakan dengan
olahraga seluruh raga kita diberikan waktu untuk memaksimalkan perannya. Mengeluarkan
keringat menurut banyak ahli adalah hal yang sehat buat tubuh. Dan olahraga
adalah salah satu jalan untuk mendistribusikan keringat yang ada dalam diri
kita untuk keluar dari pori menjumpai peraduannya. Menyatu dengan alam.
Barangkali ia seperti horman seksual
seseorang. Yang jika tidak disikapi dengan pernikahan maka akan melahirkan
penyelewengan-penyelewengan tak bermakna saja. Meronta dan memberontak,
memberikan perlawanan yang agresif yang hanya bisa diatasi lewat panyaluran
yang sah
3.
Banyak
Bicara
Dalam hal ini saya ingin ber-cocokologi.
Pemberian Tuhan atas diri manusia berupa satu
mulut untuk berbicara terkadang malah menjadi satu petaka sendiri bagi manusia.
Lisan yang kita punya kerap digunakan untuk hal yang tidak subtantif dan
mubadzir semata. Maka tak heran jika dalam sebuah hadis dituturkan siapa yang
mampu menjaga apa yang terdapat di antara dua janggutnya maka ia akan dijamin
masuk surga. Ketahuilah apa yang ada dia antara dua janggut itu adalah mulut.
Karena bicara membuutuhkan tenaga, maka banyak
bicara tanpa menyelipkan makna sama saja melakukan pekerjaan dengan sia-sia. Lelah
iya namun hasil tiada. Tidur kemudian menjadi pelampiasan terbindah bagi mereka
yang sudah mengidap kelelahan.
Nah Loh!!
4.
Banyak
Bercanda
Adagium bahwa “hidup sudah sulit maka tak usah
lagi diperumit/dipersulit” tidak menyuruh bahwa hidup harus selalu dibarengi
dengan canda. Ada kalanya kita harus serius, ada masanya kita harus rehat,
melepaskan penat lewat gelegar tawa atau riuh canda untuk stabilitas hidup
kita.
Tapi lagi-lagi, sesuatu yang berlebih selalu
melahirkan kenihilan saja. Bersenda itu membutuhkan tenaga yang tidak sedikit,
selain lewat perkataan, tak jarang ia menuntut gerak badan kita demi kepuasan
bercanda tersebut. Maka takarlah porsi yang tepat dalam melakukan canda, dengan
demikian hidup kita bisa lebih teratur dan alokasi daya pikir dan gerak kita
bisa tiba di tempat yang bersahaja. Tepat guna. Nah, Itu!
5.
Kosong
Aktivitas/Kewajiban
Tentu anda sering mendengar di tiv-tv bagaimana
sebenarnya setan masuk pada tubuh seorang yang kesurupan salah satunya adalah
lantaran korban tengah terbengong dan pikirannya tengah kosong, maka dari itu
kemudian kita dianjurkan agar jangan sampai termangu dalam kebisuan tanpa arah
pikiran yang jelas.Perbanyak zikir dan pikir kemudian menjadi solusi terbaik sebagai
suplemen otak dan hati kita.
Sama pula halnya dengan nasib kesehariaan
kita. 24 jam adalah bilangan yang cukup bagi kita untuk menentukan laju
peradaban dunia atau menorehkan nama kita di buku sejarah.
Menurut satu qaul, Habibi pernah mengatakan
bahwa antara dirinya dengan petani di pedesaan tidaklah beda soal ketersediaan
waktu, sama-sama 24 jam. Yang membedakan adalah lantaran Habibi lebih kemaruk,
beringas dan tangkas dalam menggunakan daya nalar, juga bijaknya ia
menyikapi waktu ketimbang para petani di pedesaan.
Dalam satu pembicaraan dituturkan bahwa Habibi
hanya memiliki jam tidur 4 jam pada setiap harinya! Bayangkaaaannn.....!
Whaaaaw!
Demikian pula dengan Nabi Muhammad yang lewat
23 tahun masa dakwahnya beliau mampu menyulap ajarannya sebagai hal yang
penentu dalam sejarah peradaban dunia, ada Issac Newton yang mendefinisikan istirahat
sebagai tenggat perpindahan antara satu aktivitas dengan aktivitas lain, Albert
Eisntein, Syah Waliyullah, Bung Karno, Hasyim Asy’ari, Quraish Shihab, semua
sama-sama dianugerahi 24 jam dalam seharinya.
Dan KITA juga tentunya! Perbedaan hanya pada
seberapa santun, seberapa bijak, seberapa hormat, seberapa khidmat, seberapa
menghargai, seberapa meresapi, seberapa menjiwai kita terhadap sang Waktu!
Tidak usah menunggu ada kewajiban dari atasan,
atau dari perkuliahan, kalau memang masih ditemukan jeda waktu kosong dalam
hidup kita. Garis sendiri target capaian-capaian yang bisa anda lakukan. Susun
secara otodidak kerangka aktivitas anda yang kelak dengannya anda akan mereguk
buah manis dari apa yang anda perjuangkan.
Memang melelahkan. Memang berdarah-darah.
Memang menyimbahkan peluh. Pasti menjemukan. Tapi, kapan lagi kalau bukan
sekarang! Mumpung badan masih bugar dan cetar! Mumpung masih ada batu tempat
kitamengukir! Mumpung masih ada daya ledak, kejut, letup masa muda! Mumpung
masih dijumpai beratus ke-mumpung-an yang lain?
“Jangan Lupa Sibuk!” Demikian pesan seorang bijak bestari suatu saat.
Kamar Kontemplasi, Senin 24 Oktober 2016.
16:15
0 komentar:
Posting Komentar