Mei 05, 2015 -
2 comments
Kisah Pak Zawawi
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
Tentang Tawakkal, sebuah kisah Pak Zawawi, seorang pedagang
kaki lima penjual roti yang mampu konsisten shalat lima waktu di masjid
Istiqomah di Condet. Dan meninggal dalam keadaan yang mengesankan,
menghembuskan nafas terakhir saat melantunkan asyhadu an la illaha illallah
pada saat mengumandangkan azan.
Sabtu pagi
(2/5/15) di sebuah pengajian di Darus-Sunnah, pak Ubaidi Hasbillah tengah
menjelaskan kepada kami kitab Aqidah thahawiyyah (hal. 201), tema yang
dibahas seputar Qodho’ Allah dan Tawakkal.
Pada
pengurainnya masalah tawakkal, beliau menyebutkan bahwa tawakkal itu
tdak di artikan dengan tindakan berserah diri bulat kepada Allah tanpa usaha
dan upaya. Tawakkal adalah harus dengan iktisab dan irtizaq. Harus
ada sebab yang melahirkan musabbab.
Dalam
penyampainnya juga disinggung sebuah kisah tentang ke tawakkal an Pak
Zawawi, sang pedagang kaki lima yang punya hati bijak mungkin melebih kita
semua selaku pengkaji kitab (mahasantri yang mengkaji saat itu).
Pak Zawawi
merupakan salah seorang pedagang kaki lima dan penjual roti, setiap hari
keliling menjajakan barang dagangannya kepada khalayak masyarakat. Sebagaimana
umumnya seorang pedagang, ia kerap melantangkan suaranya tatkala menawarkan
barang dagangannya. Namun ada hal yang lebih dalam diri beliau. Setiap kali
waktu shalat tiba, ia sempatkan dirinya untuk singgah di sebuah masjid di Condet
bernama Masjid Istiqomah, untuk melaksanakan kewajibannya selaku umat Islam,
Shalat.
Karena keistiqomah
an beliau dalam melaksanakan shalat berjama’ah. Akhirnya pihak takmir
masjid menarik beliau untuk masuk ke dalam barisannya. Ia menjadi muadzin dan
lain sebagainya dalam pelaksanaan mengurus masjid.
Ketika ditanya
mengapa beliau melakukan semua itu, ia menjawab “Saya rasa kalau masalah pencarian penghidupan di dunia saya
termasuk orang yang sudah berkecukupan. Namun, untuk mempersiapkan mati yang
baik saya adalah orang yang tak becus, maka dari itu saya akan
mempersiapkannya dengan segala kekuatan yang saya punya, agar kelak saya bukan
hanya siap untuk mengidealkan kehidupan di dunia, namun juga mendapat kehidupan
ideal di akhirat sana.
Bayangkan
kata-kata bijak dan indah itu keluar dari seorang pedagang kaki lima yang tidak
terlalu paham masalah agama!!!
Pak zawawi
agaknya dikabulkan doa’nya oleh Allah Swt, dua hari sebelum cerita ini
dituturkan oleh Pak Ubaidi Hasbillah, dosen di Darus-Sunnah, beliau meninggal
dunia di Masjid Istiqomah di Condet saat melantunkan kalimat Ayshadu An La
Ilaha Illallah dalam adzan.
Sebuah gambar
kematian yang cukup mengharukan. Semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosa beliau
dan pahala-pahalanya diterima oleh Allah Swt. Amien.
Diceritakan
oleh Kang Ubaid, Pengajar Tadrib ar-Rawi dan Syarah Aqidah
Thahawiyyah pada hari Sabtu 02 Mei 2015.
Ditulis dan
dilengkapi pada hari Selasa 05 Mei 2015. Jam 18:32
السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته
2 komentar:
Keep update ya pak :)
Haha, siap pak!
Posting Komentar