Desember 18, 2015 -
Renungan
No comments


Dakwah
Dakwah. Satu kalimat yang
mempunyai artikulasi mengajak. Makna umum yang bisa kita pahami dari kata ini
yakni mengajak orang lain dari jalan yang salah kepada jalan yang benar. Istilah
dakwah populer di kalangan umat islam, dengan makna, bahwa semua yang dianggap
bertentangan dengan al-Qur’an, Sunnah, dan semangat ajaran ke-Islaman maka
dianggap salah, dan dakwah mempunyai ruang kegunaan yakni membawa manusia yang terjebak di
dalamnya agar keluar menuju jalan yang benar, yaitu jalan yang sesuai dengan
tuntutan Tuhan. Allah Swt.
Dalam sebuah hadis yang populer
di kalangan umat Islam yakni tentang anjuran-bahkankewajiban-agar antar sesama
muslim dengan lainnya saling menasihatkan dan menegur tatkala salah satunya
terjerumus dalam sebuah kekeliruan. Ini merupakan bagian dari keindahan umat
Islam, betapa kita tidak boleh berhasrat agar masuk surga sendirian, sambil
menelantarkan saudara kita seiman yang tengah tertatih berjalan tak tentu arah.
Melenceng dari koridor yang ditetapkan.
Dalam hadis tersebut ada semacam
pelajaran berharga, bahwa kunci utama dakwah adalah pangggilan dari hati
terdalam. Jika salah seorang dari kalian lihat keburukan cegahlah dengan
tangan, jika tidak maka dengan ucapan, jika tidak maka dengan hati. Dengan
hati, ingat, dengan hati. Tuntutan utamanya adanya pengingkaran dalam hal
keburukan yang dilakukan orang. Hal tersebut tentunya ditakar berdasarkan
kemampuan dalam bernalar soal keagamaan, jika dirasa sudah paham soal keagamaan, dan telah menekuni
cukup mendalam, maka itu baru memenuhi standar seseorang sebagai penentu baik
atau buruk aktivitas kehidupan. Meski ini bukanlah keputusan purna, namun, hal
yang terjadi dalam realita demikianlah adanya. J
Orang yang
telah mendalami ilmu keagamaan cukup lama di sebuah pesantren biasanya
dijadikan standar baku masyarakat Indonesia bahwa orang tersebut sudah lama
bergelut dalam bidang ilmu keagamaan, yang saat ia terjun ke masayarakat
mempunyai misi dakwah di tengah masyarakat. Menyeru manusia agar beranjak
menuju jalan yang oenuh taburan cahaya Tuhan. Pergumulannya dengan karantina
pembelajaran, diskusi bersama teman, berguru ke ulama, keberaniannya
mengasingkan diri, serta giatnya ia mendekatkan diri dengan Ilahi di sebuah padepokan
intelektual yang memisahkan ia dari nikmatnya hidup bebas di alam luar
pesantren, diharapkan mampu melahirkan kearifan lokal dalam membina dan
membangun karakter serta pribadi masyarakat di mana ia hidup. Mereka dituntut
untuk menjadi lebah, yang tidak memakan dan membuang sesuatu kecuali itu berupa
hal kebaikan.
Dan saya, yang
rapuh dan mudah goyah ini, merupakan bagian darinya (karena saya pernah diam di
pondok dan sekarang turun ke masyarakat). Saya bukan orang hebat, saya punya
cacat tak terbilang, namun alam seakan menyemburatkan sasmita agar saya juga
turut bergabung mencipta keharuman di lingkungan saya tinggali, agar saya ikut
andil dalam memegang kemudi perjalanan kehidupan masyarakat dimana saya lahir
dan dibesarkan di dalamnya.
Bintaro, 03
Desember 2015
0 komentar:
Posting Komentar